Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
=
2
2
1
1 St
Si
k
k
ri
Keterangan :
R1 : reabilitas
K : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.
: Jumlah varian butir
: Varian
Dari hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa untuk kuesioner
tingkat pengetahuan dinyatakan reliabel dengan koefisien r = 0,970
dan untuk kuesioner sikap r = 0,958 didapatkan juga hasil bahwa
kuesioner tersebut reliabel. Nilai reliabilitas tersebut lebih besar dari
nilai alpha tabel yaitu > 0,968 sehingga kuesioner dikatakan valid dan
relialibel (24).
2. Cara Pengumpulan Data
a. Prosedur pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
kuesioner secara langsung kepada responden dengan prosedur sebagai
berikut (26):
1) Peneliti mengajukan permohonan ijin dari Kepala Rumah Sakit Dr.
Abdul Aziz Singkawang Kalimantan Barat.
2) Peneliti menjelasan, maksud, dan tujuan penelitian kepada petugas
pelayan kesehatan Rumah Sakit Dr. Abdul Aziz Singkawang
Kalimantan Barat.
3) Setelah mendapatkan ijin dari Kepala Rumah Sakit Dr. Abdul Aziz
Singkawang Kalimantan Barat peneliti menghubungi Petugas
Pelayanan Kesehatan untuk teknis pengambilan sampel yang akan
dilakukan.
4) Peneliti akan berdiskusi dengan Petugas Pelayanan Kesehatan
untuk pengambilan sampel tentang perawatan luka episiotomi
dengan memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian terlebih
dahulu pada awal kegiatan.
5) Kepada ibu yang bersedia menjadi responden maka diminta untuk
menandatangani lembar persetujuan menjadi responden dan
mengisi kuesioner yang telah disediakan peneliti dan setelah
selesai mengisi kuesioner langsung dikumpulkan kepada peneliti.
6) Calon responden yang menolak untuk dijadikan responden tidak
dipaksa untuk menjadi responden karena peneliti harus menghargai
sikap dan keputusan calon responden.
H. TEKNIK PENGOLAHAN DAN PENGUMPULAN
1. Teknik Pengolahan Data
Sutanto (2001) mengatakan agar data yang telah didapatkan
menghasilkan informasi yang benar, dilakukan pengolahan dengan 4
(empat) tahap pengolahan data (27), yaitu:
a. Editing
Pada tahap ini dilakukan pengecekan isian kuesioner apakah jawaban
yang ada di kuesioner sudah lengkap (semua jawaban berisi jawaban),
jelas (jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas), relevan
(jawaban yang tertulis apakah relevan dengan pertanyaan), dan
konsisten.
b. Coding
Pada tahap ini dilakukan kegiatan merubah data berbentuk huruf
menjadi data berbentuk angka/bilangan. Kegunaan dari koding adalah
untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat
pada saat entry data.
c. Processing
Pada tahan ini dilakukan pemrosesan data agar dapat dianalisis.
Pemrosesan ini dilakukan dengan meng-entry data dari kuesioner ke
dalam program komputer. Dalam penelitian ini dilakukan
menggunakan komputer.
d. Cleaning
Tahap terakhir dari pengolahan data ini adalah pengecekan kembali
data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Pada tahap
ini ada beberapa cara meng-cleaning data yaitu: mengetahui missing
data, mengetahui variasi data, mengetahui konsistensi data, dan
membuat tabel silang.
2. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah dengan (27)
a. Univariat
Pada analisis univariat ini dilakukan pada tiap variable dari hasil
penelitian, untuk melihat distribusi dengan melihat prosentase masing-
masing variabel.
Dalam penelitian ini analisis univariat digunakan untuk mengetahui
proporsi dari masing-masing variabel penelitian meliputi data
demografi, tingkat pengetahuan, sikap dan praktik perawatan luka
episiotomi.
b. Bivariat
Untuk mendapatkan korelasi antara pengetahuan ibu tentang
perawatan luka episiotomi pasca persalinan dengan praktik cara
merawat luka, antara sikap ibu tentang perawatan luka episiotomi
pasca persalinan dengan praktik cara merawat luka episiotomi pasca
persalinan, dan korelasi antara motivasi ibu dengan praktek perawatan
luka episiotomi setelah melahirkan serta data yang dimiliki ordinal
dengan nominal, maka menggunakan uji Chi Square (X
2
).
Rumus:
X
2
=
( )
fh
fh fo
2
Keterangan :
X
2
: Chi kuadrat
fo : Frekuensi yang diobservasi
fh : Frekuensi yang diharapkan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang praktik
perawatan luka episiotomi setelah persalinan dengan menggunakan
pertanyaan benar dan salah. Adapun jumlah pertanyaan sebanyak 25 item
dan jumlah skor tertinggi 25, dengan ketentuan skor 1 apabila jawaban
benar dan skor 0 apabila jawaban salah.
Kuesioner untuk mengetahui sikap responden terhadap praktik
perawatan luka episiotomi setelah persalinan, kuesioner ini berisi
pertanyaan sebanyak 17 dengan total skor tertinggi 68, dengan
menggunakan skala likert dan kategorinya adalah: Sangat Setuju (SS),
Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS), Skor
jawaban dan pernyataan responden adalah: SS=4, S=3, TS=2, STS=1.
sikap ibu dikatakan baik apabila skor total dari jawaban pertanyaan lebih
dari atau sama dengan 51, sikap ibu dikatakan tidak baik apabila skor total
dari jawaban pertanyaan kurang dari 51. Lembar observasi digunakan
untuk mengetahui praktik responden dalam melakukan perawatan luka
episiotomi postpartum dengan persalinan normal. Kuesioner ini berisi 2
item hal yang perlu di observasi untuk mengukur kemampuan ibu dalam
melakukan praktik perawatan luka episiotomi postpartun persalinan
normal dengan skor tiap item 6 dengan total skor 30. Dengan rincian skor
per item: nomor 1 point a sampai f skornya adalah 3 jumlah skor 18,
sedangkan nomor 2 point a sampai d skornya 5 jumlah skor 20 jadi total
skor 38. Praktik perawatan luka episiotomi dikatakann benar apabila skor
total lebih dari atau sama dengan 20, dan skor salah apabila skor total
kurang dari 20.
H. ETIKA PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti perlu mendapatkan
rekomendasi dari institusi untuk mengajukan permohonan ijin kepada
Kepala Rumah Sakit Dr. Abdul Azis Singkawang Kalimantan Barat.
Masalah etika dalam keperawatan merupakan masalah yang sangat penting
untuk diperhatikan mengingat ilmu keperawatan berhubungan langsung
dengan manusia. Oleh karena itu segi etika harus diperhatikan karena
manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian. Masalah etika
dalam penelitian meliputi (25):
1. Informed consent
Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Tujuan dari informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan
tujuan penelitian, mengetahui dampaknya, jika subyek bersedia maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden
tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak subjek.
2. Anonimity
Anonimity atau tanpa nama merupakan masalah dalam penelitian
keperawatan dengan cara tidak memberikan nama responden pada
lembar alat ukur hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan
data.
3. Confidentiality
Confidentiality atau kerahasiaan merupakan masalah etika dengan
menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi maupun
masalah-masalah lain, semua informasi yang telah dikumpulkan
dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang
akan dilaporkan pada hasil riset.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan membahas hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan
dan sikap ibu terhadap praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan
persalinan normal diruang Kebidanan RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang.
Adapun penyajian hasil meliputi, karakteristik tingkat pengetahuan, sikap, dan
hubungan antara pengetahuan ibu terhadap praktik, sikap ibu terhadap praktik
perawatan luka episiotomi postpartum pada persalinan normal.
Data persalinan yang didapat dari ruang Kebidanan RSUD Dr. Abdul Aziz
Singkawang Kalimantan Barat pada tanggal 23 Desember 2006 sampai dengan 7
Januari 2007 terdapat 100 kasus persalinan, diantaranya peneliti mendapatkan 31
sampel ibu dengan perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan
normal.
Tingkat signifikan ditentukan dengan menggunakan uji statistik
menggunakan nilai alpha 5% (0,05) dengan tingkat kemaknaan dalam penelitian
ini P<0,05 maka H ditolak berarti ada hubungan yang bermakna antara dua
variabel yang diukur, bila P>0,05 maka H diterima artinya tidak ada hubungan
yang bermakna antara variabel yang diukur.
A. Karakteristik responden
Ibu dengan perawatan luka episiotomi postpartum pada persalinan normal di
Ruang Kebidanan RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang, yang terdiri dari:
karakteristik responden, jumlah responden dan prosentase
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi responden pada bulan Desember 2006-Januari 2007
(N=31).
o Karakteristik responden Jumlah responden Prosentase (%)
1. Umur (tahun)
<20
21-25
26-30
>30
8
16
5
2
25,8
51,6
16,1
6,5
Total 31 100
2. Tingkat pendidikan
SD
SLTP
SLTA
AKADEMI/PT
7
12
9
3
22,6
38,7
29
9,7
Total 31 100
3. Pendidikan kesehatan
pernah
31
100
Total 31 100
4. Pendapatan keluarga
perbulan(rupiah)
<500.000
500.000-1 jt
1,1 jt-1,5 jt
1,6 jt-2 jt
>2jt
5
7
3
6
10
16,1
22,6
9,7
19,4
32,3
Total 31 100
5. Persalinan
Pertama
Kedua
26
5
83,9
16,1
Total 31 100
6. Pengalaman episiotomi
Pertama
Kedua
26
5
83,9
16,1
Total 31 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar umur respon
berada pada umur antara 21-25 tahun, yaitu sejumlah 51,6%, frekuensi terbesar
kedua pada umur <20 tahun berjumlah 25,8%. frekuensi terbesar ketiga pada
umur 26-30 tahun yaitu 16,1% dan yang paling kecil pada umur >30 tahun
berjumlah 6,5%.
Frekuensi terbesar tingkat pendidikan yaitu tingkat pendidikan SLTP sebesar
38%, frekuensi terbesar kedua yaitu pendidikan SLTA sebesar 29%, yang ketiga
pendidikan SD yaitu sebesar 22,6% yang paling kecil adalah pendidikan
AKADEMI/PT sebesar 9,7%. Frekuensi pendidikan kesehatan tentang praktik
perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan normal berjumlah 100%.
Frekuensi terbesar pendapatan keluarga adalah 32% yang penghasilannya
lebih dari dua juta rupiah, peringkat kedua terbesar 22,6% penghasilannya antara
lima ratus sampai satu juta rupiah, peringkat tiga yaitu 19,4% penghasilannya
antara satu koma enam juta sampai dua juta rupiah, peringkat empat 16,1%
penghasilannya kurang dari lima ratus ribu rupiah dan yamg terakhir 9,7%
penghasilannya satu koma satu juta sampai satu koma lima.
Frekuensi persalinan ibu dengan perawatan luka episiotomi postpartum
persalinan normal yang pertama, sebanyak 26 orang (83,9%) sedangkan yang
persalinan kedua hanya 5 orang (16,1%). Begitu juga dengan pengalaman
persalinan pertama berjumlah 83% dan pengalaman yang kedua berjumlah 16,1%.
B. Tingkat pengetahuan, sikap dan praktik ibu terhadap praktik perawatan
luka episiotomi pospartum dengan persalinan normal di Ruang
Kebidanan RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang Kalimantan Barat
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi responden,
pada bulan Desember 2006 januari 2007 (N=31).
No Kategori Jumlah Prosertase (%)
1. Pengetahuan
Tinggi
Rendah
24
7
77,4
22.6
Total 31 100
2. Sikap
Baik
Tidak baik
25
6
80,6
29,4
Total 31 100
3. Praktik
Benar
Salah
24
7
77,4
22,6
Total 31 100
Dari tabel dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu memiliki
tingkat pengetahuan yang tinggi tentang perawatan luka episiotomi
adalah sejumlah 24 orang (77,4%). Sedangkan ibu yang memiliki
tingkat pengetahuan rendah sejumlah 7 orang (22,6%). Frekuensi sikap
ibu yang baik terhadap praktik perawatan luka episiotomi sejumlah 25
orang (80,6%) dan sikap yang tidak baik berjumlah 6 orang (29,4%).
Frekuensi yang melakukan praktik perawatan luka episiotomi secara
benar adalah 24 orang (77,4%) dan yang melakukan praktik perawatan
luka episiotomi secara salah adalah 7 orang (22,6%).
C. Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap terhadap praktik
perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan norma di RSUD
Dr. Abdul Aziz Singkawang Kalimantan Barat
Tabel 4.3. Hubungan antara tingkat pegetahuan dan sikap ibu
terhadap praktik perawatan luka episiotomi dengan
persalinan normal
pada bulan Desember 2006- Januari 2007 (N=31).
Praktik perawatan
Luka episiotomi
No Kategori
Benar Salah
Total P value
1. Pengetahuan
Tinggi
Rendah
21 (87,5%)
3 (42,9%)
3 (12,5%)
4 (57,1%)
24 (100%)
7 (100%)
Total 24 (77,4%) 7 (22,6%) 31 (100%)
0,049
2. Sikap
Baik
Tidak baik
22 (88,0%)
2 (33,3%)
3 (12,0%)
4 (66,7%)
25 (100%)
6 (100%)
Total 24 (77,4%) 7 (22,6%) 31 (100%)
0,020
= 0,05
Berdasarkan tabel 4.3. dapat diketahui bahwa ibu yang memiliki
tingkat pengetahuan tinggi, melakukan praktik perawatan luka
episiotomi secara benar yaitu 21 orang (87,5%) yang melakukan secara
salah 3 orang (12,5%). Sedangkan yang memiliki pengetahuan rendah
yang dapat melakukan praktik keperawatan secara benar ada 3 orang
(42,9%), secara salah ada 4 orang (57,1%). Dari hasil perhitungan
statistik dengan menggunakan rumus Chi Square didapatkan nilai P
value= 0,049. nilai tersebut lebih kecil jika dibanding dengan nilai
signifikan yaitu 0,05. Ini berati P value lebih kecil daripada nilai
signifikan maka H ditolak dan H diterima, dengan demikian dapat
dikatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu
terhadap praktik perawatan. Pada tabel 4.3. menunjukkan bahwa ibu
yang memiliki sikap yang baik terhadap praktik perawatan luka
episiotomi yang dapat melakukan praktik secara benar ada 22 orang
(88,0%) diantaranya melakukan praktik salah ada 3 orang (12,0%). Jika
dibanding dengan ibu yang memiliki sikap tidak baik dan melakukan
praktik secara benar terdapat 2 orang (33,3%) yang melakukan praktik
salah ada 4 orang (66,7%). Dari perhitungan statistik dengan
menggunakan rumus Chi Square didapatkan nilai P value=0,020. Nilai
tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai signifikan yaitu
0,05 karena P value lebih kecil daripada nilai signifikan, maka ada
hubungan yang signifikan antara sikap ibu terhadap praktik perawatan
luka episiotomi postpartum dengan persalinan normal.
BAB V
PEMBAHASAN
Berikut ini akan dibahas mengenai beberapa hal yang terkait dengan hasil
penelitian antara lain tentang: tingkat pengetahuan, sikap, praktik perawatan luka
episiotomi postpartum dengan persalinan normal serta hubungan antara tingkat
pengetahuan ibu terhadap praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan
persalinan normal, hubungan antara sikap ibu terhadap praktik perawatan luka
episiotomi postpartum dengan persalinan normal.
A. Tingkat pengetahuan ibu tentang praktik perawatan luka episiotomi
dengan persalinan normal
Berdasarkan hasil penelitian perolehan data dapat diketahui bahwa tingkat
pengetahuan ibu tentang praktik perawatan luka episiotomi sebagian besar
(77,4%) berpengetahuan tinggi dan sebagian kecil (22,6%) berpengetahuan
rendah. Apabila dikaitkan dengan pendidikan responen yang paling banyak
adalah tingkat SLTP yaitu 38,7% sebanyak 12 orang, ini berarti tingkat
pendidikan rendah, walaupun demikian bukan berarti bahwa tingkat
pendidikan yang rendah akan selalu diikuti dengan tingkat pengetahuan dan
perilakunya tetapi bagaimana cara pola fikir responden dalam menerima dan
mencari wawasan untuk mendapatkan pengetahuan (8). Notoatmojo
berpendapat bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu setelah melakukan
pengindraan terhadap suatu subjek. Hal ini berarti bahwa pengetahuan tentang
praktik perawatan episiotomi didapatkan baik dari pendidikan kesehatan
berupa penyuluhan dari petugas kesehatan dan pengalaman yang diperoleh
oleh responden (8).
Dari segi pengalaman misalnya ibu dengan perawatan episiotomi
pospartum dengan persalinan normal yang kedua, dimana ibu pernah
mengalami persalinan pertama dan pernah mengalami gejala infeksi pada luka
episiotomi, tentunya ibu akan lebih berhati-hati menjaga kebersihan luka
episiotomi. Dari pengalaman tersebut mungkin ibu bisa berbagi cerita dengan
ibu postpartum lain supaya mau menjaga kebersihan diri terutama di daerah
luka episiotomi. Pengetahuan juga bisa diperoleh melalui media masa seperti
koran, radio, TV dan internet.
Dengan demikian dari hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan ibu
tentang praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan
normal menunjukkan bahwa ibu sudah mengetahui atau sudah memiliki
pengetahuan tentang praktik perawatan luka episiotomi.
B. Sikap ibu terhadap praktik perawatan luka episiotomi postpartum
dengan persalinan normal
Hasil penelitian tentang sikap ibu terhadap praktik perawatan luka
episiotomi postpartum dengan persalinan normal menyebutkan bahwa
sebagian besar responden (80,6%) memiliki sikap yang baik. Menurut Alport
(1945) dalam Notoatmojo 2003 menyebutkan bahwa sikap merupakan
pernyataan kesiapan secara fisik dan mental yang terorganisasi tentang suatu
keahlian dan kesediaan mengusahakan untuk melakukan suatu hal (8).
Menurut Newcomb (1957) sikap merupakan predisposisi suatu tindakan yang
dilakukan seseorang dan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap objek (7), teori ini sesuai dengan hasil penelitian
sikap ibu terhadap praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan
persalinan normal dapat diartikan bahwa ibu memiliki konsep berfikir yang
baik karena ibu memiliki kesiapan dan kesediaan secara mental dan fisik
untuk melakukan perawatan luka episiotomi secara benar.
Hasil penelitian tentang sikap tidak baik berjumlah 6 oramg yaitu 29,4%.
Menurut Purwanto pembentukan sikap tidak demikian saja, melainkan melalui
suatu proses tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara individu lain
dan sekitarnya misalnya ada faktor intern yaitu faktor-faktor yang terdapat
dalam diri orang yang bersangkutan, dan faktor ekstern yaitu faktor yang di
luar manusia (7). Bila dilihat kondisi pasien pada saat melakukan pengisian
kuesioner perawatan luka kurang efisien dan kurang teliti dalam membaca
karena mengingat kondisi fisik dan psikologis kurang baik sehingga tidak bisa
berkonsentrasi penuh dalam pengisian kuesioner. Hal ini terjadi hanya pada
sebagian kecil ibu postpartum saja, sedangkan sebagian besar bisa melakukan
pengisian kuesioner dengan baik.
C. Praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan
normal.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah ibu yang melakukan
praktik perawatan luka episiotomi secara benar lebih banyak yaitu 24
responden (77,4%) yang melakukan praktik secara salah sebanyak 7
responden (22,6%). Untuk bisa melakukan praktik secara benar dalam hal ini
masuk dalam domain psikomotor (praktik) diperlukan adanya faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas (8).
Selain itu psikomotor juga memiliki beberapa tingkatan yaitu persepsi, respon
terpimpin, mekanisme, dan adopsi (8). Hal ini berhubungan dengan hasil
penelitian, karena di ruang kebidanan RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang
sudah mulai menerapkan perawatan luka episiotomi langsung kepada ibu
postpartum dengan episiotomi, setelah ibu kembali ke ruang nifas perawat
kembali memberi penyuluhan tentang perawatan luka episiotomi kepada
pasiennya dengan menyediakan fasilitas langsung, misalnya alat peraga yang
berhubungan dengan perawatan luka episiotomi. Setelah itu pasien diminta
untuk mengulanginya kembali tentunya dengan bimbingan perawat atau
bidan. Adapun standar prosedur operasional (SOP) pada asuhan keperawatan
yang digunakan diruang bersalin RSUD Dr. Abdul Azis adalah menggunakan
teknik membersihkan, sayangnya SOP tersebut belum bisa dilihat karena
masih dalam tahap revisi. Dari hasil wawancara dengan kepala kebidanan,
beliau mengatakan bahwa intinya praktik perawatan luka episiotomi sama
dengan kuesioner observasi yang dibuat oleh teori bobak yaitu teknik
membersihkan, berdasarkan observasi langsung cara melakukan praktik
perawatan luka episiotomi memang sesuai dengan teori bobak dan sesuai
dengan lembar observasi yang peneliti buat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa praktik perawatan luka
episiotomi postpartum dengan persalinan normal dilakukan secara benar, ada
faktor pendukung yaitu kesediaan petugas kesehatan dalam memberikan
penyuluhan kesehatan kepada semua responden, setelah itu dipraktekkan
secara langsung kepada responden atau pasien, sehingga tingkat pengetahuan
pasien bertambah dan prilaku menjadi baik karena mulai menyadari
pentingnya perawatan luka episiotomi bagi ibu (4, 8).
D. Hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap praktik perawatan
episiotomi postpartum dengan persalinan normal
Hasil penelitian antara tingkat pengetahuan ibu tentang praktik perawatan
luka episiotomi postpartum dengan persalinan normal yang dilakukan ibu
menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna P value = 0,029, hal
ini berarti bahwa tingkat pengetahuan yang tinggi dapat mempengaruhi cara
praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan normal
dilakukan secara benar, karena pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (perilaku) dan perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada prilaku yang tidak
didasari pengetahuan (7). Sesuai dengan hasil penelitian bahwa pasien tertarik
dengan perawatan luka episiotomi karena sering diberikan penyuluhan secara
langsung, selain caranya yang mudah dan ekonomis, bagi yang tidak mampu
akan ditanggung biaya sesuai dengan ketentuan rumah sakit.
Di Rumah Sakit Dr. Abdul Aziz Singkawang di ruang Kebidanan
melakukan tehnik membersihkan dengan sabun ringan dan air hangat kepada
semua pasien dengan luka epsiotomi dengan cara melakukan penyuluhan
langsung ke pasien setelah persalinan kemudian pasien dibantu untuk
mengulangi kembali, teknik ini mudah untuk dilakukan oleh pasien dan
biayanyapun ringan dan bisa dilakukan oleh semua golongan, dari tingkat
pendidikan SD sampai perguruan tinggi. Menurut peneliti dengan
diadakannya penyuluhan yang sering kemudian dipraktikkan langsung secara
terus menerus kepada pasien akan dapat membantu atau menambah
pengetahuan pasien sehingga pasien sadar untuk melakukan praktik secara
benar.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Norhayati Asnawi FK
UNAIR di RSUD Zalecha Martapura tahun 2003 yang berjudul hubungan
antara pengetahuan perawat dan pelaksanaan perawatan luka episiotomi pada
persalinan normal, menunjukkan hasil 24 orang (80%) memiliki tingkat
pengetahuan tinggi dan tingkat pengetahuan rendah ada 6 orang (20%) hasil
uji statistik hasil P=0,002 maka H0 ditolak berarti ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan terhadap praktik perawatan luka episiotomi.
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum mengadopsi perilaku baru
dalam diri seseorang akan terjadi proses yang berurutan, yaitu kesadaran,
dimana pasien mulai menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus, tertarik dimana subjek mulai tertarik terhadap
stimulus/objek tersebut disini sikap subjek sudah mulai timbul, evaluasi, pada
tahap ini mulai menimbang-nimbang baik buruknya stimulus terhadap dirinya,
setelah itu subjek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus (trial), adaption adalah dimana subjek telah
berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap
stimulus (7).
E. Hubungan sikap ibu terhadap praktik perawatan luka episiotomi
Berdasarkan hasil penelitian antara sikap ibu terhadap praktik perawatan
luka episiotomi postpartum dengan persalinan normal yang dilakukan ibu
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna P value= 0,014.
Sebagaimana teori yang dikemukakan oleh Allen, Guy, dan Edgley (1980)
yang mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi, atau
kesiapan antisipasif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dengan situasi
sosial. Hal ini juga selaras dengan teori yang dikemukakan oleh Secord
Bacman (1964) yang memiliki kerangka penelitian bahwa sikap merupakan
konstelasi komponen-komponen kognitif, dan afektif dan konatif yang saling
berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu
objek. Salah seorang ahli psikologi sosial Newcom (1957), dikutip
Notoatmodjo (1997) menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu
(7, 8). Teori ini sesuai dengan hasil penelitian karena setelah pasien
mendapatkan penyuluhan maka pengetahuan pasien akan bertambah, hal ini
akan meimbulkan kesadaran bagi pasien untuk berfikir dan menentukan sikap
sehingga siap untuk melakukan perawatan episiotomi.
Terbentuknya perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada
domain kognitif, dalam arti dari subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus
yang berupa materi atau objek yang diluarnya sehingga menimbulkan
pengetahuan baru pada subjek tersebut, dan selanjutnya menimbulkan respon
batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahuinya itu.
Akhirnya rangsangan, yakni penyuluhan kesehatan tentang praktik perawatan
luka episiotomi yang diberikan telah diketahui dan disadari akan
menimbulkan respon lebih jauh lagi dalam mengambil sikap, yaitu berupa
tindakan yaitu berupa melakukan praktik perawatan luka episiotomi (7).
Menurut peneliti sikap merupakan faktor penting dalam pembentukan
prilaku seseorang karena dengan memiliki sikap yang baik kemungkinan
besar praktik yang dilakukan secara benar akan lebih banyak. Adanya
hubungan yang signifikan antara sikap terhadap praktik perawatan luka
episiotomi postpartum dengan persalinan normal dalam hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa responden sudah memperhatikan stimulus yang diterima
dan memiliki kecendrungan untuk berperilaku sesuai stimulus yang pernah
didapatnya.
Ada beberapa faktor yang mendukung perubahan prilaku salah satunya
adalah dengan memberi keterangan atau informasi dengan cara
memperlihatkan standar operasional praktik di setiap ruangan nifas dan ruang
perawat, misalnya dengan menempelkan prosedur praktik perawatan luka
episiotomi didinding ruangan nifas, disamping tempat tidur atau diruang
keperawatan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pasien melihat dan
mengingat kemudian mencatatnya untuk perawatan dirumah, dengan
demikian perilaku pasien akan terbentuk dan menyadari pentingnya perawatan
luka episiotomi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat peneliti sampaikan dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan ibu di RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang Kalimantan
Barat tentang praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan
normal sebagian besar tinggi yaitu sebanyak 24 orang (77,4%).
2. Sikap ibu terhadap praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan
persalinan normal sebagian besar tinggi yaitu sebanyak 25 orang (80,6%).
3. Praktik perawatan luka episiotomi postpartum dengan persalinan normal yang
dilakukan ibu secara benar sebanyak 24 orang (77,4%).
4. Ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang perawatan luka
episiotomi dengan persalinan normal terhadap praktik perawatan luka
episiotomi nilai P= 0,049.
5. Ada hubungan bermakna antara sikap terhadap praktik perawatan luka
episiotomi dengan persalinan normal, sesuai hasil uji statistik menunjukkan
nilai P=0,020.
B. SARAN
1. Bagi petugas kesehatan
Perlu dilanjutkan pemberian penyuluhan tentang perawatan luka
episiotomi, dan lebih baik jika penyuluhan yang diberikan dengan
menggunakan metode baru misalnya dengan teknik menggunakan botol
percik.
2. Bagi institusi pendidikan
Perlu adanya praktik modifikasi pada perawatan luka episiotomi
misalnya melakukan kerja sama dengan pihak rumah sakit untuk
perawatan rumah (home care).
3. Bagi ibu postpartum
Bagi ibu atau responden sebaiknya berusaha bertanya dan mencari
informasi yang benar tentang perawatan luka episiotomi sehingga bisa
mendapatkan informasi yang benar, misalnya dengan meminta lembar
prosedur perawatan luka episiotomi untuk perawatan rumah kepada
perawat ruangan atau dengan mencari informasi lewat internet dan masih
banyak lagi cara mencari informasi.
4. Bagi peneliti berikutnya
Peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian eksperimen tentang
praktik perawatan luka episiotomi. Misalnya tentang efektifitas perawatan
luka episiotomi dengan menggunakan salap bethadin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ardhive. Karakeristik Kematian Maternal. http://www.mail.ardhive.com/2003.
Diakses tanggal 15 September 2006.
2. Wikipedia. Episiotomi. http://www.en.wikipedia.com/2005
Diakses tanggal 20 September 2006.
3. Edu. Make Every Mother And Child Count. http://www.ui.edu.com/2005
Diakses tanggal 20 September 2006.
4. Bobak, Lowdermik and Jensen. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4.
Edisi 4. EGC. Jakarta. 2004.
5. Hanafiah. Puerperuim. http://www.hanafiah.com/file/2004
Diakses tanggal 21 september. 2006.
6. Iman. Pasca Bersalin. http://www.tabloid-nakita.com/khasnah/2006
diaskes tanggal 27 septemner 2006.
7. Notoatmodjo, S. Pendidikan Dan Prilaku Kesehatan.Rineka Persada.
Jakarta. 2002.
8. Notoatmidjo, S. Prinsip-prinnsip Dasar Ilmu Kesehatan. Masyarakat. Edisi 3.
Rineka Cipta. Jakarta. 2003.
9. Azwar, Azrul. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi 3.
Bina Rupa Aksara Jakarta. 1996.
10. Notobroto, Hari Basuki. Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Pedesaan
Terhadap Episiotomi. http://www.JIPTUNAIR.com/file/2004.
11. Liewellyn, Jones. D. Dasar-dasar Obstertri Dan Ginekologi. Edisi 6.
Hipokrates. Jakarta. 2001.
12. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obtertri. Jilid 1. EGC. Jakarta. 1998.
13. Black M, Joyce And Jacob Mattasarin Esther. Medical Surgical Nursing:
Clinical Management ForCompany. Philadelphia. 1997.
14. Hamilto, Persis Mary. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Edisi 6.
EGC. Jakarta. 1995
15. Azwar. Saifudin. Sikap manusia: Teori Dan Pelaksanaannya. Edisi Dua.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2002.
16. Hartman. Episiotomi. http://www.kalbe.co.id.com/file/2004.
Diaskes tanggal 25 Nopember 2006.
17. Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta. 1998.
18. Norhayati Asnawi. Hubungan Antara Pengetahuan Perawat Dan
Pelaksanaan Perawatan Lika Episiotomi Pada Persalinan Normal.
PSIK FK UNAIR. 2003.
19. Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta. 1998.
20. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodelogi Penelitian Klinis.
Jakarta: FKUI 1995.
21. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodelogi Penelitian Klinis.
Jakarta: FKUI 1995.
22. Riduwan. Belajar Mudah Penelitian: Untuk Guru Karyawan dan Pemula
Cetakan 1. Alfabeta Bandung. 2005.
23. Subana M. Surajat. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. CV Pustaka.
Bandung. 2001.
24. Sugiono. Statistik Untuk penelitian. Cetakan Ke Empat. CV Alfabeta. 2002.
25. Nursalam. Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmi Keperawatan
Pedolam Skripsi, tesis, Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi Pertama
Salemba Medika. Jakarta. 2003.
26. Pariani S, Nursalam. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan.
CV Info Medika. Jakarta. 2001.
27. Purwanto, N. Psikologi Pendidikan.CV Remaja Rosdakarya
Bandung. 1999.
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU
TERHADAP PERAWATAN LUKA EPISIOTOMI PADA PERSALINAN
NORMAL POSTPARTUM DIRUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM
DR.ABDUL AZIS SINGKAWANG KALIMANTAN BARAT
KUESIONER 1
IDENTITAS RESPONDEN
Petunjuk pengisian:
Isilah pertanyan di bawah ini dengan mengisi titik atau mengisi kotak yang
tersedia dengan jawaban yang dipilih dari pilihan jawaban yang tersedia.
Pertanyaan:
1. Kode responden :
2. Umur :
3. Pendidikan terakhir:
1. SD
2. SLTP
3. SLTA
4. AKADEMI/Perguruan tinggi
4. Pernah mengikuti penyuluhan tentang perawatan luka episiotomi
bekas pengguntingan luka untuk memperlebar jalan lahir setelah
melahirkan:
1. Pernah
2. Tidak pernah
5. Pendapatan keluarga perbulan:
1. Kurang dari Rp. 5.00.000,00 perbulan
2. Antara Rp. 500.000,00 Rp. 1.000.000,00 perbulan
3. Antara Rp. 1,1 juta-1,5 juta
4. Antara Rp. 1,6 juta- 2 juta
5. > 2 juta
6. Persalinan keberapa:
1. Pertama
2. Kedua
3. Ketiga
7. Pengalaman episiotomi yang
1. pertama
2. Kedua
3. ketiga
KUESIONER II
Petunjuk Pengisian:
Isilah kolom disamping kanan pertanyaan dengan menggunakan tanda cek ()
pada:
Kolom B jika pernyataan benar
Kolom S jika pernyataan salah
NO PERNYATAAN B
(BENAR)
S
(SALAH)
1. Episiotomi atau digunting merupakan
suatu tindakan untuk memperlebar jalan
lahir
2. Manfaat episiotomi atau digunting adalah
mencegah robekan
3. Luka jahitan sebaiknya dilakukan
perawatan setelah melahirkan
4. Tujuan perawatan luka jahitan untuk
mencegah terjadinya infeksi
5. Akibat dari tindakan pengguntingan pada
jalan lahir akan terasa nyeri/sakit
6. Cara membersihkan luka jahitan yaitu
dari arah depan ke belakang
7. Membersihkan luka jahitan sebaiknya
dengan air hangat
8. Melakukan perawatan luka jahitan
minimal sekali sehari
9. Sebelum melakukan perawatan luka
jahitan sebaiknya mencuci tangan
terlebih dahulu dengan air bersih
10. Mengganti pembalut atau softek pada ibu
dengan luka jahitan sebaiknya empat kali
sehari
11. Mengganti pembalut atau softek
sebaiknya setiap kali buang air besar
12. Cara menggunakan pembalut adalah dari
bagian depan ke bagian belakang
13. Tujuanya dari pemasangan pembalut
adalah untuk melindungi permukaan
dalam pembalut dari kotoran yang berada
diluar supaya tidak terkena luka jahitan
14. Pemberian bungkusan es pada daerah
luka jahitan adalah untuk mengurangi
pembengkakan
15. Pemberian bungkusan es pada daerah
luka jahitan dari bagian depan ke
belakang setelah dua jam pertama setelah
melahirkan
16. Episiotomi atau digunting pada daerah
jalan lahir adalah tindakan untuk
memperbasar mulut vagina supaya
memudahkan kelahiran bayi
17. Manfaat episiotomi adalah untuk
mencegah rasa sakit
18. Tujuan perawatan luka jahitan adalah
supaya luka bersih
19. Cara membersihkan luka jahitan adalah
dari dubur ke jalan lahir
20. Membersihkan luka jahitan sebaiknya
setelah buang air kecil
21. Membersihkan luka jahitan sebaiknya
setelah buang air besar
22. Untuk membersihkan luka jahitan dapat
menggunakan air dingin
23. Mengganti pembalut atau softek
sebaiknya setiap kali buang air kecil
24. Pemberian bungkusan es pada daaerah
luka jahitan adalah memberikan rasa
nyaman pada ibu
25. Setelah membersihkan luka jahitan
sebaiknya luka di keringkan dengan
handuk halus
KUESIONER III
Petunjuk pengisian:
Isilah kolom disamping kanan pertanyaan dengan menggunakan tanda cek
( ) pada:
Kolom SS apabila ibu sangat setuju dengan pernyataan yang telah tersedia
Kolom S apabila ibu setuju dengan pernyataan yang tersedia
Kolom TS apabila ibu tidak setuju dengan pernyataan yang tersedia
Kolom STS apabila ibu sangat tidak setuju dengan pernyataan yang
tersedia
Pertanyaan
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1. Saya perlu merawat luka
jahitan
2. Perawatan luka jahitan saya
hanya boleh dilakukan perawat
3. Saya harus merawat luka
jahitan untuk mencegah infeksi
4. Saya merawat luka jahitan
setiap kali mandi
5. Saya merawat luka jahitan
setelah buang air kecil
6. Saya tahu tentang perawatan
luka tapi saya tidak mau
melakukannya
7. Saya ingin melakukan
perawatan luka tapi saya tidak
tau caranya merawat luka
jahitan
8. Saya perlu dukungan keluarga
untuk merawat luka
9. Saya akan menjaga kebersihan
diri saya
10. Saya akan menjaga kebersihan
pada luka jahitan
11. Saya akan membersihkan luka
jahitan saya dari arah depan
kebelakang setelah buang air
besar
12. Saya belum pernah
mendapatkan informasi tentang
perawatan luka
13. Saya membersihkan luka
jahitan dengan air hangat
minimal sekali sehari
14. Saya membersihkan luka
jahitan dengan sabun ringan
15. Saya gunakan pembalut dari
bagian depan ke bagian
belakang untuk melindungi
permukaan dalam pembalut
dari kontaminasi
16. Bungkus pembalut yang kotor
saya buang ke tempat sampah
17.
Saya tempatkan bungkus es
pada luka jahitan supaya terasa
nyaman
KUESIONER IV
( Bobak, 2004)
Petunjuk pengisian:
Lembar ini akan diisi oleh peneliti dengan memberi tanda check list pada
praktik yang bisa dilakukan oleh ibu dan tanda silang praktik yang tidak
dapat dilakukan ibu.
Nomor Kode Responden :
Waktu Observasi :
NO PRAKTIK PERAWATAN LUKA YA TIDAK
1. Kemampuan ibu dalam menyiapkan alat untuk
praktik perawatan luka episiotomi:
a. Air hangat
b. Sabun ringan
c. Handuk halus
d. Softek/pembalut
e. Botol percik
f. Tisu atau lap bersih
2. Kemampuan ibu dalam melakukan perawatan luka
episiotomi:
a. Cara membersihkan: membersihkan perineum
dengan sabun ringan dan air hangat, dari simpisis
pubis sampai daerah anus, kemudian luka dikering
kan dengan handuk halus.
b. Cara menggunakan pembalut: mencuci tangan
sebelum mengganti pembalut dengan air bersih.
Menggunakan pembalut dari bagian depan
Kebelakang, setelah itu mencuci tangan.
c. Menggunakan botol percik: mengisi air hangat
sampai sepertiganya, meletakkan mulut botol di
antara kedua tungkainya sehingga percikkan air
dapat mencapai perineum saat duduk di toilet.
Mengeringkan perineum dengan tisu atau handuk
halus.
d. Duduk berendam: duduk berendam di dalam
tempat yang sudah di sediakan dengan air hangat
selama 20 menit, sambil mengencangkan otot
gluteus dan mempertahankannya sejenak,
kemudian merelaksasikannya setelah berendam,
kemudian keringkan dengan handuk halus