Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
2)
2)
Bagian dari disertasi penulis pertama, Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan, Sekolah Pascasarjana IPB
3)
Berturut-turut Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing
227
Penataan ruang adalah suatu sistem proses yang meliputi perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Kegiatan
pengendalian pemanfaatan ruang berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang terdiri atas penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian
insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Dalam melakukan penataan
ruang diperlukan suatu pengelolaan yang meliputi tahapan perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan
sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan (Munasingle, 1993). Masalah
lingkungan hidup semakin berkembang dan kompleks.
Laju pertumbuhan
penduduk yang tinggi menyebabkan meningkatnya permintaan ruang serta sumber
daya alam, yang jika tidak dikendalikan secara bijaksana dapat mempengaruhi
ketersediaan sumber daya alam dan mengganggu keseimbangan lingkungan.
Pengendalian pemanfaatan ruang di Kota Bogor merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari proses penataan ruang.
Pemanfaatan ruang dalam
pelaksanaannya tidak selalu sejalan dengan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Rustiadi (1996), yaitu
disebabkan oleh adanya tekanan perkembangan pasar terhadap lahan sebagai
akibat ketersediaan lahan yang terbatas dan belum jelasnya mekanisme
pengendalian dan lemahnya penegakan hokum.
Penelitian ini bertujuan menganalisis perubahan penutupan lahan yang
berlangsung, khususnya yang terkait dengan keberlanjutan Kota Bogor,
menganalisis pengendalian pemanfaatan lahan dikaitkan dengan keberlanjutan
pembangunan di Kota Bogor, dan menganalisis peran para stakeholders dan
instrumen-instrumen sistem pengendalian pemanfaatan lahan di Kota Bogor.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Kota Bogor, yang secara geografis terletak pada 106o
48' Bujur Timur dan 6o 36' Lintang Selatan. Wilayah administratif Kota Bogor terdiri
atas 6 kecamatan, 31 kelurahan, dan 37 desa dengan luas keseluruhan wilayah 11
850 ha. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) analisis GIS (Arc
View) dan Erdas Imagine untuk melihat pengaruh perubahan penutupan lahan
periode 1972-2005 untuk melihat kecenderungan jumlah penduduk, dan saturation
model (2) analisis Criterium Decision PlusI (analisis sistem) dan Excel untuk
melihat tingkat pengendalian pemanfaatan penutupan lahan di Kota Bogor, dan (3)
analisis AHP dengan Software Powersim Version 2.51 untuk melihat peran para
stakeholders dalam pengendalian pemanfaatan lahan di Kota Bogor.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Perubahan Landcover
Luas Kota Bogor sebelum adanya perluasan wilayah administrasi untuk
jenis landcover hutan dari 2 927.54 ha tahun 1972 menjadi 1 107.36 ha pada
tahun 1990. Setelah mengalami perluasan, wilayah administrasi landcover hutan
seluas 422.30 ha pada tahun 2000 menjadi 187.15 ha tahun 2005. Selanjutnya,
pertumbuhan untuk jenis landcover lainnya disajikan pada Tabel 1.
228
Kajian Pengendalian Pemanfaatan Ruang Menuju Pembangunan Kota Bogor (Y. Suryadi et al.)
Tabel 1. Luas total Kota Bogor sebelum dan sesudah perluasan (ha)
Tahun
1972
1983
1990
2000
2005
Hutan
2 927.54
2 677.87
1 107.36
422.30
187.15
Kebun
Campuran
5 031.96
5 606.03
4 472.18
4 111.88
4 250.87
Permukiman
Semak
Air
Sawah
100.59
375.96
870.25
593.34
866.28
254.81
61.41
439.56
374.76
317.38
1 028.63
938.81
902.05
Jumlah
11 850.00
11 850.00
11 850.00
11 850.00
11 850.00
2000
2005
Jumlah
Penduduk
2015 2020 2025 2030
2010
Luas Hutan
2035
2040
2045
1985
2050
1990
1995
2000
2005
2010
2015
2020
2025
2030
2035
2040
2045
9000
0.00
8000
0.00
25.00
970,000
10.00
535,000
5.00
4.19
420,000
1,550
= -0.2528x2
-20.00
+913.44x 815168
1,500
-22.50
R = 0.947
-30.00
-32.90
1,040
1,000
-40.00
0.00
520
-65.38
2025
2030
2035
2040
2045
180
180
2010
2015
2020
2025
2030
2035
2040
2045
2050
190817
1985
350
1,000
300
900
3,370 250
800
3,070
2,500
150
2,370
2,170
100
2,000
67.16
49.11
1,670
50
29.54
1,500
41.92
9.77
0.00
1,120
-28.38
820
-50
-62.21
1990
1995
2000
-100
-79.27
4000
2010
2015
3.14
802
10.00
2020
2025
2030
2035
2040
2045
1985
2050
1990
6,000
5.00
851
771
757
0.00
649
-5.00
-5.61
515
448
300
200
Y = -5,037x2 +23,295x
-10.00
358
-13.08
-13.70
+ 795,37
310
-15.79
-13.62
-15.00
-13.43
-14.73
R2 = 0,9164
264
228
-19.97
-20.00
-20.70
100
2015 2020
2000
2005 2010
2015
2025 2030
2035 2040
2045 2050
Tahun
2025 2030
2035
2040 2045
2050
1995
-3.09
2000
2005
2010
Kebun
Campuran
2015 2020 2025 2030
-6.98
-8.75
2040
2045
2050
-12.33
-15.63
4,850
5,000
2035
0.00
-8.51
-16.67
4,700
-20.00
-24.44
4,300
4,000
4,000
3,650
-40.00
-41.18
3,200
3,000
2,700
-60.00
2,250
2,000
1,700
-70.00
-80.00
R2 = 0.7044
1,000
-100.00
300
(1,000)
-100.00
-120.00
Tahun
2020
1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 - 2050
-25.00
1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
0.00
-10.00
1990 1995
5,000
500
400
0.00
0.00
Permukiman
600
-150
2005 2010
20.00
1200
894
821
30.00
2000
0
1985
10.00
3.68
40.00
2900
1000
170
1995 2000
30.91
4000
Tahun
2005
5.02
5.09
700
670
500
Lahan terbuka
37.93
796
Penggunaan lahan per orang (M2)
3,030
200
1,000
y = 2.0104x2 - 7875.4x +
8E+06
R2 = 0.967
37.50
5000
-3.00
294.12
3,370
R2 = 0.9209
-60.00
2005
5500
15.28
2000
4,000
1995
Hutan
Lahan Terbuka
y = -0.0755x2 + 246.6x
60.00
50.00
45.00
Tahun
Tahun
Proyeksi penduduk
2050
8300
70.00
3000
-70.00
1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
-10.00
1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
2020
7200
2000
-5.00
-5.36
1985 1990
2015
80.00
-50.00
500
3,000
2010
-50.00
200,000
1990
2005
6000
Permukiman (ha)
10.82
15.00
630,000
600,000
y = -0.2737x3 + 1640.8x2
- 3E+06x +2E+09
R2 = 0.96
14.12
Hutan (ha)
17.76
730,000
1985
2000
7000
-10.00
Perubahan penduduk (persen)
850,000
16.44
15.87
3,500
1995
66.67
2,000
20.00
800,000
1990
8300
1,060,000
2,000
1,000,000
Penduduk (jiwa)
1985
10.00
0.00
1,075,000
400,000
Luas Pemukiman
2050
2,500
30.00
1,120,000
1990
27.38
1985
1,200,000
Tahun
Kebun campuran
12000
11000
10000
9000
8000
Tahun
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
230
1985
1990
1995
2000
2005
2010
2015
2020
2025
2030
2035
2040
2045
2050
Hutan
2000
1550
1040
520
180
180
180
180
180
180
180
180
180
180
Kebun C
5000
4850
4700
4300
4000
3650
3200
2700
2250
1700
1000
300
Kajian Pengendalian Pemanfaatan Ruang Menuju Pembangunan Kota Bogor (Y. Suryadi et al.)
Penduduk
Hutan
1972
1983
1990
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
114 076.00
123 005.00
256 361.00
671 405.00
671 388.00
680 514.00
697 496.00
714 771.00
760 329.00
789 423.00
820 707.00
831 571.00
842 665.00
2 927.54
2 677.87
1 107.36
910.12
817.84
725.56
633.28
422.3
448.72
356.44
264.16
171.88
187.15
Kebun
Campuran
5 031.96
5 606.03
4 472.18
4 480.90
4 445.17
4 409.45
4 373.72
4 111.88
4 302.28
4 266.55
4 230.83
4 195.10
4 250.87
Permukiman
1 464.84
2 018.21
2 505.90
3 958.72
4 081.79
4 204.86
4 327.93
5 037.33
4 574.07
4 697.14
4 820.21
4 943.28
5 068.25
Lahan
terbuka
2 070.26
1 110.52
1 426.11
725.62
671.97
618.31
564.66
371.58
457.34
403.69
350.03
296.38
258.02
Semak
Air
Sawah
100.59
375.96
870.25
686.99
707.74
728.49
749.25
593.34
790.75
811.51
832.26
853.01
866.28
254.81
61.41
439.56
395.83
387.92
380.01
372.11
374.76
356.29
348.39
340.48
332.57
317.38
1 028.63
976.27
967.75
959.23
950.72
938.81
933.68
925.17
916.65
908.13
902.05
hutan, dapat
terjadi karena
model regresi,
mengakibatkan
231
pemanfaatan
lahan
terhadap
laju
pertumbuhan
Penduduk
123 005.00
256 361.00
714 771.00
842 665.00
862 433.92
882 666.62
903 373.98
924 567.13
946 257.48
Hutan
24.7
22.6
9.34
3.56
1.58
1.13
0.66
0.18
-
Kebun Campuran
42.46
47.31
37.74
34.7
35.87
35.7
35.52
35.34
35.04
34.67
Semak
0.85
3.17
7.34
5.01
7.31
7.38
7.46
7.54
7.59
7.63
Air
2.15
0.52
3.71
3.16
2.68
2.72
2.75
2.79
2.83
2.85
Sawah
8.68
7.92
7.61
7.59
7.57
7.54
7.5
7.43
Penduduk
Hutan
123 005.00
256 361.00
714 771.00
842 665.00
859 518.30
876 708.67
894 242.84
912 127.70
930 370.25
948 977.66
24.7
22.6
9.34
3.56
1.58
1.19
0.8
0.39
-
Kebun
Campuran
42.46
47.31
37.74
34.7
35.87
35.72
35.57
35.42
35.25
34.94
34.63
Semak
Air
Sawah
0.85
3.17
7.34
5.01
7.31
7.37
7.44
7.5
7.57
7.60
7.64
2.15
0.52
3.71
3.16
2.68
2.71
2.74
2.78
2.81
2.83
2.86
8.68
7.92
7.61
7.59
7.57
7.55
7.53
7.48
7.43
Kajian Pengendalian Pemanfaatan Ruang Menuju Pembangunan Kota Bogor (Y. Suryadi et al.)
Lahan (m2)
Analisis Sistem
Sistem adalah suatu gugus dari elemen yang saling berhubungan dan
terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau suatu gugus dari tujuan
(Eriyatno,1998). Lebih lanjut sistem merupakan kumpulan interaksi atau aturan
main atau keterkaitan antara satu departemen atau lembaga dengan lembaga lain
termasuk sublembaga lainnya. Penelitian ini berdasarkan kerangka sistem dengan
unsur-unsur analisis sebagai berikut.
Analisis ketersediaan lahan tanpa pembatas
Ketersediaan lahan di Kota Bogor pada tahun 2006 (Gambar 4) seluas
8 500 ha meliputi tanah ladang, permukiman, perumahan, RTH, sawah, semak,
dan tanah kosong yang bisa dipengaruhi oleh (1) perubahan tata ruang (terjadi
perubahan dari realisasi ke rencana), (2) penggunaan lahan itu sendiri misalnya
sawah, ladang, dan RTH menjadi permukiman, jasa, dan industri, (3) pertumbuhan
penduduk yang lebih cepat daripada laju ketersediaan lahan itu sendiri, dan (4)
pertumbuhan ekonomi yang pesat tidak didukung ketersediaan lahan. Dengan
2
asumsi kebutuhan ruang per orang 9 m .
Waktu
233
Pendudukl (jiwa)
Waktu
Limbah (m3)
Waktu
Limbah (m3)
Limbah (m3)
Waktu
20 kali
Waktu
40 kali
Gambar 7. Simulasi limbah dengan kapasitas daya angkut 20 dan 40 kali di Kota
Bogor
234
Kajian Pengendalian Pemanfaatan Ruang Menuju Pembangunan Kota Bogor (Y. Suryadi et al.)
Dengan laju pertumbuhan penduduk 2.3% per tahun dan laju pertumbuhan
industri 14.68% per tahun, jika pemerintah meningkatkan kapasitas daya angkut
20 kali dari sekarang, jumlah limbah akan mencapai 3 800 000 m3 pada tahun
2018. Jika daya serap dinaikan 40 kali, jumlah limbah pada 4 tahun awal terjadi
3
fluktuasi, dan selanjutnya jumlah limbah mencapai 1.9 juta m hingga tahun 2006,
dengan laju pertumbuhan ekonomi 13.85% per tahun (Gambar 7).
Kendaraan (unit)
Waktu
Kendaraan (unit)
Waktu
Kajian Pengendalian Pemanfaatan Ruang Menuju Pembangunan Kota Bogor (Y. Suryadi et al.)
(2)
(3)
(4)
perlu konsisten dan selalu mengacu kepada peraturan yang telah dibuat.
Peraturan tata ruang kabupaten/kota, tata ruang provinsi, dan tata ruang
nasional perlu segera disesuaikan dengan Undang-Undang No 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang dan Dinamika Penduduk dengan tetap
memperhatikan ruang terbuka hijau yang diisyaratkan sebagai persyaratan
kota.
Pengendalian pemanfaatan lahan perlu memaksimalkan peran stakeholders
melalui perencanaan partisipatif.
Pemerintah perlu bertindak tegas terhadap pelanggaran yang terjadi
termasuk dengan melakukan penertiban penggunaan lahan dan penegakan
aturan yang keras (law inforcement) melalui mekanisme perizinan, dan
pemantauan, dan kapasitas building dari pemerintah perlu ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Eryatno. 1998. Ilmu Sistem; Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. Jilid I
Edisi ketiga. Bogor: IPB Press.
Munasinghe, M. 1993. Environmental Economic and Sustainable Development.
Washington D.C. 20433. U.S.A: The International Bank for Reconstruction
and Development/THE WORLD BANK.
Rustiadi, E. 1996. Dinamika sosial ekonomi dan pemanfaatan ruang
Jabodetabek. Makalah Disampaikan pada Seminar Terbatas Penataan
Ruang, Pemanfaatan Ruang dan Masalah Lingkungan Tanggal 29 Januari
2004. Bogor.
Undang-Undang No. 26 tahun 2007 Tentang Tata Ruang.
238