Sei sulla pagina 1di 3

SEKSIO-HISTEREKTOMI

Pengertian

Ialah suatu tindakan pengangkatan uterus, baik sebagian


(supravaginal/tanpa serviks uteri) maupun seluruhnya
(total/beserta serviks uteri) yang dilakukan setelah
tindakan seksio sesaria.

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

Menghentikan perdarahan yang banyak akibat


atonia uteri atau kelainan anatomik lain yang dapat
menghalangi kontraksi uterus.
Indikasi :
- Ruptura uteri.
- Plasenta akreta, inkreta atau perkreta.
- Atonia / hipotonia uterus.
- Robekan pembuluh darah uterus.
Jaringan parut yang menghalangi fungsi fisiologis
miometrium

A. PERSETUJUAN MEDIK.
a. Memisahkan adneksa dari uterus
1. Keluarkan uterus dari rongga abdomen.
2. Ligamentum rotundum dekat dengan kornu uteri :
diklem dengan 2 klem Ochsner (kocher bengkok)
dipotong diantaranya dengan pisau atau gunting
kemudian ikat rangkap dengan benang kromik no. 1
3. Lamina anterior ligamentum latum yang terbuka di insisi dengan
gunting dari tempat pemotongan menuju ke bawah dan medial ke arah
segmen bawah rahim.
4. Lamina posterior ligamentum latum tepat di bawah tuba falopii,
ligamentum ovarii proprium serta pembuluh darah ovarium didorong
secara tumpul dengan 2 jari ke depan kemudian digunting sehingga
terbentuk lobang.
5. Melalui lobang tersebut tuba falopii, ligamentum ovari proprium serta
pembuluh darah ovarium :
klem dengan 2 kocher (Ochsner) dan,
potong di antara kedua klem dengan pisau.
6. Longgarkan jepitan dan ikat puntung lateral dengan benang kromik no.
1
7. Puntung medial diikat dengan benang sutera dan jepit ujung benang
dengan klem untuk mengangkat uterus
8. Lamina posterior ligamentum latum dipotong ke bawah dengan gunting
dekat dengan uterus menuju ke arah ligamentum kardinale.
Jepit dan ikat setiap perdarahan yang terjadi.
b. Membebaskan kandung kemih
1. Buka plika vesikouterina (di antara kedua ujung sayatan ligamentum
latum).
2. Kandung kemih serta peritoneum dibebaskan dari segmen bawah rahim
secara tumpul :
gunakan jari yang dibungkus dengan kasa atau,
diseksi tajam dengan gunting (kalau ada perlengketan).

Catatan : Untuk histerektomi totalis kandung kemih harus dibebaskan lebih


luas ke
lateral dan ke bawah sejauh kira-kira 2 cm di bawah ujung serviks untuk
mencegah terpotongnya kandung kemih dan ureter.
c. Amputasi korpus uteri
1. Untuk histerektomi subtotal korpus uteri dipotong berbentuk corong
setinggi di atas ostium internum di atas ligamentum kardinale.
Untuk histerektomi totalis uterus belum dipotong dan lanjutkan ke
langkah berikut.
d. Identifikasi dan mengikat pembuluh darah uterus
1. Pinggir lateral uterus diperlihatkan dengan mengelevasi uterus ke sisi
berlawanan.
2. Lembaran posterior ligamentum latum didorong ke kaudal bersamasama dengan ligamentum kardinale.
3. Pengupasan diteruskan dengan gunting pengupas sampai arteri uterina
terlihat setinggi ostium uteri internum.
4. Pembuluh darah uterus diklem dengan 2 klem Kocher lurus dekat
dengan uterus kemudian dipotong di antaranya dan pembuluh darah
pada puntung lateral diikat rangkap dengan benang kromik no.1
5. Puntung medial diikat dengan benang sutera dan klem dapat
dibebaskan.
6. Ligamentum kardinale diklem dengan 2 klem lurus Kocher dekat
dengan serviks, di insisi di antaranya dan diikat.
7. Tindakan yang sama dilakukan terus ke bawah sampai forniks lateral
dari vagina tercapai. Pembuluh darah ramus desendens arteri uterina
diklem, digunting dan diikat.
e. Membebaskan serviks dari vagina
1. Lamina posterior ligamentum latum diinsisi sampai ke pangkal
ligamentum sakro uterina terus ke belakang serviks di kavum douglasi.
2. Peritoneum belakang dibebaskan dari serviks dan forniks posterior
vagina dengan gunting Metzenbaum.
3. Ligamentum sakro uterina diklem dan diinsisi kemudian diikat dengan
benang kromik no. 1
4. Dilakukan diseksi sampai ruang rekto vaginal terbuka.
5. Forniks lateralis vagina kiri dan kanan diklem dengan klem kocher
bengkok dan dilakukan insisi sebelah medial dan kranial dari klem dan
di bawah serviks sampai seluruh uterus dan serviks dapat diangkat.
6. Forniks lateralis diikat dengan benang kromik dan dijahit ke puntung
ligamentum kardinale, sakro uterina dan ligamentum rotundum.
f. menutup tunggul serviks dan re-peritonialisasi
1. Pada histerektomi subtotal tunggul serviks ditutup dengan jahitan
terputus muka belakang (ant-post) dengan benang kromik atau
polyglycolic acid no 1 atau (metrik 5) dari kiri ke kanan dengan jarak
sekitar 1 cm.
2. Pada histerektomi total sebagian operator menyukai menutup puntung
vagina dengan jahitan angka 8 dan sebagian hanya melakukan
hemostatis dengan jahitan jelujur terkunci (running lock stitch) dari
seluruh dinding vagina tanpa menutup puntung vagina.
3. Peritonealisasi pada daerah lateral (sudut) tunggul serviks dilakukan
dengan jahitan jelujur dari peritoneum mulai dari puntung tuba,
ligamentum rotundum, forniks lateralis dan vagina sehingga
peritoneum menutupi semua puntung tersebut.
MENUTUP DINDING PERUT
1. Lakukan penjahitan dinding perut dari fascia ke subkutis (all layer)

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

dengan benang polyglycolic acid.


Aposisi kulit dengan jahitan subkutikuler.
Peritonium dijahit jelujur terkunci dengan benang plain catgut no. 1.
Otot dijahit terputus dengan benang plain catgut no. 1.
Fascia abdominalis pada ujung proksimal dan distal sayatan dijepit
dengan kocher dan dijahit jelujur dengan polyglycolic acid (misalnya:
dexon No. 1).
Kulit dijahit terputus dengan benang sutera no. 2/0 atau subkutikuler
dengan benang nylon no. 2/0 atau polyglycolic acid no. 4/0
Luka operasi ditutup dengan kasa dan povidon iodin.
Kain penutup abdomen dilepas hati-hati tanpa menyentuh kasa
penutup luka operasi.
Vagina dibersihkan dari sisa darah dan bekuan dengan menggunakan
kasa yang dijepit pada Fenster/Foerster klem.
Daerah vulva sampai paha dibersihkan dari sisa darah atau cairan
tubuh.

Potrebbero piacerti anche