Sei sulla pagina 1di 46

BANGUNAN LEPAS PANTAI

TUGAS BLP

Jika diketahui suatu Fixed Offshore Platform (FOP) dengan :


1. Kedalaman laut (Water Depth)

= 170 m

2. Berat Deck dan Equipment

= 30.000 ton

3. Jumlah produksi platform

= 180.000 BOPD

4. Wilayah operasi

= Laut Cina Selatan

5. Kondisi cuaca

= 8 Beaufort

6. Jarak jangkauan angin (Fetch Length) rata-rata

= 90 SM

Tentukan :
a. Karakteristik beban lingkungan berupa (angin, gelombang, arus) terhadap Fixed
Offshore Platform.
b. Karakteristik beban terhadap Jackets dan Piles maupun jumlahnya Jackets dan
Piles, penentuan dimensi konstruksi.
c. Analisa karakteristik soil (properti terhadap rancangan ini dalam menentukan
kedalaman Piles Skirt yang akan digunakan).
d. Analisa mekanika terhadap struktur dan Fixed Offshore Platform.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

BANGUNAN LEPAS PANTAI

Jawaban :
Untuk menjawab persoalan tersebut maka kita harus mengetahui beberapa faktor
sebagai berikut :
Skala Beaufort :

Mean wind
speed (kt /
km/h / mph)

Wind speed

Beaufort
number
kt

Km/h

mph

m/s

0-0.2

0/0/0

1-3

1-6

1-3

0.3-1.5

2/4/2

4-6

7-10

11-15

16-21

7-11

12-19

20-29

30-39

4-7

8-12

13-18

19-24

1.6-3.3

3.4-5.4

5.5-7.9

8.0-10.7

5/9/6

9 / 17 / 11

13 / 24 / 15

19 / 35 / 22

Description

Wave
height

Sea
conditions

Land
conditions

ft

Calm

Flat.

Light air

0.1

0.33

Ripples
without
crests.

0.66

Small
wavelets.
Crests of
glassy
appearance,
not breaking

Wind felt on
exposed
skin.
Leaves
rustle.

Large
wavelets.
Crests
begin to
break;
scattered
whitecaps

Leaves and
smaller
twigs in
constant
motion.

3.3

Small
waves.

Dust and
loose paper
raised.
Small
branches
begin to
move.

6.6

Moderate
(1.2 m)
longer
waves.
Some foam
and spray.

Smaller
trees sway.

Light breeze

Gentle breeze

Moderate
breeze

Fresh breeze

0.2

0.6

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

Calm.
Smoke
rises
vertically.
Wind
motion
visible in
smoke.

BANGUNAN LEPAS PANTAI

10

22-27

28-33

34-40

41-47

48-55

40-50

51-62

63-75

76-87

88-102

25-31

32-38

39-46

47-54

55-63

10.8-13.8

13.9-17.1

17.2-20.7

20.8-24.4

24.5-28.4

24 / 44 / 27

30 / 56 / 35

37 / 68 / 42

44 / 81 / 50

52 / 96 / 60

Strong
breeze

Near gale

Gale

Severe gale

Storm

5.5

9.9

Large waves
with foam
crests and
some spray.

Large
branches in
motion.
Whistling
heard in
overhead
wires.
Umbrella use
becomes
difficult.

13.1

Sea heaps
up and foam
begins to
streak.

Whole trees
in motion.
Effort
needed to
walk against
the wind.

18

Moderately
high waves
with breaking
crests
forming
spindrift.
Streaks of
foam.

Twigs broken
from trees.
Cars veer on
road.

23

High waves
(6-7 m) with
dense foam.
Wave crests
start to roll
over.
Considerable
spray.

Light
structure
damage.

29.5

Very high
waves. The
sea surface
is white and
there is
considerable
tumbling.
Visibility is
reduced.

Trees
uprooted.
Considerable
structural
damage.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

BANGUNAN LEPAS PANTAI

11

12

56-63

64-80

103-119

120

64-73

74-95

28.5-32.6

32.7-40.8

60 / 112 / 70

73 / 148 / 90

Violent storm

Hurricane

11.5

14+

37.7

Exceptionally
high waves.

Widespread
structural
damage.

46+

Huge waves.
Air filled with
foam and
spray. Sea
completely
white with
driving spray.
Visibility
greatly
reduced.

Considerable
and
widespread
damage to
structures.

Sumber : Wikipedia, the free encyclopedia

Kecepatan angin dalam skala Beaufort 1946 dapat ditentukan dengan formula empiris
sebagai berikut :
v = 0.836 B3/2 m/s
dimana v adalah sama dengan kecepatan angin pada 10 m di atas permukaan, dan B
adalah nomor skala Beaufort. Sebagai contoh, B = 9.5 sama degan 24.5 m/s dimana
sama dengan nilai batas yang lebih rendah dari 10 Beaufort.
Dari data yang diketahui, kita dapat menentukan jenis anjungan lepas pantai yang
sesuai dengan karakterisitik yang ada dalam data. Dalam hal ini, kita mengetahui bahwa
daerah yang akan dijadikan untuk tempat exploitasi minyak dan gas adalah :
1) Laut Cina Selatan dengan kondisi kedalaman laut (d) 170 m (sekitar 558 ft),
2) Kondisi cuaca 8 Beaufort (lihat tabel skala Beaufort),
3) Kondisi angin dengan kecepatan (v) 34-40 knots atau 17,2-20,7 m/s (kondisi
angin kuat dan kencang),

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

BANGUNAN LEPAS PANTAI

4) Tinggi gelombang (H) 5,5 m atau 18 ft, serta


5) Karakteristik tanah soft clay.
Dari data-data tersebut ditentukan jenis anjungan yang digunakan untuk eksploitasi
adalah Struktur Steel Jacket Platform. Adapun sebagai referansi ukuran dari bangunan
atas struktur anjungan lepas pantai yang akan dihitung, digunakan data struktur
bangunan atas dari jenis najungan Jack-up Platform, yakni sebagai berikut :
KFELS B-Class JACKUP RIG 350 ft Water Deep

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

BANGUNAN LEPAS PANTAI

KFELS B-Class JACKUP RIG 350 ft Water Deep Principal Dimensions


1. Length

234 ft

2. Breadth

208 ft

3. Hull Depth

25 ft

4. Leg Length

491 ft

5. Useable Deck Area

30,923 ft 2

6. Cantilever movement

70x15 ft

7. Spud Can (Flat to Flat)

53 ft

8. Fwd - Aft Leg Spacing

129 ft

9. Port - Starboard Leg Spacing

142 ft

10. Stern - Aft leg center line

54 ft

11. Jacking Speed

1.5 ft /min

12. Air gap

65

13. Penetration

15

14. Variable load

2313 t

a. Karateristik beban lingkungan yang memperngaruhi berupa


gelombang air laut, arus air laut dan angin pada struktur.
Beban lingkungan adalah beban yang disebabkan oleh fenomena lingkungan
seperti angin, gelombang air laut, arus air laut, pasang-surut laut, gempa bumi,
temperatur, es, pergerakan lempeng tanah pada dasar laut, dan perkembangan
laut.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

BANGUNAN LEPAS PANTAI

Beban Angin (Wind Load)


Beban angin terjadi pada bagian platform di atas water level, dimana
terjadi pada setiap peralatan dan perlengkapan, akomodasi, derrick, dan
bagian yang lainnya yang terdapat di atas platform. Parameter penting
yang menjadi bagian dalam data penentuan beban angin adalah interval
waktu untuk kecepatan angin rata-rata. Untuk kecepatan angin rata-rata
yang kurang dari satu menit, kecepatan angin diklasifikasikan sebagai
gusts. Untuk kecepatan rata-rata angin rata-rata yang sama dengan atau
lebih dari satu menit, kecepatan angin dikalsifikasikan sebagai kecepatan
angin sustained.
Profil kecepatan angin dapat dianmbil dari API-RP2A [2]:
Vh/VH = (h/H)1/n

(1)

Dimana :
Vh adalah kecepatan angin pada tinggi h,
VH adalah kecepatan angin pada tinggi H, biasanya 10m diatas water level
rata-rata,
1/n adalah 1/13 hingga 1/7, bergantung pada kondisi laut, jarak dari
daratan dan interval waktu rata-rata. Untuk gusts kira-kira sama dengan
1/13 dan untuk sustained 1/8 untuk angin dalam laut terbuka.
Dari kecepatan angin untuk desain V(m/s), Gaya angin statis Fw(N) dan
luasan area yang dikenai gaya A(m2) dapat kita temukan hubungan
sebagai berikut :

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

BANGUNAN LEPAS PANTAI

1
V2 Cs A
2

Fw =

(2)

Dmana :

= the wind density ( ~ 1.225 Kg/m3)

Cs = the shape coefficient


Cs = 1,5 for beams and sides of buildings,
= 0,5 for cylindrical sections
= 1,0 for total projected area of platform.
A

= Luasan bidang yang mengalami hambatan terhadap angin

Dari data, diketahui :


Kecepatan angin (v)

= 34 40 knot
= 17,2 20,7 m/s

Kecepatan angin rata-rata

= 37 knot
= 19,034428 m/s

Tinggi gelombang (H)

= 18 feet
= 5,5 m

Menentukan besar luasan (A) yang terdapat pada bangunan atas dari
Jackets Platform diasumsikan sebagai berikut :
I. Bagian depan Deck

= Hull Depth x Hull Length


= 25 ft x 234 ft

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

BANGUNAN LEPAS PANTAI

= 7,62 m x 71,3232 m
= 543,4828 m2
II. Bagian samping Deck

= Hull Depth x Hull Breadth


= 25 ft x 208 ft
= 7,62 m x 63,3984 m
= 483,0958 m2

III. Seluruh bagian alas Deck

= Hull Breath x Hull Length


= 208 ft x 234 ft
= 63,3984 m x 71,3232 m
= 4521,777 m2

Perhitungan karakteristik beban angin pada Platform dengan variasi


keceptan angin dalam kondisi cuaca 8 Beaufort (kecepatan angin antara
17,2-20,7 m/s). Perhtungan diakuan dengan variasi kecepatan angin 16
m/s sampai 21 m/s.
Dalam N
Bagian
Jack-Up
Depan
Samping
Alas
Total

16
127827,155
113624,132
354507,317
595958,604

Variasi Kecepatan Angin (m/s)


17
18
19
20
144304,874 161781,242 180256,261 199729,929
128270,993 143805,542 160227,78 177537,707
400205,526 448673,323 448673,323 448673,323
672781,392 754260,108 789157,364 825940,958

21
220202,247
195735,321
448673,323
864610,891

Dalam kN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

BANGUNAN LEPAS PANTAI

Bagian
Jack-Up
Depan
Samping
Alas
Total

16
127,827
113,624
354,507
595,958604

Variasi Kecepatan Angin (m/s)


17
18
19
20
144,305
161,781
180,256
199,730
128,271
143,806
160,228
177,538
400,206
448,673
448,673
448,673
672,781392 754,260108 789,157364 825,940958

21
220,202
195,735
448,673
864,610891

Dari perhitungan, didapat perkiraan total beban angin (wind load) untuk
setiap kecepatan angin. Besarnya :

Kecepatan
angin
(m/s)
16

Gaya
total
(kN)
595,959

17

672,781

18

754,260

19

789,157

20

825,941

21

864,611

Beban Gelombang Air Laut (Wave Load)


Beban gelombang air laut pada struktur anjungan lepas pantai merupakan
beban yang terpenting dari semua jenis beban lingkungan dan sangat
perlu diperhatikan dalam proses pendesainan struktur bangunan lepas
pantai. Gaya yang terjadi pada struktur disebabkan oleh gerakan air laut
(berupa gelombang) dimana hal tersebut terjadi karena hembusan angin
pada permukaan air laut. Penentua gaya ini memerlukan pemecahan dari
dua bagian terpisah, mekipun permasalahannya saling berhubungan.
Yang pertama adalah perhitungan kondisi laut dengan menggunakan
idealisasi dari profil permukaan gelombang dan kinematika gelombang

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

10

BANGUNAN LEPAS PANTAI

yang diberikan dalan teori gelombang. Yang ke-dua adalah perhitungan


dari gaya gelombang pada setiap struktur sendiri dan pada keseluruhan
struktur dari geralan fluida.
I.

Teori Gelombang

Teori gelombang menggambarkan kinematika gelombang air yang


berbasis pada teori potensial. Pada khususnya, untuk melakukan
perhitungan atas kecepatan partikel dan percepatannya serta tekanan
dinamis sebagai fungsi dari perubahan permukaan pada gelombang air
laut. Gelombang diasumsikan memiliki panjang-tinggi, sebagai contoh
dapat digambarkan sebagai gelombang dua dimensi, dan dikarakteristikan
dengan parameter : Tinggi gelombang (H), Periode (T), dan kedalaman
laut (d), seperti ditunjukan dalam gambar.

Gambar sketsa definisi gelombang

Pada umumnya bentuk gelombang di alam adalah sangat kompleks dan


sangat sulit digambarkan secara matematis karena ketidak-linearan, tiga

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

11

BANGUNAN LEPAS PANTAI

demensi dan mempunyai bentuk yang random ( suatu deret gelombang


mempunyai tinggi dan peiode berbeda). Beberapa teori yang ada hanya
menggambarkan bentuk gelombang yang sederhana dan merupakan
pendekatan gelombang alam.

Ada beberapa teori dengan berbagai

derajat kekompleksan dan ketelitian untuk menggambarkan gelobang di


alam, diantaranya adalah teori Airy, Stokes, Gerstner, Mich, Knoidal dan
tunggal. Masing-masing teori mempunyai batasan keberlakuan yang
berbeda. Teori Airy merupakan teori gelombang amplitudo kecil,
sedangkan yang lain adalah teori gelombang amplitudo terbatas (finite
amplitudo wave).
Teori yang paling sederhana adalah teori gelombang linear atau teori
gelombang amplitudo kecil, yang pertama dikemukakan oleh Airy pada
tahu 1845.

II.

Persamaan Gelombang

Teori gelombang amplitudo kecil dapat diturunkan dari persamaan


kontinyuitas untuk aliran tak rotasi (persamaan Laplace) yaitu :
2 2

0
x2 y2

...(3)

Dengan :
u

dan v

(4)

Kondisi batas di dasar lautdari persamaan tersebut adalah kecepatan


vertical nol.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

12

BANGUNAN LEPAS PANTAI

di y d

(5)

Kondisi batas dari permukaan diperoleh dari persamaan Bernoulli untuk


aliran tak mantap.
1 2
p
u v 2 gy 0 (6)
t 2

Dengan g adalah percepatan gravitasi, p adalah tekanan dan adalah


rapat massa zat cair.
Apabila persamaan tersebut dilinearkan, yaitu dengan mengabaikan u2
dan v2, dan pada permukaan y = , serta mengambil tekanan di
permukaan adalah nol (tekanan atmosfer), maka persamaan Bernoulli
menjadi :

1
g t

(7)

Dengan anggapan bahwa gelombang adalah kecil terhadap kedalaman,


maka kondisi batas di y = 0 adalah kira-kira sama dengan di y = .
Dengan anggapan tersebut maka kondisi batas pada permukaan adalah :

1
g t

y 0

(8)

Jadi persamaan yang diselesaikan adalah :

i). Persamaan Laplace


2 2

0
x2 y2

(3)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

13

BANGUNAN LEPAS PANTAI

ii). Kondisi batas persamaan tersebut adalah :


v

di y d

1
g t

(5)

(8)

y 0

Persamaan tersebut diselesaikan untuk mendapat nilai . Berdasarkan


nilai tersebut, sifat-sifat gelombang seperti fluktuasi muka air, kecepatan
rambat

gelombang,

kecepatan

partikel,

dan

sebagainya

dapat

diturnkan.penyelesaian persamaan diferensial tersebut memberikan hasil


berikut ini :

ag Coshk(d y)
Sin
(kx - t) (9)

Coshkd

Dengan :

= potensial kecepatan

= pecepatan gravatsi

= frekuensi gelombang

= angka gelombang

= kedalaman laut

= jarak vertical suatu titik yang ditinjau terhadap muka air diam

= jarak horizontal

= waktu

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

14

BANGUNAN LEPAS PANTAI

III.

Kecepatan rambat dan panjang gelombang

Komponen vertikal kecepatan partikel pada permukaan air adalah


v

, dimana diberikan oleh persamaan (8), sehingga :


t
v

1
1 2



t
t
g t
g t 2

(10)

Karena v y , maka persamaan tersebut dapat dituis menjadi :

1 2

y
g t 2

(11)

Apabila persamaan (9) disubtitusikan kedalam persamaan (11), maka


akhirnya didapat :

1 2
ag Coshk(d y)

Sin
(kx

t)

Coshkd
g t 2

ag Coshk(d y)

Sin
(kx t)

Coshkd

ag Sinhk(d y)
1 ag
Coshk(d y)
k
Sin
(kx t)
( 2 )
Sin
(kx t)

Coshkd
g
Coshkd

agk Sinhk(d y)
Coshk(d y)
Sin
(kx t) a
Sin
(kx t)

Coshkd
Coshkd

Untuk gelombang amplitudo kecil, nilai y di permukaan adalah sama


dengan di muka air diam, sehingga y = 0, dan persamaan di atas menjadi :
2 = gk Tanh (kd)

(12)

oleh karena = kC, maka persamaan (12) menjadi :

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

15

BANGUNAN LEPAS PANTAI

C2

Jika nilai k

g
Tanh (kd)
k

(13)

2
disubtitusikan kedalam persamaan (13), didapat :
L
C2

gL
Tanh (kd)
2

(14)

Persamaan (14) menunjukan laju penjalaran gelombang sebagai fungsi


kedalaman air (d) dan panjang gelombang (L).

2 T

Jika nilai k
C

disubtitusikan kedalam persamaan (13),akan

didapat nilai C sebagai fungsi T dan d.


C

gT
2 d
Tanh
2
L

Dengan memasukan nilai k

(15)

2
L
dan C
kedalam persamaan (14)
L
T

akan diperoleh panjang gelombang sebagai fungsi kedalaman.


L

gT 2
2 d
Tanh
2
L

(16)

Dengan menggunakan persamaan (16), jika kedalaman air dan periode


gelombang diketahui, maka dengan metode iterasi (cara coba banding)
akan didapat panjang gelombang L. Penyelesaian persamaan (16) dapat
dibantu dengan pernggunaan tabel L-1 dalam lampiran yang juga dapat
digunakan untuk perhitungan cepat rambat gelombang.

IV.

Kalsifikasi Gelombang Menurut Kedalaman Relatif

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

16

BANGUNAN LEPAS PANTAI

Gelombang

dikalsifikasikan

berdasarkan

kedalaman

perairan

dan

berdasarkan ratio perbandingan kedalaman perairan (d) dengan panjang


gelombang (L), d/L, yang diberikan dalam tabel berikut :

d/L

>

1
2

1
d
1
<
<
20
2
L

<

1
20

Batas nilai kd
(2g/L)

Jenis Gelombang

Gelombang pada perairan dalam


(gelombang pendek)

10

Gelombang pada perairan antara

10

Gelombang pada perairan dangkal

Klasifikasi ini dilakukan untuk menyderhanakan rumus-rumus gelombang.


Apabila kedalaman reatif d/L adalah lebih besar dari 0,5; nilai Tanh
(2d/L) = 1,0 sehingga persamaan (15) dan (16) menjadi :
C0

gT
2

(17)

L0

gT 2
2

(18)

Dan

Indeks 0 menunjukan bahwa nilai-nilai tersebut adalah untuk kondisi laut


dalam. Apabila percepatan gravitasi adalah 9,81 m/s 2 maka persamaan
(18) menjadi :

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

17

BANGUNAN LEPAS PANTAI

L0 = 1,56T2

(19)
2 d 2 d

L
L

Apabila kedalaman relative kurang dari 1/20, nilai Tanh


sehingga persamaan (15) dan (16) menjadi :
C
L

(20)

gd

(21)

gd T CT

Persamaan (20) dan (21) menunjukan bahwa di laut dangkal, cepat


rambat dan panjang gelombang hanya tergantung pada kedalaman air.
Untuk kondisi gelombang laut transisi, yaitu jika 1/20 < d/L < 1/2, cepat
rambat

dan

panjang

gelombang

dihitunga

dengan

menggunakan

persamaan (15) dan (16). Apabila persamaan (15) dibagi dengan


persamaan (17) atau (16) dibagi dengan pesamaan (18) akan didapat :
C
L
2 d

Tanh

C0
L0
L

(22)

Apabila kedua ruas dari peramaan (22) dikalikan dengan d/L, maka akan
didapat :
d
d
2 d
Tanh

L0
L
L

(23)

Persamaan (23) dapat digunakan untuk menghitung panjang gelombang


pada setiap kedalaman, apabila panjang gelombang di laut dalam
diketahui. Penyelesaian persamaan (23) sangat sulit karena diperlukan
literasi yang sangat panjang. Untuk mempermudah hitungan telah dibuat
tabel yang disusun berdasarkan persamaan tersebut, seperti disajikan
dalam tabel L-1 pada lampiran.
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

18

BANGUNAN LEPAS PANTAI

Gambar grafik pemilihan teori gelombang

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

19

BANGUNAN LEPAS PANTAI

Gambar orbit partikel dan dinamika dari gelombang dalam teori gelombang linear

Gambar bentuk gelombang berdasarkan kedalamannya

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

20

BANGUNAN LEPAS PANTAI

V.

Kecepatan dan Percepatan Partikel Zat Cair

Di dalam mempelajari gaya gelombang, perlu diketahui kecepatan dan


percepatan pertikel untuk berbagai kedalaman dan waktu (y dan t).
Komponen horizontal dan vertical kecepatan partikel air (u dan v) dapt
ditentukan berdasarkan persamaan (4) yaitu :
u

dan v

Dengan memasukan nilai dari persamaan (9) ke dalam persamaan


diatas akan didapat :

ag Coshk(d y)

Sin
(kx t)

x x
Coshkd

agkCoshk(d y)

Cos(kx t)
Coshkd

ag2

L k Coshk(d y)Cosh(kx t) ag Coshk(d y)Cos(kx t)


2
Coshkd
C Coshkd
L

Mengingat :
C

gT
gT Sinh kd
Tanh kd
2
2 Cosh kd

Maka persamaan tersebut menjadi :

Kecepatan horizontal

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

21

BANGUNAN LEPAS PANTAI

H Cosh k (d y)

Cos kx t
T
Sinh kd

(24)

Kecepatan Vertical
v

H Sinh k (d y)

Sin kx t
T
Sinh kd

(25)

Dengan mendiferensialkan persamaan (24) dan (25) maka akan diperoleh


besarnya percepatan, yaitu :

Percepatan horizontal
ax

(26)

Percepatan vertical
ay

VI.

2 2 H Cosh k (d y)

Sin kx t
Sinh kd

T2

2 2 H Sinh k (d y)

Cos kx t
Sinh kd

T2

(27)

Penentuan panjang geombang (L)

Dalam perhitungan beban gelombang pada struktur bangunan lepas


pantai ini digunakan asumsi periode gelombang, yakni antara 1 s sampai
dengan 15 s pada kondisi tinggi gelombang yang sudah ditentukan pada
skala Beaufort 8 (yaitu 5,5 m).
Dalam perhitungan, pertama-tama dianggap bahwa kondisi laut adalah
laut dalam sehingga dipakai rumus persamaan gelombang (19) untuk
menentukan panjang gelombang L0, kemudian setelah besarnya L0
diketahui dicari nilai perbandingan d/L0 untuk mencari nilai perbandingan
d/L yang sebenarnya. Setelah itu besar dari panjang gelombang
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

22

BANGUNAN LEPAS PANTAI

sebenarnya (L) dapat dicari dengan mengunakan tabel L-1. dan cepat
rambat gelombang dapat dicari dengan persamaan C

L
.
T

Periode T
(s)

Panjang
Gelombang
L0 (m)

d/L0

d/L

L (m)

Cepat
Rambat
Gelombang
C (m/s)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

1.56
6.24
14.04
24.96
39.00
56.16
76.44
99.84
126.36
156.00
188.76
224.64
263.64
305.76
351.00

108.9744
27.2436
12.1083
6.8109
4.3590
3.0271
2.2240
1.7027
1.3454
1.0897
0.9006
0.7568
0.6448
0.5560
0.4843

0.90062
0.75691
0.68817
0.55701
0.48693

188.76
224.60
247.03
305.20
349.12

17.16
18.72
19.00
21.80
23.27

VII.

Perhitungan beban gelombang linear

Perhitungan beban gelombang sebelumnya diawali dengan penggolongan


jenis gelombang, apakah berbentuk gelombang sinusoidal dengan
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

23

BANGUNAN LEPAS PANTAI

meggunakan teori gelombang linear (Airy), teori cnoidal atau teori


strokes dengan orde yang lebih tinggi, bergantung pada ratio d/L , dan
Ursell Parameter (U) :
U

L2
d3

(28)

Jika nilai :
U < 15, maka teori gelombang sinusoidal berlaku
U > 15, h/Lo < 0,1 maka teori gelombang knoidal berlaku
U > 15, h/Lo > 0,1 maka kedua teori tidak dapat digunakan

Panjang
Periode
Gelombang
T (s)
L0 (m)
11
12
13
14
15

188.76
224.64
263.64
305.76
351.00

L (m)

Parameter
Ursell (U)

188.76
224.60
247.03
305.20
349.12

0.039887
0.056472
0.068316
0.104277
0.13645

Karena nilai dari perameter Ursell (U) adalah < 15, maka berlaku teori
gelombang linear (Sinusoidal).
Kemudian untuk menghitung gaya gelombang terhadap strukrur banguan
lepas pantai, perlu diketahui dahulu krakteristik gelombang ketika
menumbuk struktur, melalui ratio Diameter bangunan yang dilalui oleh
gelombang dengan Panjang gelombang (D/L), sebagai berikut :
D/L > 1

Gelombang dipantulkan dengan sempurna

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

24

BANGUNAN LEPAS PANTAI

D/L > 0,2

Terjadi pemecahan gelombang (difraksi)

D/L < 0,2

Gelombang tidak dipengaruhi oleh ukuran struktur

D/W > 0,2

Gaya inesria dominant (berlaku pada persamaan Morrison)

D/W < 0,2

Gaya Drag dominant (berlaku pada persamaan Morrison)

Dimana :
D

= Diameter dari struktur atau bagian dari struktur

= Lebar orbit dari partikel gelombang

H
2d
tanh
L

(29)

Rasio perbandingan antara D/L (Diameter banguan Jackets Platform dan


Panjang Gelombang) adalah :
Daiameter
0.50
0.75
1.00
1.25

188.76
0.0026
0.0040
0.0053
0.0066

Panjang Geombang L (m)


224.59
263.48
305.20
0.0022
0.0019
0.0016
0.0033
0.0028
0.0025
0.0045
0.0038
0.0033
0.0056
0.0047
0.0041

Rasio perbandingan diatas menunjukan bahwa

349.47
0.0014
0.0021
0.0029
0.0036

D/L < 0,2

atau

memperlihatkan bahwa gelombang tidak dipengaruhi oleh ukuran


struktur.
Nilai W (Lebar orbit dari partikel gelombang) dan rasio dari D/W
ditunjukan pada tabel perhitungan di bawah :
Nilai

Panjang Geombang L (m)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

25

BANGUNAN LEPAS PANTAI

188.76

224.60

247.03

305.20

349.12

0.9006

0.7568

0.6448

0.5560

0.4843

1.0000

0.9999

0.9994

0.9982

0.9956

5.5000

5.5007

5.5033

5.5099

5.5243

0.50

0.0909

0.0909

0.0909

0.0907

0.0905

0.75

0.1364

0.1363

0.1363

0.1361

0.1358

1.00

0.1818

0.1818

0.1817

0.1815

0.1810

1.25

0.2273

0.2272

0.2271

0.2269

0.2263

d/L0
2 d
L

Tanh

D/W

Pada gelombang linear (gelombang Sinusoidal), free surface (t) yang


bekerja pada sumbu z dapat didefinisikan baik dalam :
(t) a Sin (kx - t)

(t)

(30)

H
x t
Cos 2

2
L T

(31)

Dimana :
H

= tinggi gelombang

2 x amplitude (a)

= angka gelombang

= panjang gelombang

= frekuensi sirkulasi gelombang

= periode gelombang

2
T

Gaya Hambat dan Koefisien Drag

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

26

BANGUNAN LEPAS PANTAI

Gaya hambat adalah gaya yang ditimbulkan karena adanya aliran steady
fluida yang melalui sebuah benda. Besarnya gaya hambat sepanjang nilai
z dapat diperoleh melalui sebuah persamaan :
0

FD

1
CD D u u dz
2
-z

(32)

Besarnya gaya hambat pada benda tergantung dari kpefisien drag (CD)
benda yang nilainya sangat bergantung dengan nilai Reynold number.
Namun untuk geometri benda benda dengan perbandingan lebar (dalam
hal ini Diameter atau D) dan Tinggi benda (dalam hai ini kedalaman d) nilai
CD = 0.7.

Gaya Inersia dan Koefisien Massa


Gaya inersia adalah gaya dalam aliran fluida yang disebabkan kerena
adanya percepatan partikel air yang melewati sebuah benda. Besarnya
gaya ini dipengaruhi oleh bentuk atau geometri dari benda yang dilewati
fluida, sehingga untuk bentuk geometri tertentu memiliki koefisien massa
atau keofisien inersia (CM) tertentu. Besarnya gaya inersia yang berlaku
sepanjang nilai z untuk bentuk lingkaran CM = 2.0.
Bila gelombang tidak dipengaruhi oleh keberadaan struktur, maka berlaku
persamaan Morrsson, dimana besar gaya gelombang sepanjang tinggi
amplitude sesaat () hingga Mean Water Level (MWL) yaitu :
dF

1
CD Du u ds CM Aa x
2

(33)

dF

(34)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

27

BANGUNAN LEPAS PANTAI

Dengan menggunakan persamaan :


kecepatan
u

HL
x t
Cos 2

2dT
L T

Percepatan
a

HL
x t
Sin 2

2
L T
dT

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

28

BANGUNAN LEPAS PANTAI

Sehingga besarnya kecepatan partikel :


Periode
T (s)

L (m)

Kecepatan Partikel
Gelombang u

11

188.76

0.278

12

224.60

0.303

13

247.03

0.307

14

305.20

0.353

15

349.12

0.377

x t

L T
x t
Cos 2

L T
x t
Cos 2

L T
x t
Cos 2

L T
x t
Cos 2

L T
Cos 2

Sehingga besarnya percepatan partikel :


Periode
T (s)

L (m)

Percepatan Partikel
Gelombang a

11

188.76

0.158 Sin 2

12

224.60

0.158 Sin 2 x t

x t

L T

13

247.03

0.148 Sin 2 x t

L T
x t
Sin 2

L T

305.20

0.158

15

349.12

0.158 Sin 2 x t

14

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

29

BANGUNAN LEPAS PANTAI

Dengan menggunakan persamaan (33) dapat dicari besarnya gaya


gelombang, yaitu :
0

FW

1
D2
CD D u u CM
2
4
-d

-d

Untuk diameter leg (D) = 0.50 m


Periode
T (s)

L (m)

11

188.76

13.822

Cos 2 2

12

224.60

16.443

Cos 2 2

13

247.03

16.949

Cos 2 2

14

305.20

22.307

Cos 2 2

15

349.12

25.428

Cos 2 2

Gaya Drag (FD)

Gaya Inersia (FI)

x t

L T

63.757

Sin 2

x t

L T

63.746

Sin 2

x t

L T

59.741

x t

L T
x t
Sin 2

L T

x t

L T

63.641

x t

L T

63.417

x t

L T
x t

L T

Sin 2

x t

L T

Sin 2

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

30

BANGUNAN LEPAS PANTAI

Untuk diameter leg (D) = 0.75 m


Periode
T (s)

L (m)

Gaya Drag (FD)


x t

L T

11

188.76 20.732

Cos 2 2

12

224.60 24.664

Cos 2 2

13

247.03 25.424

Cos 2 2

14

305.20 33.461

15

349.12 38.141

x t

L T

x t

L T
x t
Cos 2 2

L T
x t
Cos 2 2

L T

Gaya Inersia (FI)


x t

L T

143.454

Sin 2

143.428

x t

L T
x t
Sin 2

L T
x t
Sin 2

L T
x t
Sin 2

L T

134.418
143.192
142.687

Sin 2

Untuk diameter leg (D) = 1.00 m


Periode
T (s)

L (m)

11

188.76

27.643

Cos 2 2

12

224.60

32.886

Cos 2 2

13

247.03

33.898

Cos 2 2

14

305.20

44.614

Cos 2 2

15

349.12

50.855

Cos 2 2

Gaya Drag (FD)

Gaya Inersia (FI)

x t

L T

255.029

Sin 2

x t

L T

x t

L T

254.983

x t

L T

238.965

x t

L T
x t
Sin 2

L T

x t

L T

254.564

Sin 2

x t

L T

253.667

Sin 2

Sin 2

x t

L T

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

x t

L T

31

BANGUNAN LEPAS PANTAI

Untuk diameter leg (D) = 1.25 m


Periode
T (s)

L (m)

Gaya Drag (FD)

Gaya Inersia (FI)

Sin 2

349.12 63.569

396.354

15

Sin 2

305.20 55.768

397.756

14

Sin 2

Cos 2 2

373.382

247.03 42.373

x t

L T

13

Sin 2

Cos 2 2

398.411

224.60 41.107

x t

L T

12

Sin 2

Cos 2 2

398.482

188.76 34.554

x t

L T

11

x t

L T

Cos 2 2

x t

L T

Cos 2 2

x t

L T
x t

L T
x t

L T
x t

L T

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

x t

L T

32

BANGUNAN LEPAS PANTAI

Untuk Diameter (D) = 0.50 m

Sudut
0
30
45
60
90
120
135
150
180
210
225
240
270
300
315
330
360

FW = FD + FI
T = 11

T = 12

T = 13

T = 14

T = 15

13.822
42.245
51.994
58.671
63.757
58.671
51.994
42.245
13.822
-21.512
-38.172
-51.760
-63.757
-51.760
-38.172
-21.512
13.822

16.443
44.205
53.297
59.316
63.746
59.316
53.297
44.205
16.443
-19.541
-36.854
-51.095
-63.746
-51.095
-36.854
-19.541
16.443

16.949
42.582
50.718
55.975
59.741
55.975
50.718
42.582
16.949
-17.159
-33.769
-47.500
-59.741
-47.500
-33.769
-17.159
16.949

22.307
48.551
56.155
60.692
63.641
60.692
56.155
48.551
22.307
-15.090
-33.847
-49.538
-63.641
-49.538
-33.847
-15.090
22.307

25.428
50.779
57.556
61.277
63.417
61.277
57.556
50.779
25.428
-12.638
-32.129
-48.564
-63.417
-48.564
-32.129
-12.638
25.428

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

33

BANGUNAN LEPAS PANTAI

Untuk Diameter (D) = 0.75 m

Sudut
0
30
45
60
90
120
135
150
180
210
225
240
270
300
315
330
360

T = 11
20.732
87.276
111.803
129.418
143.454
129.418
111.803
87.276
20.732
-56.177
-91.071
-119.051
-143.454
-119.051
-91.071
-56.177
20.732

T = 12
24.664
90.212
113.751
130.378
143.428
130.378
113.751
90.212
24.664
-53.216
-89.087
-118.046
-143.428
-118.046
-89.087
-53.216
24.664

FW = FD + FI
T = 13
T = 14
25.424
33.461
86.277
96.692
107.759
117.983
122.765
132.373
134.418
143.192
122.765
132.373
107.759
117.983
86.277
96.692
25.424
33.461
-48.141
-46.500
-82.336
-84.522
-110.053
-115.643
-134.418
-143.192
-110.053
-115.643
-82.336
-84.522
-48.141
-46.500
25.424
33.461

T = 15
38.141
99.950
119.966
133.106
142.687
133.106
119.966
99.950
38.141
-42.738
-81.825
-114.036
-142.687
-114.036
-81.825
-42.738
38.141

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

34

BANGUNAN LEPAS PANTAI

Untuk Diameter (D) = 1.00 m

Sudut
0
30
45
60
90
120
135
150
180
210
225
240
270
300
315
330
360

T = 11
27.643
148.247
194.154
227.772
255.029
227.772
194.154
148.247
27.643
-106.782
-166.511
-213.950
-255.029
-213.950
-166.511
-106.782
27.643

T = 12
32.886
152.156
196.743
229.043
254.983
229.043
196.743
152.156
32.886
-102.827
-163.857
-212.600
-254.983
-212.600
-163.857
-102.827
32.886

FW = FD + FI
T = 13
33.898
144.906
185.923
215.424
238.965
215.424
185.923
144.906
33.898
-94.058
-152.024
-198.475
-238.965
-198.475
-152.024
-94.058
33.898

T = 14
44.614
160.743
202.311
231.612
254.564
231.612
202.311
160.743
44.614
-93.821
-157.697
-209.305
-254.564
-209.305
-157.697
-93.821
44.614

T = 15
50.855
164.975
204.797
232.395
253.667
232.395
204.797
164.975
50.855
-88.692
-153.942
-206.968
-253.667
-206.968
-153.942
-88.692
50.855

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

35

BANGUNAN LEPAS PANTAI

Untuk Diameter (D) = 1.25 m

Sudut
0
30
45
60
90
120
135
150
180
210
225
240
270
300
315
330
360

T = 11
34.554
225.157
299.046
353.734
398.482
353.734
299.046
225.157
34.554
-173.326
-264.492
-336.457
-398.482
-336.457
-264.492
-173.326
34.554

T = 12
41.107
230.036
302.273
355.311
398.411
355.311
302.273
230.036
41.107
-168.375
-261.165
-334.757
-398.411
-334.757
-261.165
-168.375
41.107

FW = FD + FI
T = 13
42.373
218.471
285.207
333.952
373.382
333.952
285.207
218.471
42.373
-154.911
-242.834
-312.765
-373.382
-312.765
-242.834
-154.911
42.373

T = 14
55.768
240.704
309.140
358.409
397.756
358.409
309.140
240.704
55.768
-157.052
-253.372
-330.525
-397.756
-330.525
-253.372
-157.052
55.768

T = 15
63.569
245.854
312.049
359.145
396.354
359.145
312.049
245.854
63.569
-150.500
-248.480
-327.360
-396.354
-327.360
-248.480
-150.500
63.569

Garafik perbandingan besarnya Gaya Gelombang (F W) untuk setiap


periode dengan variasi diameter :

Periode (T = 11 s)
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

36

BANGUNAN LEPAS PANTAI

Periode (T = 12 s)

Periode (T = 13 s)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

37

BANGUNAN LEPAS PANTAI

Periode (T = 14 s)

Periode (T = 15 s)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

38

BANGUNAN LEPAS PANTAI

Beban Arus Air Laut (Current Load)


Perhitungan beban arus dilakukan untuk menentukan besarnya gaya yang
dihasilkan oleh arus air laut yang mengalir pada bagian bawah Jackets
Platform.
Perhitungan gaya yang ditimbulkan oleh arus dapat dilakukan dengan
rumus :
FC

1
CD SW AVC2
2

Dimana :
CD

Koefisien Drag (untuk lingkaran dengan permukaan kasar CD =


0.7)

SW

Density of sea water (1025 kg/m3)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

39

BANGUNAN LEPAS PANTAI

Luasan yang mengalami gaya arus

VC2

Kecepatan arus

Perhitungan gaya arus ini dilakukan dengan asumsi kecepatan arus 0,1
m/s sampai dengan 1 m/s serta variasi diameter dari setiap kaki jackets
yang bervariatif yaitu 0,5 m, 0,75 m, 1,00 m, dan 1,25 m.

Beban dalam N
Kecepata
n Arus VC
(m/s)

85.0

127.5

170.0

212.5

0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0

304.9
1219.8
2744.4
4879.0
7623.4
10977.8
14941.9
19516.0
24699.9
30493.8

457.4
1829.6
4116.7
7318.5
11435.2
16466.6
22412.9
29274.0
37049.9
45740.6

609.9
2439.5
5488.9
9758.0
15246.9
21955.5
29883.9
39032.0
49399.9
60987.5

762.3
3049.4
6861.1
12197.5
19058.6
27444.4
37354.8
48790.0
61749.8
76234.4

Luasan A (m2)

Beban dalam kN
Kecepatan
Arus VC
(m/s)

85.0

127.5

170.0

212.5

0.1

2.4

3.7

4.9

6.1

Luasan A (m2)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

40

BANGUNAN LEPAS PANTAI

0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0

9.8
22.0
39.0
61.0
87.8
119.5
156.1
197.6
244.0

14.6
32.9
58.5
91.5
131.7
179.3
234.2
296.4
365.9

19.5
43.9
78.1
122.0
175.6
239.1
312.3
395.2
487.9

24.4
54.9
97.6
152.5
219.6
298.8
390.3
494.0
609.9

Gambar Jackets Platform

Karena pembebanan pada daerah yang terkena arus dihitung untuk tiap
tiangnya (untuk tiap Jackets Leg) total terdapat 8 tiang untuk konstruksi
Jackets Pletform rancangan :
Kecepatan

Luasan A (m2)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

41

BANGUNAN LEPAS PANTAI

Arus VC
(m/s)
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0

b. Karakteristik

beban

1.0

0.0

0.0

0.0

2.7
11.0
24.7
43.9
68.6
98.8
134.5
175.6
222.3
274.4

4.1
16.5
37.0
65.9
102.9
148.2
201.7
263.5
333.4
411.7

5.5
22.0
49.4
87.8
137.2
197.6
269.0
351.3
444.6
548.9

6.9
27.4
61.7
109.8
171.5
247.0
336.2
439.1
555.7
686.1

terhadap

Jackets

dan

Piles

maupun

jumlahnya Jackets dan Piles (penentuan dimensi konstruksi).


Piles adalah dasar dari struktur anjungan lepas pantai, ditanamkan kedalam
tanah (soil) seperti pada gambar. Piles berfungsi untuk meneruskan beban yang
bekerja pada jacket sampai ke sea bad. Pada bagian ini aspek teoritis dari desain
piles sangat diperhitungkan. Pada gambar dapat dilihat karakteristik dari beban
yang memperngaruhi Jackets dan piles.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

42

BANGUNAN LEPAS PANTAI

Gambar interaksi antara Piles dengan Soil dan gaya-gaya yang memperngaruhinya

Beban yang memperngaruhi Jackets dan piles adalah beban dead + live pada
platform serta beban lingkungan.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

43

BANGUNAN LEPAS PANTAI

c. Analisa karakteristik soil (properti terhadap rancangan ini dalam


menentukan kedalaman Piles Skirt yang akan digunakan).
Klasifikasi dari tanah pada dasar laut
Tekstur dari tanah (soil) tersusun atas mineral kecil atau partikel organic yang
karakteristik dasarnya adalahukuran dan mutu interfaksinya (gesekan, kohesi).
Properti dari jenis tanah tertentu (specific soil) pada umumnya bergantung pada
beberapa foktor berikut :

Masa kenis (density).

Kandungan air (water content).

Rasio kepadatan (over consolidation ratio).

Untuk tujuan desain, pengaruh dari beberapa faktor pada soil ini ditunjukan
dalam bentuk dua parameter dasar :

Sudut gesek (friction angle).

undrained shear strength Cu.

Tanah (soil) dapat diklasifikasikan kedalam kategori ideal :

granular soils.

cohesive soils.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

44

BANGUNAN LEPAS PANTAI

i.

Granular Soils

Tanah granular (granular soil) adalah jenis tanah non-plastic dimana gaya kohesi
antara partikelnya dapat diabaikan. Jenis tanah ini termasuk :

Pasir (sands) : memiliki karakteristik dengan ukuran partikel besar sampai


sedang (large to medium) yaitu 1mm sampai 0,05mm dan
memiliki daya serap yang tinggi,

Lumpur (silts) : memiliki karakteristik dengan ukuran partikel antara 0,05


dan 0,02mm; pada umumnya tanah jenis ini sangat padat
(solid); tanah jenis ini juga menunjukan adanya kohesi.

ii.

Cohesive Soils

Tanah liat adalah jenis tanah dengan ukuran partikel kurang dari

0,002mm

(plastic soils); tanah jenis ini memiliki daya serap yang rendah dan sangat
lengket.
iii.

Multi-Layered Strata

Karakteristik dan tanah alami yang terdapat pada sekeliling konstruksi Piles pada
umumnya bervariasi tergantung kedalamannya. Untuk tujuan analisis, tanah
dibedakan kedalam beberapa lapisan, dimana setiap lapisannya memiliki
property yang tetap. Jumlah dari lapisan tersebut tergantung pada kebutuhan
dalam hal keakuratan dari tujuan analisis tersebut.
Analisis terhadap interaksi tanah-struktur (soil-structure interaction)
Analisis terhadap prilaku anjunga lepas pantai harus juga memperhatikan dan
memperhitungkan interaksi antara jacket-foundation-soil dibawah bekerjanya
berbagai gaya atau kombinasi dari gaya-gaya. Pendekatan nyata dari system

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

45

BANGUNAN LEPAS PANTAI

interaksi tersebut harus diperhitungkan, khususnya, prilaku non-linear dari tanah


(soil) dan bentuk interaksinya dengan piles yang memberikan pengaruh kepada
pondasi struktur.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

46

Potrebbero piacerti anche