Sei sulla pagina 1di 14

Studi Banding Penyusunan Laporan Keuangan dengan Metode

Historical Cost Accounting dan General Price Level Accounting


pada Masa Inflasi

David Sukardi Kodrat


Staf Pengajar Fakutas Ekonomi Universitas Ciputra, Surabaya
Email: david.kodrat@ciputra.ac.id

ABSTRAK

Laporan keuangan disusun berdasarkan metode Historical Cost Accounting (HCA) yang
menggunakan asumsi nilai tukar stabil. Beberapa metode akuntansi yang memperhitungkan
perubahan nilai tukar seperti Current Cost Accounting (Replacement Cost Accounting) dan Constant
Dollar Accounting atau General Price Level Accounting (GPLA). GPLA menyajikan komponen laporan
keuangan berdasarkan penyesuaian rupiah dengan daya beli tanpa mengubah prinsip-prinsip akuntasi
konvensional. Laporan keuangan yang disusun dengan GPLA dapat diperbandingkan dengan laporan
keuangan berdasarkan HCA. Dengan analisa NOD (Number of Dollar) dan COG (Command Over
Good) attribute menunjukkan bahwa laporan keuangan berdasarkan GPLA lebih interpretatif dan lebih
relevan.

Kata Kunci: Laporan Keuangan, Historical Cost Accounting, General Price Level Accounting, NOD
attribute, COG attribute.

ABSTRACT
Generally, Financial Statements are based on Historical Cost Accounting (HCA) that assumes that
prices are stable. Actually, there are several methods on accounting for the effect of changing prices, such
as Current Cost Accounting (Replacement Cost Accounting) and Constant Dollar Accounting or General
Price Level Accounting (GPLA)). GPLA will do restatement the components of financial statement to be a
rupiah on a similar level of purchasing power, but without changes in accounting principles which using
on conventional accounting. Financial statements made by GPLA are comparing to financial statements
made by HCA. Both of financial statements are analysis with NOD (Number of Dollar) attribute to know
that financial statements are interpretative and analysis with COG (Command of Good) attribute to know
that financial statements are relevant.

Keywords: financial statement, historical cost accounting, general price level accounting, NOD attribute,
COG attribute.
.

PENDAHULUAN sudah cukup tinggi, apalagi bila dibandingkan


dengan laju pertumbuhan pendapatan nasional
Kondisi perekonomian dewasa ini diwarnai dan penduduk (Oppusunggu 1992: 30).
dengan situasi inflasi, yaitu kecenderungan Secara umum laporan keuangan disusun
kenaikan harga-harga barang dan jasa secara berdasarkan nilai historis (Historical Cost Account-
umum dan terus-menerus. Di Indonesia, laju ing). Dengan prinsip ini laporan keuangan disusun
inflasi berdasarkan Indeks Harga Konsumen menggunakan harga-harga yang timbul dari
sampai tahun 2005 selalu lebih dari 5 persen transaksi. Sebagai alat pengukur/pertukaran di
kecuali pada tahun 1985 sebesar 4,3 persen. dalam perekonomian digunakan satuan unit
Bahkan empat tahun terakhir dari tahun 2003 s/d moneter. Kondisi inflasi menyebabkan satuan unit
2006 besarnya adalah 6,8%, 6,06%, 10,4% dan moneter menjadi tidak stabil. Sehingga penyu-
14,8% (http://web.worldbank.org). Ini menunjuk- sunan laporan keuangan berdasarkan nilai
kan adanya kenaikan harga barang dan jasa yang historis tidak mencerminkan adanya perubahan
secara langsung dipengaruhi oleh perubahan daya daya beli.
beli masyarakat dan perubahan biaya produksi Hal tersebut berarti bahwa dalam kondisi
atau faktor-faktor produksi (Djojohadikusumo tertentu laba atau rugi yang dihasilkan oleh akun-
1990:2). Walaupun angka inflasi tersebut di bawah tansi atas dasar nilai historis tidak menggambar-
dua digit, namun inflasi di atas 5 persen saja kan perubahan status ekonomik perusahaan yang
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=AKU

78
Kodrat: Studi Banding Penyusunan Laporan Keuangan dengan Metode Historical Cost Accounting 79

sesungguhnya (Suwardjono 2005:359) dan peru- mempunyai nilai prediktif, mempunyai nilai um-
bahan harga (turunnya daya beli uang) meng- pan balik dan disajikan tepat waktu.
akibatkan laporan keuangan yang didasarkan Reliability (dapat dipercaya) adalah kualitas
pada prinsip nilai historis tidak dapat menghasil- informasi yang menjamin bahwa informasi benar-
kan informasi yang sesuai dengan daya beli yang benar bebas dari kesalahan dan bias serta me-
ada, sehingga akuntansi konvensional perlu nyajikan dengan benar apa yang seharusnya
dilengkapi data daya beli dengan cara yang layak. disajikan. Agar dapat dipercaya maka informasi
Berkaitan dengan hal tersebut di atas pene- harus dapat diuji kebenarannya (variability),
litian ini dalam rangka untuk membandingkan netral dan menyajikan dengan benar (represent-
apakah laporan keuangan yang disusun dengan tational faithfulness).
menggunakan metode General Price Level
Accounting lebih interpretatif dan relevan dari- LAPORAN KEUANGAN (FINANCIAL
pada laporan keuangan yang disusun dengan STATEMENT) DAN PELAPORAN
menggunakan metode Historical Cost Accounting KEUANGAN (FINANCIAL REPORTING)
bila diterapkan pada masa ini.
Penelitian serupa dilakukan oleh Soetjipto, Akuntansi berkepentingan tidak hanya
(2000) dan Iven-Ivonne (2002) dalam (Leng 2002: dengan laporan keuangan tetapi juga dengan
152) yang menguji tentang perbedaan rasio pelaporan keuangan. Laporan keuangan merupa-
keuangan yang disusun dengan metode General kan bagian dari pelaporan keuangan dengan
Price Level Accounting dan metode Historical Cost tujuan menyediakan informasi yang bermanfaat
Accounting. dan relevan. Laporan keuangan dan pelaporan
keuangan memang akan menuju ke tujuan yang
INFORMASI DAN LAPORAN KEUANGAN sama, tetapi beberapa informasi tertentu yang
relevan akan lebih efektif disampaikan melalui
Standar Akuntansi Keuangan (SAK par 10) media pelaporan keuangan dengan tetap men-
disebutkan bahwa informasi yang disajikan di fokuskan laporan keuangan sebagai media utama
dalam laporan keuangan bersifat umum dan tidak dan pusat perhatian pelaporan keuangan (a
sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan infor- central of financial reporting) (Wolk 1992 dalam
masi setiap pemakai. SFAC No. 1 menyebutkan Leng 2002: 144).
tiga fokus tujuan pelaporan keuangan yaitu: fokus Secara skematik, hubungan antara tujuan,
luas, fokus sempit dan fokus final. Fokus luas informasi, elemen dan media pelaporan mengisya-
(broad focus) memberi informasi yang berguna ratkan bahwa struktur akuntansi harus mem-
dalam pengambilan keputusan investasi dan punyai suatu kerangka dasar untuk menentukan
pemberian kredit. Fokus sempit (narrow focus) informasi apa saja yang dapat masuk ke dalam
memberi informasi yang berguna untuk memper- laporan keuangan dan informasi apa yang lebih
kirakan prospek aliran kas. Fokus final memberi baik disajikan melalui media lain selain laporan
informasi yang bersangkutan dengan sumber keuangan utama. Laporan keuangan utama
ekonomi (aktiva), selain atas sumber (pasiva dan dianggap sebagai laporan keuangan formal dan
perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya). merupakan informasi minimal yang harus disedia-
Fokus final terutama berkaitan dengan sumber- kan oleh akuntasi. Kerangka akuntansi yang
sumber ekonomi, kewajiban dan modal; pengu-
sekarang berjalan (di Amerika) masih dilandasi
kuran prestasi dan laba perusahaan; penilaian
oleh konsep obyektivitas dan keterujian data
likuiditas, solvabilitas dan arus dana; pengelolah
walaupun karakteristik relevansi merupakan
dan prestasi manajemen; dan penjelasan-penje-
pertimbangan utama.
lasan dan interpretasi manajemen. Agar meme-
Faktor lingkungan akan menentukan tujuan
nuhi tujuan pelaporan keuangan maka infor-
pelaporan keuangan apa yang akan dicapai oleh
masinya pun harus berkualitas.
informasi akuntansi. Tujuan pelaporan akan
Karakteristik kualitas informasi akuntansi,
menentukan informasi apa yang harus dikomuni-
menurut SFAC No. 2 dibagi menjadi kualitas
kasikan kepada pihak yang dianggap berkepen-
primer dan kualitas sekunder. Kualitas primer
tingan. Informasi yang telah dipilih dan dinilai
terdiri dari relevan dan dapat dipercaya. Relevan
relevan akan menentukan elemen laporan ke-
adalah kemampuan informasi untuk menciptakan uangan yang dapat mempresentasikan keadaan
keputusan yang berbeda dengan jalan membantu fisik maupun nonfisik perusahaan dan hasil
para pemakai untuk meramalkan hasil dari pengukurannya secara obyektif akan dituangkan
kejadian masa lalu, sekarang dan yang akan dalam media utama berupa laporan keuangan.
datang atau menegaskan atau memperbaiki per- Berdasarkan SFAC No. 6, pelaporan keuang-
kiraan sebelumnya. Agar informasi relevan harus an terdiri dari elemen-elemen. aktiva, kewajiban,

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra


http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=AKU
80 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 8, NO. 2, NOPEMBER 2006: 78-91

ekuitas, setoran pemilik (investment by owners), dan perubahan harga perolehan berlaku bersih
distribusi pada pemilik (distribution to owners), dari inflasi tidak boleh dimasukkan dalam laba.
comprehensive income, income, revenue, expenses,
gains dan losses. Penentuan laba (comprehensive AKUNTANSI INFLASI
income) lebih penting daripada penentuan net
worth karena pemegang saham sama halnya Kelemahan yang mendasar dari konsep Histo-
dengan pemilik mengharapkan untuk mengetahui rical Cost Accounting adalah asumsi bahwa nilai
hasil investasi dalam perusahaan. Dalam sub bab uang stabil atau dengan kata lain perubahan nilai
berikutnya akan dibahas mengenai konsep laba dalam unit moneter tidak material. Adanya
dan modal. Kenyataan bahwa harga-harga selalu berubah,
mendorong para ahli mencari model yang sudah
KONSEP-KONSEP LABA & memperhitungkan perubahan tingkat harga.
PEMELIHARAAN MODAL Akuntansi inflasi merupakan suatu proses
data akuntansi untuk menghasilkan informasi
Konsep laba menurut Edwards dan Bell (1961: yang telah memperhitungkan perubahan tingkat
59) adalah business profit terdiri dari: (1) current perubahan harga, informasi yang dihasilkan me-
operating profit, kelebihan nilai keluaran yang nunjukkan ukuran satuan mata uang dengan
dijual dari harga perolehan dan (2) realizable cost tingkat harga yang berlaku (Na'im 1989: 7).
saving, kenaikan harga perolehan aktiva yang ada
di perusahaan selama periode tertentu. Realizable Perubahan Harga
cost saving diganti dengan istilah holding gain and Perubahan harga terjadi apabila harga barang
losses karena istilah tersebut lebih dapat diterima dan jasa berbeda dari harga sebelumnya di pasar
oleh akuntan (Kam 1986: 235). yang sama baik di pasar masukan, pasar keluaran
Laba ekonomi adalah perbedaan antara atau di kedua pasar itu. Perubahan harga barang
present value dari net cash flows yang diharapkan dan jasa dapat disebabkan oleh karena perubahan
antara dua titik pada suatu waktu tertentu selain sosial politik, kemajuan teknologi, peraturan pe-
additional investment by dan distribution to owner. merintah dan perubahan daya beli uang. Istilah
Laba ekonomi terdiri dari: (1) expected income atau daya beli mengacu pada kemampuan membeli
distributable cash flow dan (2) unexpected income. barang dan jasa dengan sejumlah uang tertentu
Current operating profit sama dengan expected dibandingkan dengan apa yang dapat dibeli
income dan holding gain and losses sama dengan dengan jumlah yang sama pada suatu waktu.
unexpected income (Revsine 1979: 517). Lebih Menurut (Hendriksen 1992:40), ditinjau dari
lanjut dijelaskan bahwa laba dari konsep Current karakteristik perubahan harga barang dan jasa,
Cost Accounting merupakan laba ekonomi pada ada tiga jenis perubahan harga, yaitu: (1)
pasar persaingan sempurna (Revsine 1973: 88). perubahan tingkat harga umum, (2) perubahan
Pemisahan antara current operating profit dan tingkat harga khusus dan (3) perubahan tingkat
holding gain and losses kurang berarti karena harga relatif. Semua perubahan tersebut mempu-
keputusan manajemen seraca langsung mempe- nyai dampak terhadap relevansi pengukuran
ngaruhi kedua hal tersebut (Drake dan Dopuch dalam akuntansi yang menggunakan unit moneter
1965 ; Prakash dan Sunder 1979). sebagai satuan pengukuran.
Pada pendekatan semantik untuk mengukur Perubahan tingkat harga umum terjadi seba-
laba, modal harus konstan. Modal konstan adalah gai akibat perubahan dalam unit moneter. Peru-
jumlah yang dapat dikonsumsi seseorang selama bahan ini dapat disebabkan oleh perubahan pena-
suatu periode dan tetap sebaik permulaan (as well waran dan permintaan barang dan jasa secara
off) pada akhir periode (Hicks 1946:172). Konsep umum, kecepatan peredaran uang yang lebih
modal konstan dikenal dengan Capital Mainte- besar atau lebih kecil daripada perubahan dalam
nance Concept dan Physical Capital Maintenance total penawaran barang dan jasa di dalam
Concept Financial Capital Maintenance Concept perekonomian dan oleh perubahan harga dunia
memasukkan unsur holding gain and losses. atas komoditi pokok. Perubahan daya beli umum
Physical Capital Maintenance Concept tidak digunakan untuk mengukur daya beli umum.
memasukkan unsur holding gain and losses. Perubahan tingkat harga khusus menggam-
Konsep General Price Level Accounting konsis- barkan perubahan dalam nilai tukarnya. Perubah-
ten dengan Physical Capital Maintenance Concept, an harga di pasar masukan mengakibatkan
yang tidak memasukkan keuntungan atau kerugi- kenaikan atau penurunan biaya atau beban
an elemen-elemen moneter ke dalam komponen perusahaan dan perubahan harga di pasar keluar-
laba tetapi dianggap sebagai penyesuaian modal. an menyebabkan pergeseran dalam pendapatan
SFAC 33 menegaskan bahwa keuntungan atau (dengan asumsi bahwa perubahan harga tidak
kerugian daya beli atas elemen-elemen moneter mempengaruhi kuantitas barang yang dijual).

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra


http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=AKU
Kodrat: Studi Banding Penyusunan Laporan Keuangan dengan Metode Historical Cost Accounting 81

Perubahan tingkat harga khusus dapat disebab- semula untuk mendapatkan persediaan itu, Pada
kan oleh perubahan selera, kemajuan teknologi, aktiva tetap yang diharapkan dapat diterima,
spekulasi, perubahan alami atau perubahan perubahan harga atau perubahan nilai sementara
dalam penawaran produk tertentu atau sebagai belum diakui. Penurunan harga pasar aktiva tetap
akibat dalam perubahan nilai uang. dicatat sampai aktiva tersebut dinyatakan atau
Perubahan tingkat harga relatif menggambar- ditetapkan menjadi aktiva yang tidak bermanfaat
kan laju atau arah perubahan harga khusus yang (APB Statement No, 4 par 183).
berbeda dari indeks seluruh harga. Jadi per-
ubahan dalam struktur harga atau perubahan AKUNTANSI KONVENSIONAL
dalam harga satu jenis komoditi dibandingkan (CONVENTIONAL ACCOUNTING)
dengan harga seluruh barang dan jasa. Pengaruh
perubahan harga relatif tidak dapat diukur dan Seluruh proses akuntansi pada dunia usaha
diungkapkan sepenuhnya kecuali jika perkiraan pada umumnya selalu mendasarkan diri pada
itu disesuaikan untuk perubahan nilai uang dan asumsi adanya stable monetary unit yang meng-
untuk perubahan harga khusus. Jadi, dapat akibatkan semua transaksi yang terjadi dicatat
dikatakan bahwa perubahan harga relatif merupa- atas dasar nilai historis (Muljono 1995: XXX). Di
kan perubahan harga khusus dengan mengeluar- sisi lain disadari pula bahwa stable monetary unit
kan pengaruh daya beli uang. tersebut pada kenyataannya tidak ada.
Perubahan pos-pos nonmoneter dalam laporan Penggunaan nilai historis dalam akuntansi
keuangan tidak mengakui perubahan yang di- finansial disebabkan karena beberapa alasan
sebabkan oleh perubahan harga tetapi hanya yang (Soetjipto 2004: 4). Pertama, relevan dalam pem-
disebabkan oleh kuantitas pada saat realisasi buatan keputusan ekonomi. Bagi manajer dalam
melalui penjualan dan pada saat pembelian membuat keputusan masa depan diperlukan data
(Rosenfield, 1981: 98). AICPA task force on concept- transaksi masa lalu. Kedua, nilai historis yang
tual framework menyatakan hal tersebut sebagai berdasarkan data obyektif dapat dipercaya, dapat
berikut: diaudit dan lebih sulit untuk memanipulasi bila
At present, changes accounted for are almost dibandingkan dengan nilai yang lain seperti
exclusively transaction and other changes in current cost ataupun replecement cost. Ketiga,
the price factor ..... Only on limited situations karena telah disepakati berlakunya prinsip
are changes now recorded based on changes in akuntansi pada penggunaan nilai historis memu-
the factor alone essentially only to implement dahkan untuk melakukan perbandingan baik
the lower of cost and market rules for antara industri maupun antar waktu untuk suatu
inventories and marketable securities. industri.
Kelemahan penggunaan nilai historis (Mul-
Perubahan harga pada saat realisasi melalui jono, 1995: 48-49) antara lain: (1) Adanya pem-
penjualan meliputi tiga jenis perubahan harga bebanan biaya yang terlalu kecil karena
yaitu: (1) perubahan harga di pasar, disebabkan pendapatan untuk suatu hal tertentu pada saat
oleh perubahan antara harga pada saat dibeli dan tertentu akan dibebani biaya yang didasarkan
harga pada saat dijual, (2) kesempatan yang pada suatu nilai uang yang telah ditetapkan
dibuat produsen (producer's margin) disebabkan beberapa periode yang lalu pada saat pencatatan
oleh tambahan manfaat dari aktiva seperti adanya terjadinya biaya tersebut, (2) Nilai aktiva yang
guna waktu, guna tempat dan guna bentuk dan (3) dicatat dalam neraca akan mempunyai nilai yang
kenaikan atau penurunan harga jual disebabkan lebih rendah apabila dibandingkan dengan per-
oleh perubahan harga sebelum aktiva dijual. kembangan harga daya beli uang terakhir. Di
Perubahan yang disebabkan oleh perubahan samping itu juga terjadi perubahan-perubahan
harga saat aktiva dijual tidak dapat diketahui kurs yang cepat atas aktiva dan pasiva dalam
secara pasti (Chambers 1966: 252). valuta asing yang dikuasai persahaan sehingga
Pengakuan penurunan harga biasanya tidak mengalami kesulitan dalam perhitungan selisih
diakui sebelum penjualan, pengecualian pada kurs yang tepat, (3) Alokasi biaya untuk depre-
pengakuan kerugian sejumlah tertentu aktiva siasi, amortisasi akan dibebankan terlalu kecil dan
yang dapat segera dijual. Ada perbedaan per- mengakibatkan laba dihitung terlalu besar, (4)
lakuan kerugian antara aktiva tetap dan aktiva Laba/rugi yang terjadi yang dihasilkan oleh
lancar. Pada aktiva lancar, saat aktiva tersebut perhitungan laba/rugi yang didasarkan pada
diharapkan dapat digunakan atau dijual, maka asumsi adanya stable monetary unit tersebut
bukti sementara ini sudah cukup untuk mengakui tidaklah riil apabila diukur dengan perkembangan
adanya kerugian. Pada persediaan, harga pasar daya beli uang yang sedang berlangsung, (5)
dihapus bila lebih rendah dari harga perolehan Perusahaan tidak akan memperahankan real
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=AKU
82 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 8, NO. 2, NOPEMBER 2006: 78-91

capital-nya dan ada kecenderungan terjadinya bermanfaat untuk mengetahui alokasi sumber
kanibalisme terhadap modal sehubungan dengan dana perusahaan dan untuk mengevaluasi kegiat-
pembayaran pajak perseroan dan pembangian an yang telah dilaksanakan, sehinga informasi ini
laba yang lebih besar daripada semestinya, (6) dapat digunakan manajemen untuk membuat
Menyalahi mathematical principle karena ver- keputusan yang akan datang.
bagai himpunan yang tidak sama dijumlahkan Masalah dasar dalam perusahaan (Edwards
menjadi satu dan (7) Di samping hal-hal di atas dan Bell 1961: 20) adalah: (1) berapa jumlah aktiva
akan timbul kesulitan-kesulitan bagi manajemen yang seharusnya tersedia pada suatu waktu? (2)
perusahaan apabila harus mendasarkan pada dalam bentuk apa sebaiknya aktiva tersebut
laporan akuntansi yang disusun atas dasar asumsi dimiliki? dan (3) bagaimana seharusnya aktiva
adanya stable monetary unit. tersebut dibiayai? Masalah itu bila diperhatikan
merupakan masalah ekspansi, masalah komposisi
aktiva dan masalah pendanaan.
MODEL AKUNTANSI PADA MASA INFLASI Informasi akuntansi akan bermanfaat untuk
Untuk menyelesaikan masalah penyajian mengambil keputusan bila data tersebut dapat
informasi keuangan berkaitan dengan adanya diperbandingkan antar periode. Data akuntansi
perubahan harga ini ada beberapa konsep yang merupakan campuran antara data dari periode
dapat diterapkan yaitu: (1) konsep Current Cost sebelumnya dengan data periode sekarang,
Accounting (istilah ini sama dengan Replacement sehingga data akuntansi periode sebelumnya perlu
Cost Accounting ataupun Current Reproduction disesuaikan dengan perubahan daya beli.
Value Accounting). Konsep ini mempertahankan Untuk menyajikan elemen-elemen laporan
keuangan menurut perubahan tingkat daya beli
satuan pengukuran tetapi menyimpang dari
yaitu dengan menggunakan indeks harga. Proses
Historical Cost Accounting. Untuk selanjutnya
yang diperlukan untuk melakukan konversersi
konsep ini tidak akan dibahas dalam penelitian ini
tersebut sebagai berikut: (1) Mendapatkan laporan
dan (2) Konsep Constant Dollar Accounting (istilah
keuangan yang disusun berdasarkan Historical
ini sama dengan Stabilized Accounting ataupun
Cost Accounting, (2) Mendapatkan dan menentu-
General Price Level Accounting atau Current kan indeks harga umum yang akan digunakan
Purchasing Power Accounting. Konsep ini me- untuk penyesuaian, terdiri dari indeks harga yang
rubah satuan pengukuran tetapi mempertahan- meliputi umur aktiva dan pasiva paling lama, (3)
kan model pelaporan atas dasar historical cost. Mengklasifikasikan elemen-elemen di laporan
Konsep lain yang tidak begitu banyak keuangan menurut pos-pos moneter dan nonmo-
penganutnya yaitu konsep penyesuaian laba neter, (4) Menyesuaikan pos-pos moneter dengan
terhadap pengaruh inflasi oleh Profesor Lawson faktor konversi indeks harga, untuk menyatakan
(Hadibroto 1987:127). Lawson menyatakan bahwa nilai aktiva dengan nilai uang menurut harga
untuk mengetahui laba yang telah disesuaikan yang berlaku sekarang, (5) Menghitung laba atau
dengan tingkat inflasi perlu digunakan laporan rugi yang timbul karena memiliki pos-pos
keuangan berdasarkan cash flow selama periode moneter.
yang bersangkutan, karena cash flow tersebut Masalah-masalah yang timbul dalam mene-
telah diukur dengan nilai uang sebenarnya untuk rapkan konsep General Price Level Accounting
masa itu. adalah: penyusunan laporan keuangan pada
tahun tertentu (date), penggunaan indeks (indeks)
Konsep General Price Level Accounting dan masalah penggolongan pos moneter dan pos
non moneter (Rosenfield 1981: 116).
Masalah akuntansi yang berhubungan dengan
Penyusunan laporan keuangan pada tahun
perubahan harga pertama kali disajikan secara berjalan (date). Informasi untuk tahun yang
sistematis dalam artikel Effects of inflation on sedang berjalan harus disajikan dalam suatu batas
German Accounting (Sweeney 1927:180-191). Swe- kemampuan daya beli umum pada tahun yang
ney mengemukakan konsep dan prosedur untuk sedang berjalan pula. Untuk mengatasi masalah
General Purchasing Power Accounting di Amerika. ini, maka konsep General Price Level Accounting
Gagasan dasar dari General Purchasing Power perlu dibatasi dengan tingkat kemampuan daya
Accounting tidak berubah sampai sekarang, hanya beli umum di masa lampau dengan menggunakan
mengalami perkembangan saja (Paton dan tahun dasar.
Littleton 1940: XV). Penggunaan indeks. Tingkat inflasi dapat
Gagasan ini timbul dari pentingnya kualitas ditentukan dengan berbagai macam cara antara
informasi yang disediakan oleh akuntan untuk lain dengan Gross National Product (GNP) deflator
manajemen dan para pemakai informasi keuang- dan angka indeks harga. Dengan GNP deflator
an lainnya. Bagi manajemen informasi keuangan tingkat inflasi ditentukan menurut tingkat kenaik-

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra


http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=AKU
Kodrat: Studi Banding Penyusunan Laporan Keuangan dengan Metode Historical Cost Accounting 83

an harga umum semua barang dan jasa yang dengan daya beli rupiah laporan keuangan tahun
dihitung dalam penentuan GNP. Angka indeks berjalan, sehingga lebih dapat dibandingkan.dan
harga merupakan suatu indikator yang menunjuk- (3) General Price Level Accounting yang dilaporkan
kan tingkat barang pada suatu tingkat harga sebagai informasi tambahan terhadap laporan
barang tersebut pada tahun dasar yang dipilih keuangan Historical Cost Accounting dapat
berdasarkan keadaan ekonomi yang normal. meniadakan pengaruh perubahan harga tanpa
Pos moneter dan pos nonmoneter. Aktiva struktur akuntansi yang baru.
moneter adalah uang atau suatu klaim untuk
menerima sejumlah uang yang jumlahnya tetap Kontroversi Penggunaan General Price Level
tanpa dipengaruhi harga barang atau jasa tertentu Accounting dalam Penyusunan Laporan
di masa yang akan datang. Utang moneter adalah Keuangan.
suatu kewajiban untuk membayar sejumlah uang
Kontroversi yang berkaitan dengan kerele-
yang jumlahnya tetap tanpa dipengaruhi harga
vanan General Price Level Acconting telah dan
atau jasa tertentu di masa yang akan datang. Arti masih berlangsung hingga saat ini. Sejumlah
ekonomi dari aktiva dan utang moneter sangat argumentasi yang mendukung telah dikembang-
tergantung pada tingkat harga umum, walaupun kan (Schroeder & Clark 1995). Pertama, laporan
faktor-faktor lainnya seperti kemampuan kreditur keuangan yang tidak disesuaikan dengan tingkat
untuk membayar dapat juga mempengaruhi. harga umum atau dengan kata lain disajikan
Semua aktiva dan utang yang tidak mempunyai berdasarkan nilai historis tidak mencerminkan
sifat moneter disebut nonmoneter. Arti ekonomi perubahan kemampuan atau daya beli (pur-
elemen-elemen nonmoneter sangat tergantung chasing power) dari bermacam-macam aset dan
pada nilai barang dan jasa tertentu. klaim dalam perusahaan. Sedangkan laporan
Pemisahan elemen-elemen moneter dan non- yang disajikan berdasarkan tingkat harga umum
moneter ini perlu dilakukan dalam penerapan menyajikan data yang mencerminkan purchasing
metode General Price Level Accounting karena power dari aset dan klaim dalam mata uang
elemen-elemen moneter itu sudah dicatat dalam tertentu dalam akhir periode.
rupiah sekarang, sehingga tidak perlu dibuat Argumentasi kedua menyatakan bahwa Con-
penyesuaian. Elemen-elemen nonmoneter masih ventional Historical Cost Accounting tidak meng-
menggunakan rupiah masa sebelumnya sehingga ukur pendapatan (income) dengan sewajarnya
perlu dilakukan penyesuian menjadi rupiah sebagai hasil matching rupiah dalam laporan laba
sekarang. rugi. Beban-beban yang telah terjadi pada periode
sebelumnya dikontrakan dengan pendapatan-
Tujuan Konsep General Price Level Account- pendapatan yang umumnya dicerminkan dalam
ing nilai rupiah tertentu pada saat ini. General Price
Level Accounting menyediakan konsep matching
Konsep General Price Level Accounting tidak pendapatan dan beban yang lebih baik karena
dimaksudkan untuk menggantikan prinsip menggunakan nilai uang konstan (common value).
Historical Cost Accounting. Metode ini bertujuan Ketiga, General Price Level Accounting relatif
untuk menunjukkan akibat perubahan harga mudah diterapkan. Hanya sekedar mengganti
terhadap posisi dan hasil usaha perusahaan yang nilai lama dengan nilai saat ini. General Price
ditunjukkan sebagai informasi tambahan ter- Level Accounting mencerminkan konsep terakhir
hadap lapororan yang disusun dengan Historical dari General Accepted Accounting Principles.
Cost Accounting. Sebagai akibatnya, dirasa relatif lebih obyektif dan
Adapun tujuan konsep General Price Level dapat diuji kebenarannya. Karakteristik tersebut
Accounting adalah (Baridwan 1985: 91-92): (1) yang menyebabkan General Price Level Accounting
Metode ini menyajikan informasi tentang akibat lebih dapat diterima dibanyak perusahaan diban-
perubahan harga terhadap usaha perusahaan, ding Current Value Accounting.
Informasi seperti ini berguna bagi manajemen Keempat, General Price Level Accounting me-
dalam melakukan penilaian terhadap kemajuan nyediakan informasi yang relevan bagi mana-
usaha perusahaan karena unit moneter yang jemen dalam evaluasi dan penggunaanya. Jadi
tercantum dalam laporan keuangan merupakan laba dan rugi berdasarkan tingkat harga umum
unit moneter yang mempunyai daya beli sama, (2) dihasilkan dari penanganan item-item moneter
General Price Level Accounting meningkatkan yang merefleksikan respons manajemen terhadap
daya banding (comparability) dari laporan keuang- inflasi. Pada akhirnya, General Price Level
an antar periode dalam suatu perusahaan. Accounting menyajikan pengaruh inflasi secara
Penggunaan metode ini membuat unit moneter umum terhadap laba dan menyediakan hasil
investasi yang lebih realistis.
dalam laporan keuangan tahun lalu sebanding

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra


http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=AKU
84 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 8, NO. 2, NOPEMBER 2006: 78-91

Relevansi lebih berkepentingan dengan masa UJI RELEVAN DAN INTERPRETATIF


sekarang dan masa mendatang. Karena itu SETIAP ELEMEN NERACA
informasi yang didasarkan pada nilai historis
Laporan keuangan yang disusun dengan
dianggap kurang relevan untuk tujuan pengam-
metode Historical Cost Accounting tidak inter-
bilan keputusan khususnya dalam kondisi eko-
pretatif dan tidak relevan, sehingga untuk mem-
nomi yang cenderung mengalami inflasi.
beri arti dalam setiap elemen keuangan sulit
Di sisi lain, penolakan terhadap General Price
(Sterling, 1975: 46). Sterling mengemukakan hal
Level Accounting didasarkan pada beberapa
tersebut sebagai berikut: (1) I am unable to
argumentansi berikut ini. Pertama, kebanyakan
interpret the figures. I don't know how to place them
studi empiris mengindikasikan bahwa relevansi
in an “if ........ then ...... statement. Thus, I don't
dari informasi tingkat harga umum juga lemah think they meet the interpret ability criterion.
atau dengan kata lain tidak dapat diterima. However, my inability to interpret them may be due
Penelitian-penelitian selanjutnya diharapkan lebih to a deficiency in my thinking rather them a
dapat memberikan jaminan sebelum adanya deficiency in the figures. Therefore, instead of
kesimpulan yang dapat dicapai sehubungan concluding that they are not interpretable, I will
dengan tingkat relevansi informasi tingkat harga challenge the readers to provide an interpretation,
umum dan kemampuan untuk menginterpretasi- (2) I have not been able to find decision models that
kan hal tersebut secara penuh. specify the figures. Thus,I don't think they meet the
Kedua, tingkat harga umum merubah reke- relevance (or usefulness) criterion. Again, however,
ning hanya untuk perubahaan dalam tingkat since I may have overlooked the decision models
harga secara umum dan tidak merubah rekening that specif these figures, I will challenge the readers
kedalam tingkat harga tertentu. Jadi penanganan to demonstrate their relevant rather than
laba dan rugi untuk aset-aset non moneter tidak concluding than they are irrelevant, (3) The figures
diakui dan para pengguna data yang disesuaikan clearly do not measure the COG attribute. There is
pada tingkat harga umum mungkin mempercayai no way to interpret them prepare financial in
bahwa perubahan nilai-nilai telah berkorespon- physical units.
densi dengan nilai-nilai saat itu. Pendapat Robert R. Sterling didukung pula
Ketiga, pengaruh atau akibat adanya inflasi dengan pendapat Paul Rosenfield. Rosenfield
akan berbeda dalam berbagai perusahaan. Peru- (1975: 46) yang menyatakan bahwa: Present
sahaan-perusahaan yang intensif modal akan financial statements have two mayor defects in
lebih dipengaruhi oleh inflasi dibanding dengan addition to incorporating arbitrary allocation that
perusahaan-perusahaan yang dipenuhi dengan limit their usefulness: (1) They use a criterion of
aset-aset jangka pendek. success or failure, more or less money, that is less
Keempat, biaya-biaya diimplementasikan relevant to the users than another criterion that can
lebih besar dari nilai pokoknya dalam General be used, more or less general purchasing power, (2)
Pricel Level Accounting dibanding benefitnya. They emphasize a stable relationship, historical
Beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh cost.
Financial Accounting Standard Board (FASB) di NOD (Number of Dollar) attribute digunakan
USA juga masih tidak membeberkan kepastian untuk mengetahui bahwa laporan keuangan
mengenai perlu tidaknya penggunaan General tersebut interpretatif. COG (Command Over Good)
Price Level Accounting, diantaranya: (1) Statement attribute digunakan untuk mengetahui bahwa
No. 33 yang mengharuskan beberapa perusahaan laporan keuangan tersebut relevan. Elemen
tertentu untuk menyajikan informasi tambahan laporan keuangan dikatakan relevan atau inter-
dengan menggunakan General Price Level pretatif bila lebih besar sama dengan 1.000 unit.
Accounting dan Current Cost Accounting, (2)
Statement No. 82 menyatakan bahwa informasi METODE PENELITIAN
tambahan dengan General Price Level Accounting
dan Current Cost Accounting sebaiknya disajikan Data yang digunakan dalam penelitian ini
tetapi tidak diharuskan (Statement No. 82 untuk adalah data sekunder berupa neraca, laporan rugi
mengganti Statement No. 33), (3) Pernyataan laba, laporan perubahan ekuitas dan indeks harga
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia bahwa konsumen. Data laporan keuangan diperoleh dari
informasi tambahan antara lain mengenai Bursa Efek Jakarta dan Indonesian Capital
pengungkapan pengaruh perubahan harga ber- Market Directory. Data indeks harga konsumen
sifat tidak mengikat. diperoleh dari Biro Pusat Statistik.

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra


http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=AKU
Kodrat: Studi Banding Penyusunan Laporan Keuangan dengan Metode Historical Cost Accounting 85

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka Pajak yang Ditangguhkan (differed income
analisis pengaruh perubahan daya beli pada taxes) dilaporkan dalam neraca sebesar jumlah
laporan keuangan selama kurun waktu 2005– akumulasi dari penghematan pajak (tax savings)
2006 akan dihitung dengan menggunakan metode dan disajikan dalam laporan keuangan setelah
General Price Level Accounting. Elemen-elemen disesuaikan dengan perubahan daya beli sebesar
laporan keuangan disajikan dalam laporan nilai yang akan dibayar, sehingga Pajak yang
keuangan setelah disesuaikan dengan perubahan Ditangguhkan tidak perlu lagi disesuaikan dengan
daya beli (Davidson, 1976: 20): perubahan daya beli.
Kas dan Piutang Dagang tidak perlu disesuai- Modal Saham Preferen dapat digolongkan se-
kan dengan perubahan daya beli, tetapi pada bagai elemen moneter dan elemen non moneter
laporan keuangan yang diperbandingkan perlu tergantung keadaannya.
ada kesamaan daya beli. Penyesuaian ini Modal Saham Biasa diukur dengan selisih
dilakukan dengan cara sebagai berikut: antara Total Aktiva yang telah disesuaikan
Angka Indek pada tahun 1
x Kas/Piutan g Dagang
dengan perubahan daya beli dengan Total Hutang
Angka Indeks pada Tahun Dasar 0 yang telah disesuaikan dengan perubahan daya
beli ditambah modal saham preferen.
Persediaan dikonversikan dengan cara sebagai Pendapatan dan biaya dapat diklasifikasikan
berikut: menjadi dua kelompok yaitu elemen moneter dan
Angka Indek pada tahun ini
x Harga Perolehan Persediaan elemen non moneter. Sifat dari rekening-rekening
Angka Indeks saat Perolehan
tersebut menjadi dasar dalam pengklasifikasian-
Besarnya harga perolehan persediaan tergan- nya.
tung dengan metode yang digunakan (FIFO, Laporan keuangan yang telah disusun dengan
LIFO, Rata-rata, dan lain-lain) dan penggunaan metode General Price Level Accounting disbanding-
metode tersebut harus konsisten. kan dengan laporan keuangan yang disusun
Pembayaran di muka (prepayment) disajikan dengan Historical Cost Accounting. Kedua laporan
dalam laporan keuangan sesuai dengan perubah- keuangan dianalisis dengan menggunakan NOD
an daya beli saat dilakukan pembayaran. Nilai (Number of Dollar) attribute untuk mengetahui
konversinya adalah: bahwa laporan keuangan tersebut interpretatif
Angka Indek pada tahun ini
x Pembayaran Dimuka dan dianalisis dengan COG (Command Over Good)
Angka Indeks saat Pembayaran attribute untuk mengetahui bahwa laporan
Investasi disajikan dalam laporan keuangan keuangan tersebut relevan.
sesuai dengan perubahan daya beli saat investasi Dari hasil analisis tersebut selanjutnya dilaku-
terjadi. Penyajiannya adalah sebesar: kan analisa. Elemen laporan keuangan dikatakan
Angka Indek pada tahun ini
relevan > 16 unit dan interpretatif bila selisih
x Nilai Investasi elemen yang telah disusun berdasarkan dollar
Angka Indek saat Investasi Terjadi
konstan dibagi dengan selisih unit sama dengan
Aktiva Tetap dalam laporan keuangan disaji- indeks harga konsumen. Apabila prosentase
kan sesuai dengan perubahan daya beli saat elemen-elemen dalam laporan keuangan yang
aktiva tersebut dimiliki. Besarnya nilai konversi sesuai dengan NOD attribute dan COG attribute >
adalah: 50%, maka laporan keuangan tersebut dapat
Angka Indek pada tahun ini
x Harga Perolehan Aktiva Tetap
dikatakan interpretatif dan relevan.
Angka Indek saat Aktiva Dimiliki

Hutang Lancar tidak perlu dinilai kembali HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
karena sudah secara langsung mengikuti perubah-
an daya beli kecuali apabila ingin diperbandingkan Penyusunan laporan keuangan dengan me-
dengan laporan keuangan lainnya. tode General Price Level Accounting, dilaksanakan
Kontrak pemeliharaan/langganan (advances dengan mengelompokkan pos-pos neraca menjadi
on maintenance contracts) diukur dengan nilai pos moneter dan pos non moneter. Elemen
konversi sebesar: moneter pada akhir tahun 2006 tidak perlu
Angka Indeks pada tahun ini
disesuaikan dengan nilai rupiah saat itu, tetapi
Angka Indek selama Masa Pemelihara an
x Kas yang Dibayar karena akan disusun neraca yang diperbanding-
kan maka saldo pos moneter tanggal 31 Desember
Hutang Jangka Panjang tidak perlu dinilai 2005 harus dinyatakan menjadi rupiah konstan.
kembali karena sudah secara langsung mengikuti Dengan demikian pos moneter akhir tahun
perubahan daya beli kecuali apabila ingin 2006 akan sebanding dengan pos moneter akhir
diperbandingkan dengan laporan keuangan lainnya. tahun 2006. Penyesuaian terhadap pos non mone-

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra


http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=AKU
86 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 8, NO. 2, NOPEMBER 2006: 78-91

ter dilakukan dengan menyesuaikan terhadap laju 2006 2005


perubahan tingkat harga. Adapun Indeks Harga - Pihak yang mempunyai 11.087,00 4.417,42
hubungan istimewa
Konsumen adalah: - Pihak Ketiga 32.311,00 25.449,20
− awal tahun 2005 = 118.53 Biaya yang masih harus 31.404,00 39.229,12
− rata-rata tahun 2005 = 125.09 dibayarJaminan
− akhir tahun 2005 = 136.86 Hutang Pajak 105.047,00 5.229,70
Kewajiban Jangka Panjang yg
− rata-rata tahun 2006 = 141.48
akan jth tempo:
− akhir tahun 2006 = 145.89 - Pinjaman - 40.989,06
- Sewa Guna Usaha Pembiayaan 9.915,00 11.912,32
Setelah dilakukan penyesuaian setiap pos Kewajiban Lancar Lainnya 7.099,00 6.894,76
dalam laporan keuangan dengan laju inflasi, maka Jumlah Kewajiban Lancar 196.863,00 134.121,58
akan dihitung rugi atau laba daya beli. Rugi atau
Kewajiban Tidak Lancar
laba daya beli hanya dihitung untuk elemen- Kewajiban Pajak Tangguhan 212.510,00 215.531,53
elemen moneter. Hal ini dilakukan karena elemen Kewajiban Jk Pjg: Sewa Guna 3.845,00 9.516,00
moneter ini mempunyai saldo yang menunjukkan Usaha Pembiayaan
jumlah daya beli pada saat itu. Kewajiban Imbalan Kerja 3.069,00 12.466,63
Kewajiban Penghentian 23.667,00 23.784,14
Dengan berubahnya indeks harga, saldo Pengoperasian Asset
elemen moneter periode sebelumnya mempunyai Jumlah Kewajiban 439.954,00 395.419,89
daya beli yang berbeda dengan saldo sekarang.
Elemen-elemen non moneter tidak dihitung rugi Ekuitas
laba daya belinya karena dalam laporan keuang- Modal Saham 167.900,89 167.900,89
Tambahan Modal Disetor 341.874,68 341.874,68
an, elemen-elemen tersebut dikonversikan menjadi Cadangan Jaminan Reklamasi 25.858,54 26.369,14
rupiah konstan. Selisih Penilaian Kembali Aktiva 196.863,00 152.924,58
Berikut ini adalah laporan keuangan PT. Tetap
International Nickel Indonesia, Tbk yang sudah Saldo Laba 950.576,13 598.092,43
Jumlah Ekuitas 1.683.073,24 1.287.161.74
dinyatakan dalam rupiah konstan pada tanggal 31
Desember 2005. JUMLAH KEWAJIBAN DAN 2.123.027,24 1.682.581,62
Dari Tabel 1 tampak bahwa saldo neraca pada EKUITAS
tanggal 31 Desember 2005 sebesar US$ 1.649.665
namun saldo neraca per tanggal 31 Desember Tabel 1 menunjukkan pula bahwa saldo
2005 dengan dollar konstan sebesar US$ neraca pada tanggal 31 Desember 2006 sebesar
1.682.581,63. Perbedaan ini terjadi karena peru- US$ 2.122.732 namun saldo neraca per tanggal 31
bahan pos aktiva lancar dari US$ 458.646 namun Desember 2006 dengan dollar konstan sebesar
setelah penyesuaian dengan dollar konstan men- US$ 2.123.027,24. Perbedaan ini terjadi karena
jadi US$ 491.562,62. Sedangkan untuk aktiva perubahan pos aktiva lancar dari US$ 905.320
tetap (net) tidak mengalami perubahan. namun setelah penyesuaian dengan dollar konstan
menjadi US$ 905.615,24. Sedangkan untuk aktiva
Tabel 1. PT. INTERNATIONAL NICKEL INDONE- tetap (net) tidak mengalami perubahan. Perbeda-
SIA Tbk (Neraca per 31 Desember) an saldo neraca yang dihitung dengan Metode
(Dalam ribuan Dollar AS, berdasarkan Dollar Konstan) Historical Cost Accounting dengan Metode General
2006 2005 Price Level Accounting terjadi karena perubahan
AKTIVA tingkat harga.
Aktiva Lancar Tabel 2 menunjukkan bahwa saldo laba
Kas dan Setara Kas 477.856,00 265.624,05
Piutang Usaha 276.030,00 88.416,63
setelah pajak perseroan yang berakhir pada
Piutang Lain-lain 14.171,00 9.285,75 tanggal 31 Desember 2005 sebesar US$ 267.754
Piutang Pajak 6.351,00 22.693,03 namun setelah dihitung dengan dollar konstan
Persediaan, bersih 121.431,00 97.354,87 menjadi 326.692,93. Untuk saldo laba setelah
Biaya Dibayar Dimuka dan Uang 9.776,24 8.188,29
pajak perseroan yang berakhir pada tanggal 31
Muka
Jumlah Aktiva Lancar 905.615,23 491.562,62 Desember 2006 sebesar US 513.358 dan setelah
dihitung dengan dollar konstan menjadi US$
Aktiva Tetap 529.011,49. Perbedaan saldo laba setelah pajak
Aktiva Tetap 1.210.689,00 1.185.410,00 perseroan yang dihitung dengan metode Historical
Aktiva Lain-Lain 6.723,00 5.609,00 Cost Accounting dengan metode General Price
JUMLAH AKTIVA 2.123.027,24 1.682.581,62
Level Accounting karena perubahan tingkat harga.
Tabel 3 menunjukkan bahwa saldo laba yang
KEWAJIBAN DAN EKUITAS ditahan pada tanggal 31 Desember 2005 sebesar
Kewajiban Lancar US$ 839.810 namun setelah dihitung dengan
Hutang Usaha

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra


http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=AKU
Kodrat: Studi Banding Penyusunan Laporan Keuangan dengan Metode Historical Cost Accounting 87

dollar konstan menjadi US$ 598.092,43. Sebalik- 1. Kas dan Setara Kas
nya saldo laba yang ditahan pada tanggal 31 2005 = 265.624,05 : 145,89 = 1.820,71
Desember 2006 sebesar US$ 1.244.347 dan setelah 2006 = 477.856,00 : 145.89 = 3.275,45
dihitung dengan dollar konstan menjadi US$ Selisih jumlah unit tahun 2005 dan tahun 2006
950.576,13. Perbedaan saldo laba ditahan yang sebesar 1.454,74 unit. Selisih tersebut sama
dihitung dengan metode Historical Cost Accoun- dengan selisih dollar sebesar US$ 212.231,95.
ting dengan metode General Price Level Accounting Berdasarkan hasil perhitungan tersebut me-
karena perubahan tingkat harga. nunjukkan bahwa elemen kas dan setara kas
adalah interpretatif dan relevan.
Tabel 2. PT. INTERNATIONAL NICKEL INDONE-
2. Piutang Usaha
SIA Tbk
Perhitungan Laba Rugi untuk Tahun 2005 = 88.416,63 : 145,89 = 606,05
yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2006 = 276.030,00 : 145,89 = 1.892,04
Selisih jumlah unit tahun 2005 dan tahun 2006
(Dalam ribuan Dollar, berdasar Dollar konstan) sebesar 1.285,99 unit. Selisih tersebut sama
2006 2005 dengan selisih dollar sebesar US$ 187.613,37 .
Penjualan Kotor 1.379.392,22 1.032.238,88
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut me-
Harga Pokok Penjualan 587.660,16 518.166,81
Laba Kotor 791.732,07 514.072,08 nunjukkan bahwa elemen piutang usaha ada-
Beban Umum, Penjualan dan 33.183,12 24.131,02 lah interpretatif dan relevan.
Administrasi 3. Piutang Lain-lain
Laba Usaha 758.548,95 489.941,05
Pendapatan (Beban) Lain-lain
2005 = 9.285,75 : 145,89 = 63,65
Pendapatan Bunga 11.697,25 9.671,77 2006 = 14.171,00 : 145,89 = 97,13
Beban Bunga (2.051,97) (6.391,09) Selisih jumlah unit tahun 2005 dan tahun 2006
Rugi Selisih Kurs (1.006,00) (848,52) sebesar 33,48 unit. Selisih tersebut sama
Rugi Pelepasan dan (11.133,09) (29.845,30)
Penghapusan Aktiva Tetap dengan selisih dollar sebesar US$ 4.885,25.
Lainnya 11.701,38 (13.207,86) Berdasakan hasil perhitungan tersebut menun-
Jumlah Pendapatan / (Beban) 9.207,57 (40.621,00) jukkan bahwa elemen piutang lain-lain adalah
Lain-lain (net)
Laba Sebelum Pajak dan 767.756,52 449.320,05
interpretatif dan relevan.
Penghasilan 4. Piutang Pajak
Beban Pajak Penghasilan 238.745,03 122.627,12 2005 = 22.693,03 : 145,89 = 155,55
Laba Bersih 529.011,49 326.692,93 2006 = 6.351,00 : 145,89 = 43,53
Selisih jumlah unit tahun 2005 dan tahun 2006
Tabel 3. PT. INTERNATIONAL NICKEL INDONE- sebesar 112,02 unit. Selisih tersebut sama
SIA Tbk
dengan selisih dollar sebesar US$ 16.342,03.
Laporan Perubahan Ekuitas untuk
tahun-tahun yang berakhir pada tanggal Berdasarkan hasil perhitungan tersebut me-
31 Desember nunjukkan bahwa elemen piutang pajak ada-
lah interpretatif dan relevan.
(Dalam ribuan Dollar, berdasar Dollar konstan)
5. Persediaan, bersih
2006 2005
Saldo 1 Januari 598.092,43 411.042,86 2005 = 97.354,87 : 145,89 = 667,32
Penyesuaian sehubungan dengan - (9.891,23) 2006 = 121.431,00 : 145,89 = 832,35
perubahan Selisih jumlah unit tahun 2005 dan tahun 2006
kebijakan akuntansi untuk kewajiban sebesar 165,03 unit. Selisih tersebut sama
penghetian pengoperasian asset, dengan selisih dollar sebesar US$ 24.076,13.
bersih setalah pajak
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut me-
Saldo 1 Januari, disajikana kembali 598.092,43 401.151,63
nunjukkan bahwa elemen persediaan, bersih
Laba Bersih Disajikan Kembali 529.011,49 326.692,93
adalah interpretatif dan relevan.
Dividen yang Dideklarasikan (177.006,79) (129.752,13)
6. Biaya Dibayar Dimuka dan Uang Muka
Dipindahkan dari Cadangan Jaminan 477,00 -
Reklamasi
2005 = 8.188,29 : 145,89 = 56,12
Saldo 31 Desember, disajikan kembali 950.576,13 598.092,43 2006 = 9.776,26 : 145,89 = 67,01
Selisih jumlah unit tahun 2005 dan tahun 2006
Uji Relevan dan Interpretatif Setiap Elemen sebesar 10,88 unit. Selisih tersebut sama
Neraca dengan selisih dollar sebesar US$ 1.587,97.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut me-
Uji relevan dan interpretatif dengan meng- nunjukkan bahwa elemen Biaya Dibayar
gunakan Tabel 1. Item neraca tersebut dibagi Dimuka dan Uang Muka adalah interpretatif
dengan indeks harga konsumen. Adapun hasilnya dan tidak relevan.
berikut ini.

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra


http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=AKU
88 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 8, NO. 2, NOPEMBER 2006: 78-91

7. Aktiva Tetap 13. Kewajiban Jangka Panjang yang akan Jatuh


2005 = 1.185.410,00 : 145,89 = 8.125,37 Tempo: Pinjaman
2006 = 1.210.689,00 : 145,89 = 8.298,64 2005 = 40.989,06 : 145,89 = 280,96
Selisih jumlah unit tahun 2005 dan tahun 2006 2006 = -
sebesar 173,27 unit. Selisih tersebut sama Selisih jumlah unit tahun 2005 dan tahun 2006
dengan selisih dollar sebesar US$ 25.279. sebesar 280,96 unit. Selisih tersebut sama
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut me- dengan selisih dollar sebesar US$ 40.989,06.
nunjukkan bahwa elemen aktiva tetap adalah Berdasarkan hasil perhitungan tersebut me-
interpretatif dan relevan. nunjukkan bahwa elemen kewajiban jangka
8. Aktiva Lain-Lain panjang yang akan jatuh tempo: pinjaman
2005 = 5.609,00 : 145,89 = 38,45 adalah interpretatif dan relevan.
2006 = 6.723,00 : 145,89 = 46,08 14. Kewajiban Jangka Panjang yang akan Jatuh
Selisih jumlah unit tahun 2005 dan tahun 2006 Tempo: Sewa Guna Usaha Pembiayaan
sebesar 7,64 unit. Selisih tersebut sama dengan 2005 = 11.912,32 : 145,89 = 81,65
selisih dollar sebesar US$ 1.114. 2006 = 9.915,00 : 145,89 = 67,96
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut me- Selisih jumlah unit tahun 2005 dan tahun 2006
nunjukkan bahwa elemen aktiva lain-lain ada- sebesar 13,69 unit. Selisih tersebut sama
lah interpretatif dan tidak relevan. dengan selisih dollar sebesar US$ 1.997,32.
9. Hutang Usaha: Pihak yang Mempunyai Berdasarkan hasil perhitungan tersebut me-
Hubungan Istimewa nunjukkan bahwa elemen Kewajiban Jangka
2005 = 4.417,42 : 145,89 = 30,28 Panjang yang akan Jatuh Tempo: Sewa Guna
2006 = 11.087,00 : 145,89 = 76,00 Usaha Pembiayaan adalah interpretatif dan
Selisih jumlah unit tahun 2005 dan tahun 2006 tidak relevan.
sebesar 45,72 unit. Selisih tersebut sama 15. Kewajiban Lancar Lainnya
dengan selisih dollar sebesar US$ 6.669,58. 2005 = 6.894,76 : 145,89 = 47,26
Berdasar hasil perhitungan tersebut menun- 2006 = 7.099,00 : 145,89 = 48,66
jukkan bahwa elemen Hutang Usaha: Pihak Selisih jumlah unit tahun 2005 dan tahun 2006
yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah sebesar 1,40 unit. Selisih tersebut sama dengan
interpretatif dan relevan. selisih dollar sebesar US$ 204,24.
10. Hutang Usaha: Pihak Ketiga Berdasarkan hasil perhitungan tersebut me-
2005 = 25.449,20 : 145,89 = 174,44 nunjukkan bahwa elemen kewajiban lancar
2005 = 32.311,00 : 145,89 = 221,48 lainnya adalah interpretatif dan tidak relevan.
Selisih jumlah unit tahun 2005 dan tahun 2006 16. Kewajiban Pajak Tangguhan
sebesar 47,03 unit. Selisih tersebut sama 2005 = 215.531,53 : 145,89 = 1.477,36
dengan selisih dollar sebesar US$ 6.861,80 2006 = 212.510,00 : 145,89 = 1.456,65
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut me- Selisih jumlah unit tahun 2005 dan tahun 2006
nunjukkan bahwa elemen hutang usaha: pihak sebesar 20,71 unit. Selisih tersebut sama
ketiga adalah interpretatif dan relevan. dengan selisih dollar sebesar US$ 3.021,53.
11. Biaya Yang Masih Harus Dibayar Berdasarkan hasil perhitungan tersebut me-
2005 = 39.229,12 : 145,89 = 268,90 nunjukkan bahwa elemen kewajiban pajak
2006 = 31.404,00 : 145,89 = 215,26 ditangguhkan adalah interpretatif dan relevan.
Selisih jumlah unit tahun 2005 dan tahun 2006 17. Kewajiban Jangka Panjang: Sewa Guna Usaha
sebesar 53,64 unit. Selisih tersebut sama 2005 = 9.516,00 : 145,89 = 65,23
dengan selisih dollar sebesar US$ 7.825,12. 2006 = 3.845,00 : 145,89 = 26,36
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut me- Selisih jumlah unit tahun 2005 dan tahun 2006
nunjukkan bahwa elemen biaya yang masih sebesar 38,87 unit. Selisih tersebut sama
harus dibayar adalah interpretatif dan relevan. dengan selisih dollar sebesar US$ 5.671,00
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut me-
12. Hutang Pajak
nunjukkan bahwa elemen kewajiban jangka
2005 = 5.229,70 : 145,89 = 35,85
panjang: sewa guna usaha adalah interpretatif
2006 = 105.047,00 : 145,89 = 720,04
dan relevan.
Selisih jumlah unit tahun 2005 dan tahun 2006 18. Kewajiban Imbalan Kerja
sebesar 684,20 unit. Selisih tersebut sama 2005 = 12.466,63 : 145,89 = 85,45
dengan selisih dollar sebesar US$ 99.817,30. 2006 = 3.069,00 : 145,89 = 21,04
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut me- Selisih jumlah unit tahun 2005 dan tahun 2006
nunjukkan bahwa elemen hutang pajak adalah sebesar 64,42 unit. Selisih tersebut sama
interpretatif dan relevan. dengan selisih dollar sebesar US$ 9.397,63.

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra


http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=AKU
Kodrat: Studi Banding Penyusunan Laporan Keuangan dengan Metode Historical Cost Accounting 89

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut me- 1. NOD attribute


nunjukkan bahwa elemen kewajiban imbalan 20
kerja adalah interpretatif dan relevan. x 100% = 86.96
20
19. Kewajiban Penghentian Pengoperasian Asset NOD attribute > 50%
2005 = 23.784,14 : 145,89 = 163,03 2. COG attribute
2006 = 23.667,00 : 145,89 = 162,22 15
Selisih jumlah unit tahun 2005 dan tahun 2006 x 100% = 65,22%
sebesar 0,8 unit. Selisih tersebut sama dengan 23
selisih dollar sebesar US$ 117,14. COG attribute > 50%
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut me-
nunjukkan bahwa elemen kewajiban peng- Dari hasil uji interpretatif dan relevan menun-
hentian pengoperasian asset adalah tidak jukkan bahwa NOD attribute dan COG attribute
interpretatif dan tidak relevan. hasilnya > 50%. Hal ini menunjukkan bahwa
metode General Price Level Accounting lebih
20. Modal Saham
relevan dan interpretatif dibandingkan dengan
2005 = 167.900,89 : 145,89 = 1.150,87
metode Historical Cost Accounting.
2006 = 167.900,89 : 145,89 = 1.150,87
Selisih jumlah unit tahun 2005 dan tahun 2006
sebesar 0 unit. Selisih tersebut sama dengan KESIMPULAN
selisih dollar sebesar US$ 0.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut me- Bertolak dari analisis yang telah disajikan di
nunjukkan bahwa elemen modal saham adalah atas, beberapa hal yang dapat disimpulkan dan
yang masih harus mendapat perhatian adalah
tidak interpretatif dan tidak relevan.
bahwa meskipun metode General Price Level
21. Tambahan Modal Disetor
Accounting lebih interpretatif dan relevan, namun
2005 = 341.874,68 : 145,89 = 2.343,37
masih ada masalah tentang cara dan alat untuk
2006 = 341.874,68 : 145,89 = 2.343,37
menerapkan metode General Price Level Accoun-
Selisih jumlah unit tahun 2005 dan tahun 2006
ting. Permasalahan tersebut meliputi: cara penyu-
sebesar 0 unit. Selisih tersebut sama dengan
sunan keuangan pada tahun tertentu (date),
selisih dollar sebesar US$ 0.
pengunaan indeks dan masalah penggolongan pos
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut me- moneter dan pos non moneter.
nunjukkan bahwa elemen Tambahan Modal Kondisi yang mendesak untuk melakukan
Disetor adalah tidak interpretatif dan tidak penerapan metode General Price Level Accounting
relevan. adalah: (1) tingkat inflasi yang tinggi dan (2)
22. Cadangan Jaminan Reklamasi penilaian aset perusahaan. Meskipun belum ada
2005 = 26.369,14 : 145,89 = 180,75 peraturan tegas yang mengatur perlu tidaknya
2006 = 25.858,54 : 145,89 = 177,25 penambahan keterangan pada laporan keuangan
Selisih jumlah unit tahun 2005 dan tahun 2006 yang disesuaikan menjadi tingkat harga umum
sebesar 3,50 unit. Selisih tersebut sama dengan hingga saat ini, namun untuk kepentingan pihak
selisih dollar sebesar US$ 510,60. ketiga perlu dipikirkan manfaatnya guna per-
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut me- baikan penilaian kinerja manajemen. Sebagai-
nunjukkan bahwa elemen Cadangan Jaminan mana yang dianjurkan oleh SFAC No. 82 ataupun
Reklamasi adalah interpretatif dan tidak Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan di
relevan. Indonesia.
23. Saldo Laba Apabila terjadi inflasi tingkat tinggi, di mana
2005 = 598.092,43 : 145,89 = 4.099,61 tingkat inflasi lebih besar dibandingkan dengan
2006 = 950.576,13 : 145,89 = 6.515,71 tingkat pengembalian modal bersih, jumlah aktiva
Selisih jumlah unit tahun 2005 dan tahun 2006 tetap cukup besar serta perputaran modal kerja
sebesar 2.416,10 unit. Selisih tersebut sama rendah, maka penyesuaian laporan keuangan
dengan selisih dollar sebesar US$ 352.483,70. berdasarkan tingkat harga umum perlu untuk
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut me- dilakukan. Bahkan inflasi di atas 5 persen saja
nunjukkan bahwa elemen Saldo Laba adalah sudah cukup tinggi.
interpretatif dan relevan. Untuk tujuan tertentu, seperti penilaian aset
Dari hasil uji relevan dan interpretatif untuk perusahaan dan penilaian kinerja debitur, maka
laporan keuangan yang disusun dengan metode penyesuaian laporan keuangan berdasarkan nilai
General Price Level Accounting, diketahui prosen- historis menjadi tingkat harga umum wajib
tase jumlah yang memenuhi NOD attribute dan dilakukan, kecuali dalam periode tertentu terjadi
COG attreibute, masing-masing adalah: perubahan nilai uang yang sangat luar biasa

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra


http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=AKU
90 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 8, NO. 2, NOPEMBER 2006: 78-91

akibat kondisi darurat atau kebijakan moneter FASB. 1979. Financial Reporting and Changing
tertentu maka tidak ada alasan yang kuat untuk Prices, Statement of Financial Accounting
mengungkapkan informasi yang eksplisit tentang Concepts No. 33.
adanya perubahan daya beli uang bahkan dalam
FASB. 1984. Financial Reporting and Changing
bentuk suplemen sekalipun. Penyesuaian ini lebih Prices: Elimination of Certain Disclosures,
baik daripada hanya menggunakan harga pasar Statement of Financial Accounting Concepts
yang tidak dapat ditelusuri dari mana asalnya. No. 82.
Hadibroto, S. 1987. Masalah Akuntansi buku dua.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: LP-FEUI
AICPA task force on conceptual framework. 1979. Hendriksen, Eldon S. 1982. Accounting Theory, 4th
The Accounting Responses to Changing ed. Illinois: Richard D. Irwin, Inc.
Prices: Experimentation with Four Models.
New York: AICPA. Hicks, J.R. 1946. Value and Capital. Oxford: Cla-
rendon Press.
APB Statement No. 4. 1970. Basic Concepts and
Accounting Principles Underlying Financial Http://web.worldbank.org
Statement of Business Enterprises. New
http://www.bps.co.id/sector/cpi/table3.shtml
York: AICPA.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Akun-
Baridwan, Zaki. 1985. Akuntansi Keuangan Inter-
tansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
mediate: Masalah-masalah khusus. Yogya-
karta: BPFE. Kam, Vernon. 1986. Accounting Theory. New York:
John Willy & Son.
Chambers, R.J. 1966. Accounting, Evaluation and
Economic Behavior, Englewood: Prentice Leng, Pwee. 2002. Analisis Terhadap Perlunya
Hall Inc. Penyesuaian Laporan Keuangan Historis
(Conventional Accounting) Menjadi Ber-
Davidson, Sidney, et all. 1976. Inflation Account- dasarkan Tingkat Harga Umum (General
ing, A Guide For the Accountant and the Price Level Accounting), Jurnal Akuntansi
Financial Analyst. New York: McGraw Hill. dan Keuangan Vol. 4/2, November.
Djojohadikusumo, Sumitro. 1990. Kajian Perekono- Muljono, Teguh Pudjo. 1995. Analisa Laporan
mian Indonesia. Centre for Policy Studies, Keuangan untuk Perbankan, Edisi Revisi 3.
Januari. Jakarta: Djambatan.
Drake, David and Dopuch, Nicholas. 1965. On The Na'im, Ainun. 1989. Akuntansi Inflasi. Yogya-
Case for Dichotomizing, Journal of Account- karta: BPFE.
ing Research, Autumn.
Oppusunggu. HMT. 1992. Trend Nilai Rupiah.
Edward, Edgar O and Bell, Philip W. 1961. The Info Bank, Januari.
Theory and Measurement of Business In-
come. Los Angeles: University of California Paton, William and Littleton, A.C. 1940. An
Press. Introduction to Corporate Accounting Stan-
dards, AAA.
FASB. 1978. Objective of Financial Reporting by
Business Enterprises. Statement of Financial Prakash, Prem and Sunder, S. 1979. The Case
Against Separation of Current Operating
Accounting Concepts No. 1.
Profit and Holding Loan, Accounting
FASB. 1980. Qualitative Characteristic of Account- Review, January.
ing Information, Statement of Financial
Revsine, Lawrence. 1979. On The Correspondence
Accounting Concepts No. 2.
Between Replacement Cost, Income and
FASB. 1986. Recognition and Measurement in Economic Income. The Accounting Review,
Financial Statements of Business Enter- July.
prises, Statement of Financial Accounting Revsine, Lawrence. 1973. Replacement Cost
Concepts No. 5. Accounting. New York: Prentice Hall.
FASB. 1985. Element of Financial Statement, Sta- Rosenfield, Paul. 1981. A History of Inflation
tement of Financial Accounting Concepts Accounting, Journal of Accountancy, Sep-
No. 6. tember.

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra


http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=AKU
Kodrat: Studi Banding Penyusunan Laporan Keuangan dengan Metode Historical Cost Accounting 91

Schroeder, Richard G. and Clark, Myrtle. 1995. Suwardjono, 2005. Teori Akuntansi Perekayasaan
Accounting Theory: Text & Reading, New Pelaporan Keuangan, Yogyakarta: BPFE.
York: John Willy & Sons.
Sweeney, Hendry W. 1927. Effects of Inflation on
Sterling, Robert R. 1975. Relevant Financial German Accounting. Jofa. March.
Reporting in an Age of Price Changes, The
Journal of Accounting, February.

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra


http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=AKU

Potrebbero piacerti anche