Sei sulla pagina 1di 7

Pengaruh Inokulasi Ganda Cendawan .

(Sri Widadi) 33
PENGARUH INOKULASI GANDA CENDAWAN
AKAR GADA Plasmodiophora brassicae DAN
NEMATODA PURU AKAR Meloidogyne spp.
TERHADAP PERTUMBUHAN KAILAN
(Brassica oleraceae var.acephala).

The Effect of Double Inoculation of Clubroot Plasmodiophora
brassicae and Knot Nematode Meloidogyne spp. on the Growth of
Kailan

Sri Widadi
1



ABSTRACT

eloidogyne spp. known as endoparasitic cause root knot nematode on
cruciferae. Most of Meloidogyne spp can make plant predespotition by
the attack of patogen, especially fungus and bacteria. On the field
cruciferae Tawangmangu, is attacked by clubroot patogen (P. brassicae) and reported
that Meloidogyne spp. population was highly enough. The aim of the research were to
examine the effect of double inoculation of clubroot P. brassicae and root knot
nematode Meloidogyne spp to disease serverity and growth of kailan.
This research used Completely Randomized Design with 3 replication. This
research was conducted in pest and disease laboratory Faculty of Agriculture Sebelas
Maret University for 6 month.
The result of the research showed that the attack interaction between
Meloidogyne spp and P. brassicae on initial density of inoculum level of 250
larva/plant and 10
3
spore/grams of soil could decrease the root growth. Number of
gall equivalent with disease severity level, where the attack interaction between
inoculation of 500 larva Meloidogyne spp/plant and 10
6
spore of P. brassicae per
gram of soil could provide the highest number of gall and disease severity level. The
attack interaction between Meloidogyne spp on initial density inoculum level of 250
larva/plant and P. brassicae start at 10
3
spore/grams of soil could increase disease
severity so that suppressed plant growth.

Key words : double inoculation, clubroot, P. brassicae, Meloidogyne spp., Kailan.





1
Staf pengajar Fakultas Pertanian UNS.
M

34 Agrosains Volume 5 No 1, 2003

PENDAHULUAN

Kubis-kubisan (cruciferae)
merupakan salah satu jenis sayuran
utama di dataran tinggi bahkan
sayuran penting di Indonesia,
disamping kentang dan tomat. Kailan
adalah salah satu jenis sayuran daun
yang termasuk keluarga kubis-kubisan.
Kailan merupakan sayuran yang relatif
baru. Keunggulan kailan dibandingkan
caisin adalah daunnya lebih tebal,
rasanya enak dan legit. Batangnya
hijau dan rasanya agak manis dan
empuk (Paryono et al.,1995).
Setiawan (1994) juga
menyatakan hal serupa, yakni
kenyataan yang menunjukkan bahwa
tanaman sayuran merupakan produk
pertanian yang dikonsumsi setiap saat,
sehingga mempunyai arti nilai
komersial yang cukup tinggi. Namun
demikian, masih banyak kendala untuk
memenuhi permintaan itu, baik dalam
segi kualitas maupun kuantitas.
Diantara kendala untuk menghasilkan
kubis-kubisan yang memenuhi kualitas
dan kuantitas adalah adanya serangan
hama dan penyakit tanaman.
Tanaman sayuran termasuk
kailan memiliki resiko tinggi terhadap
serangan hama dan penyebab penyakit.
Di Indonesia, kerusakan tanaman
sayuran oleh hama dan penyebab
penyakit merupakan penyebab
kerugian hasil yang lebih besar
dibandingkan dengan kerusakan yang
sama pada tanaman pangan
(Sastromarsono et al, 1982). Hama
tanaman sayuran umumnya merupakan
kelompok pengganggu yang merusak
langsung pada bagian tanaman yang
memiliki nilai ekonomi (direct pest).
Penyakit akar gada merupakan
penyakit penting diantara penyakit -
penyakit lain yang menyerang tanaman
kubis-kubisan. Akar gada tidak hanya
menyerang kubis-kubisan di Indonesia
saja, tetapi juga di berbagai negara. Di
luar negeri seperti di Jerman, Inggris,
Amerika Serikat, Asia dan Afrika,
kerusakan tanaman kubis-kubisan oleh
patogen akar gada dapat mencapai 50
100 persen. Kerugian di Indonesia
ditaksir mencapai 2,8 milyar rupiah
setiap musimnya (Djatnika, 1993).
Menurut Suhardi et al., (1976),
penyakit akar gada (clubroot) baru
diketahui pertama kali di Indonesia
pada tahun 1975 dan terbatas di sekitar
Lembang, Bandung. Namun menurut
laporan selanjutnya, penyakit ini telah
meluas ke seluruh Jawa Barat pada
tahun 1979 (Semangun, 1989).
Selanjutnya penyakit ini dilaporkan
telah terdapat di Sumatera Utara pada
tahun 1984 (Djatnika, 1984).
Penyakit akar gada disebabkan
oleh jamur Plasmodiophora brassicae
Wor..Walaupun belum menyebar ke
seluruh sentra produksi, perhatian dini
perlu dilaksanakan karena patogen
bersifat persisten dalam tanah
(Djatnika, 1984).
Meloidogyne spp dikenal sebagai
endoparasitik penyebab penyakit puru
akar pada kubis-kubisan. Nematoda ini
memiliki kisaran inang yang luas
mencakup tanaman pertanian bernilai
ekonomis dan tumbuhan pengganggu
(gulma). Meloidogyne spp sangat
persisten di dalam tanah mampu
bertahan hidup pada Ph tanah 4 8
dan kelembaban tanah 0 100 %.
Tekstur tanah yang optimal bagi
perkembangan populasi Meloidogyne
spp ialah lempung berpasir, namun
tetap infektif pada tanah liat maupun

Pengaruh Inokulasi Ganda Cendawan . (Sri Widadi) 35
tanah berpasir (Prot dan van Gundy,
1981 b dalam Marwoto dan Purbadi,
1999).
Nematoda parasit tanaman
memiliki sifat pembiakan dan
pergerakan yang kecepatannya relatif
lambat (Oostenbrink, 1966). Oleh
karena hal tersebut maka intensitas
serangan nematoda, yang berarti juga
kerugian hasil tanaman ditentukan oleh
densitas populasi nematoda di dalam
tanah pada waktu tanam atau yang
biasa disebut densitas populasi awal
(Hadisoeganda, 1995).
Menurut Dropkin (1996) infeksi
oleh Meloidogyne spp menyebabkan
tanaman lebih rentan terhadap infeksi
oleh jamur patogen. Oleh karena
kandungan eksudat puru akar dirubah
dan jumlahnya meningkat, maka jamur
pada stadium istirahat yang terjangkau
oleh akar tersebut berubah menjadi
aktif.
Menurut Norton (1978), sel yang
membengkak (giant cell) pada jaringan
akar tanaman yang disebabkan oleh
adanya parasitisme oleh Meloidogyne
spp umumnya mempredisposisi
tanaman oleh serangan patogen
menular khususnya oleh cendawan dan
bakteri.
Menurut Supriyadi et al., (1997),
pada areal pertanaman kubis yang
serangan penyakit akar gadanya parah,
dijumpai populasi nematoda yang
cukup tinggi.
Dari kenyataan tersebut,
penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengkaji interaksi inokulasi
ganda cendawan akar gada dan
nematoda puru akar terhadap
keparahan penyakit dan pertumbuhan
kailan.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di
Laboratorium Hama dan Penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian UNS
dan di Laboratorium Rumah Kaca
Fakultas Pertanian UNS. Penelitian
dilaksanakan mulai bulan Juli sampai
November 2000.
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi : benih kailan
varietas full white, isolat P. brassicae,
isolat Meloidogyne spp, alkohol,
pupuk kandang, tanah dan pupuk
buatan (ZA,TSP, KCL).
Percobaan disusun menurut
rancangan acak lengkap dengan 3
ulangan. Perlakuan terdiri atas 2
faktor. Faktor pertama (P) adalah
inokulasi P. brassicae dengan tiga
taraf kerapatan inokulum yaitu P
0
:
tanpa inokulasi; P
1
: inokulasi 10
3

spora/gram tanah; P
2
: inokulasi 10
6

spora/gram tanah. Faktor kedua (M)
adalah inokulasi Meloidogyne spp
dengan tiga taraf kerapatan inokulum,
yaitu M
0
: tanpa inokulasi; M
1
:
inokulasi 250 larva/tanaman; M
2
:
inokulasi 500 larva/tanaman.
Isolat P. brassicae diperoleh dari
lapangan dari lahan kobis yang
terserang cendawan akar gada.
Tanaman kobis yang bergejala berat
dibersihkan kemudian dipotong-
potong dengan panjang 1 cm dan
dikumpulkan untuk perlakuan.
Inokulum Meloidogyne spp
diperoleh dari perbanyakan masal yang
dilakukan dengan menggunakan
tanaman tomat yang diinokulasikan
dengan nematoda. Massa telur
nematoda dikumpulkan dari puru akar
tomat yang masih muda untuk
perlakuan.
Peubah yang diamati adalah

36 Agrosains Volume 5 No 1, 2003
keparahan penyakit, barat akar lateral,
jumlah puru, populasi akhir nematoda,
tinggi tanaman, jumlah daun, berat
kering brangkasan dan prosentase
penurunan pertumbuhan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Inokulsi dengan P brassicae dan
Meloidogyne spp berpengaruh sangat
nyata dan ada interaksi antara faktor
inokulasi P. brassicae dan inokulasi
Meloidogyne spp terhadap keparahan
penyakit akar gada, jumlah puru apad
akar dan tinggi tanaman (Tabel 1).


Tabel 1. Sidik Ragam Pengaruh Inokulasi Ganda P. brassicae dan Meloidogyne spp.
Pada Keparahan Penyakit dan Pertumbuhan Tanaman

Sumber
Ragam
Keparahan
Penyakit
Berat
Akar
Lateral
Jumlah
Puru
Populasi
Akhir
Nematoda
Tinggi
Tanaman
Jumlah
Daun
Berat kering
Brangkasan
Prosentase
penurunan
pertumbuhan
P * * ns * * ns * * * ns ns
M * * ns * * * * ns * * * ns
P x M * * ns * * ns * * ns ns ns

Keterangan : ns = tidak nyata pada taraf 5 %; * = nyata * * = sangat nyata
P = Inokulasi P. brassicae; M = Inokulasi Meloidogyne spp.


Efek penyakit yang ditimbulkan
oleh Meloidogyne spp lebih besar jika
serangannya diikuti oleh P. brassicae
dibanding apabila Meloidogyne spp
menyerang sendiri.
Meloidogyne spp mampu
menimbulkan efek predisposisi atau
pematahan ketahanan tanaman. Dalam
hal
ini luka mekanis pada akar yang
terserang nematoda memudahkan
patogen lain masuk sehingga
kerusakan lebih besar.
Perlakuan tanpa inokulasi
Meloidogyne spp dan P. brassicae
berpengaruh nyata dengan perlakuan
dengan inokulasi Meloidogyne spp dan
P. brassicae (Tabel 2).

Tabel 2. Rata-rata Keparahan Penyakit Interaksi Antara Perlakuan P. brassicae dan
Meloidogyne spp.

Meloidogyne spp (larva/tanaman) Kerapatan Inokulum
P. brassicae (spora/gram tanah)
0 250 500
0 0,000 c 11,111 a 12,346 b
10
3
4,938 b 12,346 a 14,815 a b
10
6
9,876 a 11,111 a 18,518 a
Keterangan : Angka pada kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama
tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf
5 persen.

Pengaruh Inokulasi Ganda Cendawan . (Sri Widadi) 37


Interaksi serangan antara
Meloidogyne spp dan P. brassicae
mengakibatkan jumlah puru yang
terbentuk pada tanaman lebih banyak
(Tabel 3). Hal ini terjadi karena
adanya Meloidogyne spp kecuali
secara langsung menimbulkan puru
akar juga dapat mengeluarkan stimulan
yang dapat mengaktifkan P. brassicae.



Tabel 3. Rata-rata Jumlah Puru Interaksi Antara Perlakuan P. brassicae dan
Meloidogyne spp.

Meloidogyne spp (larva/tanaman) Kerapatan Inokulum
P. brassicae (spora/gram tanah)
0 250 500
0 0,000 b 6,778 a 8,667 b
10
3
7,333 a 8,333 a 9,555 b
10
6
7,111 a 6,889 a 13,000 a
Keterangan : Angka pada kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama
tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5
persen.


Interaksi serangan antara
Meloidogyne spp dan P. brassicae
menyebabkan penurunan pada tinggi
tanaman (Tabel 4). Hal ini terjadi
karena interaksi antara Meloidogyne
spp dan P. brrassicae mengakibatkan
keparahan penyakit bertambah.
Terjadinya penurunan tinggi tanaman
karena mobilisasi hasil fotosintesis
dari tajuk ke akar terganggu.
Akar yang terinfeksi walaupun
mengalami pertumbuhan baru namun
lambat sehingga pengangkutan air dari
akar ke daun juga terganggu.
Energi yang dibutuhkan tanaman
untuk pertumbuhan akar baru akan
lebih banyak dibanding untuk
pertumbuhan keatas, akibatnya terjadi
penurunan tinggi tanaman.

Tabel 4. Rata-rata Tinggi Tanaman Antara Perlakuan P. brassicae dan Meloidogyne
spp.

Meloidogyne spp (larva/tanaman) Kerapatan Inokulum
P. brassicae (spora/gram tanah) 0 250 500
0 28,633 a 24,423 b 25,157 ab
10
3
24,113 b 25,577 ab 24, 190 b
10
6
24,786 ab 24,433 b 24,577 b
Keterangan : Angka pada kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 persen.

38 Agrosains Volume 5 No 1, 2003
KESIMPULAN

Interaksi serangan antara
Meloidogyne spp yang dimulai pada
tingkat kerapatan inokulum 250
larva/tanaman dan P. brassicae yang
dimulai pada tingkat kerapatan
inokulum 10
3
spora/gram tanah
mampu memperparah serangan
penyakit pada tanaman kailan sehingga
pertumbuhan tanaman kailan
terhambat. Sehingga pada pertanaman
kailan kecuali P. brassicae perlu
mendapat perhatian keberadaan
nematoda Meloidogyne spp.





DAFTAR PUSTAKA


Agrios, G N. 1996. Plant Pathology.
3rd. ed. New York : Academic
Press. 713 p.

Alexopoulus, C.J. and C.W Mims,
1979. Introductory Mycology.
John Wiley and Sons. New
York. 611 hal.

Dropkin, V. H. 1996. Pengantar
Nematologi Tumbuhan. Gajah
Mada University Press.
Yogyakarta. 366 hal.

Djatnika, 1., 1984. Upaya
Penanggulangan Plasmodio-
phora brassicae Wor. Pada
Tanaman Kubis-kubisan.
Seminar Hama dan Penyakit
Sayuran Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Pp :
30-31.

Luc, M., R.A. Sikora and J. Bridge.,
1990. Nematoda Parasitik
Tumbuhan di Pertanian
Subtropik dan Tropik. Alih
Bahasa Supratoyo. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
313 hal.



Marwoto, B., dan Purbadi., 1999.
Identifikasi dan Analisis
Populasi Nematoda Parasitik di
Sentra Produksi Mawar Jawa
Barat dan Jawa Tengah. Jurnal
Hort. 8 (4): 1270 1277.

Permadi, A.H. , 1993. Mengenal
Sejarah, Penyebaran dan
Produksi Kubis dalam Permadi ,
A.H. dan Sastrosiswoyo (eds.)
Kubis (edisi pertama). Badan
Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Balai Penelitian
Hortikultura. Lembang. Pp : 1
11.

Rubatzky, V.E. and M. Yamaguchi.
1997. World Vegetables
Principles Production and
Nutritive Value. Chapman and
Hall. New York. 843 p.

Semangun, H., 1989. Penyakit-
penyakit Tanaman Hortikultura
di Indonesia. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
849 hal.




Pengaruh Inokulasi Ganda Cendawan . (Sri Widadi) 39
Suhardi., 1980. Penyakit Akar Pekuk
(P. brassicae Wor.) pada
Tanaman Crucifera : Cara
Penyebaran, Penafsiran Berat
Serangan dan Pengendaliannya.
Sub-Balai Penelitian Horti-
kultura. Lembang. Bandung. Pp :
7 12.

Supriyadi dan Supyani. 1997. Insiden
Penyakit Akar Gada
Plasmodiosphora brassicae. Pada
Tanaman Kubis-kubisan di
Tawangmangu, Karanganyar.
Laporan Penelitian Fak.
Pertanian UNS. Surakarta. 5
30 hal. (tidak dipublikasikan).




























Suryaningsih, Euis. 1981. Penyakit
Akar Pekuk (P. brassicae). :
Penyebaran dan Cara
Pemberantasan. Konggres Nas.
VI PFI, Bukittinggi, Mei. 35
43 hal.

Potrebbero piacerti anche