Sei sulla pagina 1di 8

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN PERSONAL

SOSIAL, MOTORIK DAN BAHASA ANAK PRASEKOLAH DI PAUD AL-HIDAYAH



Lasiyati Yuswo Yani, Ervin Wurandiati
Prodi D III Kebidanan STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto

ABSTRACT
Child is unique individual and isnt miniature of adult. So, they dont treat like of adult. Beside that,
child want especial care to optimal their development. Parenting style is one of factor that influence child
development, if parenting style given, is not appropriate, so it will inhibit of childs development. Objective
research is knowing corelation of parenting method and social personal, motoric and languange development of
pre school in PAUD AL-HIDAYAH Manyarsari-Gunungsari village, Dawarblandong district, Mojokerto
regency. This design research used analytic method cross sectional approach. Technique of gathering sample
used full method with 23 mother-child couples. Collecting data was done by questionnaire and KPSP and the
result presented in forms cross tabulating. Result of research then there was corelation of parenting style and
social personal, motoric and language development of pre school. It show that category of parenting is
authoritative of 60,9%, permissive 21,7% and authoritarian 17,4%. Social personal, motoric, and language
development is normal of 65,3%, doubted of 30,4%, and late of 4,3%. And the most parenting style is using
authoritative parenting with normal development (52,3%) than parenting another. For that, the parents of
children can understand some parenting then will give to their child so it will form good social personal,
motoric and language development of children.

Keyword: Parenting styles, Social personal, motoric, and languange development, child of pre school age.

PENDAHULUAN
Mengasuh anak adalah sebuah tugas
yang menantang bagi orang tua terutama untuk
orang tua baru. Pengasuhan (parenting)
memerlukan sejumlah kemampuan interpersonal
dan mempunyai tuntutan emosional yang besar,
namun sangat sedikit pendidikan formal mengenai
tugas ini. Kebanyakan orang tua mempelajari
praktik pengasuhan dari orang tua mereka sendiri.
Sebagian praktik tersebut mereka terima, namun
sebagian lagi mereka tinggalkan. Sayangnya, ketika
metode orang tua diteruskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya, praktik yang baik maupun
yang buruk diteruskan (Santrock, 2007). Pola asuh
yang diterapkan orang tua kepada anak-anaknya
berbeda-beda. Diana Baumrind, 1972 (dalam
Desmita, 2007) merekomendasikan tiga tipe
pengasuhan, yaitu otoritatif, otoriter dan permisif.
Meskipun pola pengasuhannya berbeda, orang tua
harus tahu bahwa sikap dan perilaku yang
ditampilkan orang tua tidak terlepas dari perhatian
dan pengamatan anak, karena pada masa
perkembangannya, anak selalu ingin menuruti apa
yang orang tua lakukan atau lebih dikenal dengan
istilah meniru (imitasi) (Djamarah, 2004).
Dalam perkembangan anak terdapat masa
kritis, dimana pada masa tersebut memerlukan
pembinaan tumbuh kembang anak secara
komprehensif dan berkualitas yang dapat
diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi
dan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang anak sehingga perkembangan
kemampuan gerak, bicara dan bahasa, sosialisasi
dan kemandirian pada anak berlangsung optimal
sesuai umur anak. Beberapa gangguan yang sering
ditemukan dalam perkembangan anak antara lain
gangguan bicara dan bahasa, cerebral palsy, down
sindrome, gangguan autisme, retardasi mental,
gangguan pemusatan dan hiperaktif (Depkes RI,
2006).
Di Indonesia jumlah balita sekitar 10%
dari seluruh populasi. Maka sebagai calon generasi
penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di
Indonesia perlu mendapat perhatian serius (Depkes
RI, 2006). Dan data analisa situasi orang tua dan
anak di Dinas Kesehatan Tingkat I Propinsi J awa
Timur 2008 untuk deteksi tumbuh kembang balita
di J awa Timur ditetapkan 80% tetapi cakupan
diperiksa 40-59% dan mengalami perkembangan
tidak optimal sebanyak 0,14% (Dinkes, 2008).
Masalah tumbuh kembang anak masih banyak
ditemui sampai sekarang, situasi dan kondisi yang
tidak kondusif turut menjadi penyebab makin
banyaknya anak yang mengalami gangguan atau
penyimpangan tumbuh kembang. Di Surabaya
masih didapatkan kasus keterlambatan tumbuh
kembang yang salah satunya adalah keterlambatan
berbicara dengan jumlah lebih dari 40% dari kasus
tumbuh kembang yang ada. Kasus ini meningkat
empat kali lipat dibanding empat tahun yang lalu
(Mardiningsih, 2010).
Orang tua memiliki peranan penting
dalam optimalisasi perkembangan seorang anak.
Orang tua harus selalu memberi rangsang atau
stimulasi kepada anak dalam semua aspek
perkembangan baik motorik kasar maupun halus,
bahasa dan personal sosial. Stimulasi harus
diberikan secara rutin dan berkesinambungan
dengan kasih sayang, metode bermain, dan lain-
lain. Sehingga perkembangan anak akan berjalan
optimal, kurangnya stimulasi dari orang tua dapat
menyebabkan keterlambatan perkembangan anak
(Dinkes, 2009). Selain itu, pengaruh pengasuhan
orang tua terhadap anak akan terus berlangsung
tidak hanya pada masa kanak-kanak tetapi
berlangsung terus, pengalaman-pengalaman yang
menakutkan, menggoncangkan seperti trauma,
membahayakan dan sebagainya, akan terus
berdampak pada fase perkembangan berikutnya.
Pengalaman tersebut akan terus dibawa dan
disimpan di alam bawah sadar dan dapat muncul
berupa tingkah laku yang aneh yang seringkali
tidak dimengerti oleh individu yang bersangkutan
(Hidayat, 2009).
J adi, secara langsung ataupun tidak orang
tua melalui tindakannya akan membentuk watak
dan menentukan sikap anak serta tindakannya.
Orang tua dapat memilih pola asuh yang tepat dan
ideal bagi anaknya. Orang tua yang salah
menerapkan pola asuh akan membawa akibat buruk
bagi perkembangan jiwa anak.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah cross
sectional, karena variabel bebas dan variabel terikat
diamati pada saat yang bersamaan. Populasi pada
penelitian ini adalah semua orangtua dan anak pra
sekolah di PAUD AL-HIDAYAH yang berjumlah
23 orang. Instrument yang digunakan pada variable
pola asuh orang tua menggunakan kuisioner yang
telah dirancang. Sedangkan variable perkembangan
social, motorik dan bahasa menggunakan
instrument observasi DDST.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Tabulasi Silang Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Perkembangan Personal social,
motorik dan bahasa Anak Prasekolah di PAUD AL-HIDAYAH
Pola Asuh
Perkembangan personal social, motorik dan
bahasa Total
Penyimpangan Meragukan Sesuai
F % F % F % F %
Permisif 0 0,0 4 18,2 1 4,5 5 22,7
Otoriter 0 0,0 2 9,1 2 9,1 4 18,2
Demokratis 0 0,0 1 4,5 12 54,5 13 59,1
Total 0 0,0 7 31,8 15 68,2 22 100
Sumber : Data Primer 2012
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 22
responden didapatkan presentase terbesar yaitu
59,1% sebagian besar responden menerapkan
pola asuh demokratis, dengan perkembangan
anak yang sesuai yaitu 12 anak (54,6%),
perkembangan yang meragukan 1 anak (4,5%),
dan perkembangan yang menyimpang terdapat 0
anak (0,0%). Sedangkan pola asuh orang tua
yang permisif 22,7% dengan perkembangan
anak yang sesuai terdapat 1 anak (4,5%),
perkembangan anak yang meragukan 4 anak
(18,2%) dan perkembangan anak yang
menyimpang 0 anak (0,0%). Dan pola asuh
orang tua yang otoriter 18,2% dengan
perkembangan anak yang sesuai terdapat 2 anak
(9,1%), perkembangan anak yang meragukan 2
anak (9,1%) dan yang menyimpang 0 anak
(0,0%).



PEMBAHASAN
Pola Asuh
Sebagian besar pola asuh yang
diterapkan orang tua kepada anak di PAUD AL-
HIDAYAH adalah pola asuh demokratis yaitu
dengan jumlah 13 responden (59,1%) dari 22
responden. Perbedaan penerapan pola asuh
tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor
diantaranya: umur orang tua, jumlah anak, dan
tingkat pendidikan orang tua. Sebagian besar
responden berumur 20-25 tahun dan 26-30 tahun
sebanyak 8 responden (34,8%). Menurut Wong
(2001), menyatakan bahwa usia tertentu adalah
baik untuk menjalankan peran pengasuhan.
Apabila terlalu muda atau terlalu tua, mungkin
tidak dapat menjalankan peran tersebut secara
optimal karena diperlukan kekuatan fisik dan
psikososial. Hal ini sesuai dengan penjelasan
diatas yaitu sebagian besar orang tua masih
dapat melakukan pengasuhan yang baik karena
umur yang mereka miliki masih dalam usia yang
dapat dikatakan siap secara fisik maupun
psikosialnya.
Seluruh responden yaitu 23 orang
(100%) rata-rata mempunyai 1-2 anak. J umlah
anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi
pola asuh yang diterapkan orang tua. Semakin
banyak jumlah anak dalam keluarga, maka ada
kecenderungan bahwa orang tua tidak begitu
menerapkan pola pengasuhan secara maksimal
pada anak karena perhatian dan waktunya
terbagi antara anak yang satu dengan anak yang
lainnya (Wong, 2000).
Latar belakang pendidikan orang tua
dapat mempengaruhi pola pikir orang tua
kemudian juga berpengaruh pada aspirasi atau
harapan orang tua kepada anaknya, semakin
tinggi pendidikan orang tua maka dapat
menerima segala informasi dari luar, terutama
tentang cara pengasuhan yang baik (Wong,
2000). Dari pendapat tersebut dapat dikatakan
bahwa semakin tinggi pendidikan orang tua
semakin banyak informasi yang didapat
terutama tentang pengasuhan anak sehingga
orang tua dapat menerapkan pola asuh yang
tepat untuk anaknya.

Perkembangan Personal social, motorik dan
bahasa anak prasekolah
Sebagian besar perkembangan anak
adalah normal atau sesuai yaitu dengan jumlah
15 anak (68,2%), 7 anak (31,8%) dengan
perkembangan meragukan. Perkembangan anak
akan berlangsung secara terus menerus dan
berkesinambungan, terutama pada masa kanak-
kanak. Pada usia ini anak mulai mengalami
perkembangan yang cukup pesat karena anak
diusia ini menunjukkan kemampuan aktivitas
lebih banyak bergerak, mengembangkan rasa
ingin tahu, dan eksplorasi terhadap benda yang
ada di sekelilingnya.
Aspek perkembangan yang dapat
dinilai dalam pemantauan perkembangan
terbagi menjadi 4 bagian yaitu perkembangan
personal social, motorik halus dan kasar serta
bahasa. Perkembangan-perkembangan ini
saling berhubungan satu sama lain, apabila ada
gangguan perkembangan pada salah satu aspek
perkembangan maka dapat mempengaruhi
aspek perkembangan lainnya. Untuk itu,
pemantauan perkembangan perlu dilakukan
sejak dini agar dapat segera mengenali
gangguan perkembangan anak sehingga
perkembangan kemampuan gerak, bicara dan
bahasa, sosialisasi dan kemandirian pada anak
berlangsung optimal sesuai umur anak
(Susanto, 2011). Selain itu, adapun factor-
faktor yang mempengaruhi perkembangan anak
yaitu faktor internal dan faktor eksternal, factor
internal meliputi genetic dan pengaruh
hormone sedangkan factor eksternal meliputi
lingkungan (Nursalam, 2005). Orang tua
termasuk dalam factor lingkungan, yaitu
lingkungan keluarga karena disinilah orang tua
melakukan interaksi pertama kali dengan anak
untuk mengembangkan kemampuan anak
sesuai dengan usia perkembangannya.
Stimulasi harus diberikan secara rutin dan
berkesinambungan dengan kasih sayang,
metode bermain, dan lain-lain. Sehingga
perkembangan anak akan berjalan optimal,
kurangnya stimulasi dari orang tua dapat
menyebabkan keterlambatan perkembangan
anak.


Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan
Perkembangan Personal social, motorik dan
bahasa anak prasekolah
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 22
responden didapatkan presentase terbesar yaitu
59,1% sebagian besar responden menerapkan
pola asuh demokratis, 22,7% dengan pola asuh
permisif, dan 18,2% dengan pola asuh otoriter.
Dan perkembangan anak yang sesuai sebanyak
15 responden 68,2%, perkembangan yang
meragukan 7 responden (31,8%).
Pada dasarnya pola asuh orang tua
terhadap anak adalah mempertahankan
kehidupan fisik anak dan meningkatkan
kesehatannya, memfasilitasi anak untuk
mengembangkan kemampuan sejalan dengan
tahapan perkembangannya dan mendorong
peningkatan kemampuan berperilaku sesuai
dengan nilai agama dan budaya yang
diyakininya (Supartini : 2004). Djamarah (2004)
mengatakan bahwa pola asuh orang tua dapat
mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Karena
anak telah belajar banyak hal dari sikap dan
perilaku yang didemonstrasikan oleh orang
tuanya. Efek negative dari sikap dan perilaku
orang tua dapat berdampak pada anak. Semua
sikap dan perilaku anak yang telah dipolesi
dengan sifat-sifat tersebut diatas diakui
dipengaruhi oleh pola pendidikan dalam
keluarga dengan kata lain, pola asuh orang tua
mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
Dari hasil analisa diatas menggunakan
tabulasi silang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara pola asuh orang tua dengan
perkembangan personal social, motorik dan
bahasa anak prasekolah. Hal ini diketahui dari
kategori pola asuh demokratis yang paling
dominan dengan perkembangan anak yang
sesuai yaitu 12 anak (54,6%), perkembangan
yang meragukan 1 anak (4,5%). Pola asuh
demokratis merupakan salah satu gaya
pengasuhan yang memperlihatkan pengawasan
ekstra ketat terhadap tingkah laku anak-anak,
tetapi mereka juga bersifat responsive,
menghormati dan menghargai pemikiran,
perasaan serta mengikutsertakan anak dalam
pengambilan keputusan. Anak-anak prasekolah
dari orang tua yang demokratis cenderung lebih
percaya pada diri sendiri, pengawasan diri
sendiri, mampu bergaul dengan baik dengan
teman-teman sebayanya, kemandirian, sukses
dalam belajar dan bertanggungjawab secara
social (Santrock, 2009). J adi dapat dikatakan
bahwa pola asuh demokratis adalah pola asuh
yang efektif, karena orang tua demokratis
menerapkan kesimbangan antara pengawasan
dengan kebebasan terhadap tingkah laku anak
sehingga anak merasa diberikan kesempatan
untuk mengutarakan pendapat mereka.
Meskipun kenyataannya, dalam pola asuh
demokratis masih ada anak yang mengalami
perkembangan meragukan, kemungkinan
dipengaruhi oleh factor lain seperti pengalaman
orang tua sebelumnya, karena orang tua yang
telah mempunyai pengalaman sebelumnya
dalam merawat anak akan lebih siap
menjalankan peran pengasuhan dan lebih relaks
(Supartini, 2004).
Sedangkan pola asuh orang tua yang
permisif dengan perkembangan anak yang sesuai
terdapat 1 anak (4,5%), perkembangan anak
yang meragukan 4 anak (18,2%). Pada pola
asuh ini, dibedakan menjadi dua tipe
pengasuhan, yaitu memanjakan dan
mengabaikan, orang tua yang memanjakan ini
sangat terlibat dalam kehidupan anak, tetapi
menetapkan sedikit batas atau kendali atas
mereka atau cenderung membiarkan anak-anak
mereka melakukan apa saja yang mereka
inginkan, dan akibatnya anak-anak tidak pernah
belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri
dan selalu mengharapkan agar semua
kemauannya dituruti. Orang tua dengan pola
asuh ini tidak mempertimbangkan
perkembangan diri anak secara menyeluruh.
Sebaliknya, pola asuh yang mengabaikan, orang
tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak.
Anak-anak dari orang tua yang mengabaikan
sering kali berperilaku dalam cara yang kurang
cakap secara social. Mereka cenderung memiliki
pengendalian diri yang buruk, tidak memiliki
kemandirian yang baik, dan tidak termotivasi
untuk berprestasi (Santrock, 2009). Dari
kenyataan diatas, dapat dikatakan bahwa terlalu
memanjakan anak atau terlalu membiarkan anak
itu kurang baik bagi perkembangan anak
nantinya, karena anak akan merasa tidak pernah
ada pengawasan atau dukungan disetiap tugas
perkembangannya, dan anak masih belum bisa
membedakan hal yang baik atau buruk untuk
dilakukan, sehingga anak melakukan apa saja
yang mereka ingin lakukan.
Pola asuh orang tua yang otoriter
dengan perkembangan anak yang sesuai terdapat
2 anak (9,1%), perkembangan anak yang
meragukan 2 anak (9,1%) dan yang
menyimpang 0 anak (0,0%). Pola asuh otoriter
yaitu suatu gaya pengasuhan yang membatasi
dan menetapkan anak untuk mengikuti perintah-
perintah orang tua, menetapkan batas-batas yang
tegas dan tidak memberi peluang yang besar
bagi anak-anak untuk mengemukakan pendapat,
cenderung bersikap sewenang-wenang dan tidak
demokratis dalam membuat keputusan,
memaksakan peran-peran atau pandangan-
pandangan kepada anak atas dasar kemampuan
dan kekuasaan sendiri, serta kurang menghargai
pemikiran dan perasaan mereka. Meskipun
demikian, para peneliti menemukan bahwa pada
beberapa kelompok etnis, aspek-aspek gaya
pengasuhan otoriter diasosiasikan dengan hasil
yang lebih positif bila dibandingkan dengan apa
yang diprediksikan oleh Baumrind. Elemen-
elemen gaya pengasuhan otoriter mungkin
memiliki arti yang berbeda dan mempunyai
pengaruh yang berbeda tergantung pada
konteksnya (Santrock, 2009). Hal tersebut
terbukti dengan adanya hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa pola asuh otoriter juga ada
yang berdampak positif dengan adanya
perkembangan anak yang sesuai dan ada yang
berdampak negative dengan adanya
perkembangan anak yang meragukan.
J adi, dari perbedaan penerapan pola
asuh diatas dapat dikatakan bahwa tidak semua
orang tua nyaman menerapkan pola asuh yang
dianggap baik oleh orang lain, karena setiap
orang mempunyai pandangan yang berbeda-
beda dalam mengasuh anaknya. Meskipun
demikian, orang tua juga harus mampu memilah
dan memilih pola asuh yang tepat untuk anak
dalam situasi dan kondisi apapun. Orang tua
harus selalu sabar dalam mendidik dan
mengasuh anak sehingga anak merasa
mendapatkan dukungan dalam melakukan setiap
tugas perkembangannya. Orang tua yang salah
menerapkan pola asuh akan membawa akibat
buruk bagi perkembangan jiwa anak.

KESIMPULAN
1. Pola asuh paling dominan yang diterapkan
orang tua kepada anak prasekolah di PAUD
AL-HIDAYAH adalah pola asuh
demokratis yaitu 60,9%.
2. Sebagian besar perkembangan personal
social, motorik dan bahasa anak prasekolah
di PAUD AL-HIDAYAH adalah normal
atau sesuai yaitu 65,3%.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pola asuh orang tua
dengan perkembangan personal social,
motorik dan bahasa anak prasekolah di
PAUD AL-HIDAYAH.
4. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tidak
ada pola asuh yang paling baik diantara
ketiga pola asuh tersebut karena orang tua
menerapkan pola asuh yang otoriter,
demokratis ataupun permisif, sesuai dengan
situasi dan kondisi.

SARAN
Perlu diadakan penyuluhan tentang pola
asuh orang tua terhadap anak, sehingga dapat
meningkatkan kualitas terkembangan social,
motorik dan bahasa pada anak prasekolah

DAFTAR PUSTAKA
Agus, DS. 2009. Tips jitu mendongeng..
Yogyakarta: Kanisius (Anggota
IKAPI)
Depkes RI. 2006. Instrumen Deteksi Dini
Penyimpangan Perkembangan pada
Balita dan Anak Prasekolah.
Dinkes. 2008. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Timur.
Dinkes. 2009. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Timur.
Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Djamarah, S.B. 2004. Pola Komunikasi Orang
tua & Anak dalam Keluarga. J akarta:
Rineka Cipta
Drew, E.C. 1999. How to Handle a Hard-to-
Handle Kid: Parents guide to
understanding and changing problem
behaviors. Minneapolis: Free Spirit
Gunarsah, S. 2008. Psikologi Praktis: anak,
remaja dan keluarga. J akarta: Gunung
Mulia
Gunarsah, S. 2010. Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung
Mulia
Gunarsah, S. 2010. Bunga Rampai Psikologi
Perkembangan dari Anak sampai
Lanjut usia. Jakarta: Gunung Mulia
Hidayat, AA. 2008. Riset Keperawatan dan
Teknik Penelitian Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika
Hidayat AA. 2009. Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. J akarta: Salemba Medika
Hidayat, AA. 2010. Metode Penelitian
Kebidanan & Teknik Analisa Data.
J akarta: Salemba Medika
Hidayat, AA. 2010. Metode Penelitian
Kesehatan: Paradigma Kuantitatif.
Surabaya: Health Books Publishing
Hidayat, D.R. 2009. Pengantar Psikologi untuk
Tenaga Kesehatan, ILMU PERILAKU
MANUSIA. J akarta: CV. Trans Info
Media
Mardalis. 2009. Metode Penelitian Suatu
Pendekatan Proposal. J akarta: Bumi
Aksara
Martono, N. 2010. Metode Penelitian
Kuantitatif, Analisis Isi dan Analisis
Data Sekunder. J akarta: Rajawali Pers
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi
dan Anak (untuk perawat dan bidan).
J akarta: Salemba Medika
Patmonodewo, S. 2008. Pendidikan Anak
Prasekolah. J akarta: Rineka Cipta
Santrock, J.W. 2007. Perkembangan Anak, edisi
11, jilid 2. J akarta: Erlangga
Santrock, J.W. 2009. Psikologi Pendidikan,
Educational Phychology, edisi 3.
J akarta: Salemba Humanika
Setiawan, A & Saryono. 2010. Metodologi
Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1,
dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika.
Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar
Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
Surbakti. 2009. Kenalilah Anak Remaja Anda.
J akarta: PT Elex Media Komputindo
Susanto, A. 2011. Perkembangan Anak Usia
Dini, Pengantar dalam berbagai
aspeknya. J akarta: Kencana Prenada
Media Group
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, FIP-UPI.
2007. Ilmu & aplikasi pendidikan,
bagian 4, pendidikan lintas bidang.
PT. IMTIMA
Utami, R.A. 2001. Jangan Biarkan Anak Kita
Berperilaku Menyimpang. TIGA
SERANGKAI
Wahyuning, W, dkk. 2003. Mengkomunikasikan
Moral Kepada Anak. J akarta: PT Elex
Media Komputindo
Wong, D.L, dkk. 2001. Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik, edisi 6. J akarta: EGC
Yusuf, S. 2010. Psikologi Perkembangan Anak
& Remaja. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya

Potrebbero piacerti anche