Sei sulla pagina 1di 12

Pengaruh Locus of Control, Orientasi Tujuan Pembelajaran dan Lingkungan Kerja terhadap Self-Efficacy dan Transfer Pelatihan Peningkatan

Kompetensi Guru Madrasah Aliyah (MA) se-Karesidenan Semarang


Khairul Saleh Dosen Agama Islam Politeknik Negeri Semarang Abstract. This study aims to examine the effect of locus of control, goaloriented learning and working environment on self-efficacy and transfer of training. Object of this study were participants in workplace education and training (DDTK) improving teacher competence of Madrasah Aliyah (MA) of the residency of Semarang in 2010. The number of population as well as a sample of 110 respondents. The data analysis technique used is Structural Equation Model (SEM) with AMOS 16.0 software. The study concluded that (1) Locus of control, goal-oriented learning and working environment influences self-efficacy by 93%, rest influenced by other factors outside of the study; (2) Self-efficacy influences the transfer of training by 41%, rest influenced by other factors outside of the study; (3) Locus of control, selfefficacy and work environment influences the transfer of training at 99%, rest influenced by other factors outside of the study. Thus, the training undertaken DDTK Semarang Religious training cooperate with the leaders in some of the MAN a residency of Semarang in 2010 quite successfully and provide tangible results are applied in the teaching task in which they serve. Key-words: locus of control, learning goal orientation, work environment, selfefficacy, training transfer, teachers competence development

PENDAHULUAN
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sebagian tanggung jawab untuk mewujudkan cita-cita tersebut terletak pada peran pendidikan Islam. Secara ideal, pendidikan Islam di Indonesia berusaha mengantarkan keseimbangan pribadi secara menyeluruh (insan kamil). Dengan format tersebut, maka tanggung jawab dan beban pendidikan Islam jauh lebih berat dari pendidikan pada umumnya. Pendikan Islam harus melahirkan dari rahimnya manusia yang beriman dan berpengetahuan dengan senantiasa memodifikasikan diri agar aspiratif dengan permasalahan zaman dan kemajuan ilmu dan teknologi. Realitas pendidikan Islam di Indonesia saat ini masih jauh dari ideal tersebut di atas. Dari berbagai aspek permasalahan yang dialami dan dihadapi pendidikan Islam tersebut, jika diverifikasi maka persoalan kualitas guru akan menempati posisi yang paling urgen dan esensial. Mengingat peran guru yang demikian sentral dan strategis, maka manaje-

Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 12 No. 1, April 2012

21

men personalia harus berorientasi pada pendayagunaan tenaga guru secara efektif dan efisien, namun dengan tetap dalam kondisi yang menyenangkan (Qomar, 2007: 130). Guru yang profesional tentu memiliki keahlian sesuai dengan tanggung jawabnya sebagi pendidik. Untuk memiliki guru yang profesional dapat ditempuh dengan dua alternatif yaitu: Pertama, dengan merekrut guru-guru pilihan yang benar-benar profesional. Kedua, dengan membina dan mengembangkan guru yang ada dengan mengadakan pelatihan-pelatihan secara intensif dan menumbuhkan keteladanan dalam organisasi menuju profesionalisme guru. Untuk upaya yang kedua ini telah dilaksanakan program-program diklat peningkatan kompetensi guru. Melalui lembaga kediklatan kementerian Agama, sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap pembekalan dan peningkatan kompetensi pegawai di lingkungan Kementrian Agama, program ini diharapkan benar-benar memberikan pengaruh yang signifikan bagi peningkatan kompetensi guru. Hasil survey pendahuluan di kantor diklat Keagamaan Semarang, menunjukkan bahwa selama tahun 2010 tercatat ada 2.562 guru madrasah yang telah selesai mengikuti program diklat peningkatan kompetensi guru. Dari jumlah tersebut terdiri dari 1.163 peserta dari guru Roudlatul Athfal (RA) dan Madrasah Ibtidaiyyah (MI), 903 peserta dari guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan 498 peserta dari guru Madrasah Aliyah (MA). Sedangkan untuk wilayah se-Karesidenan Semarang guru yang telah mengikuti diklat peningkatan kompetensi guru sebanyak 339 orang; 154 dari guru Roudlatul Athfal (RA) dan Madrasah Ibtidaiyyah (MI), 68 peserta dari guru Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan 110 peserta dari guru Madrasah Aliyah (MA). Penelitian ini memfokuskan pada diklat Di Tempat Kerja (DDTK) Madrasah Aliyah (MA) se-Karesidenan Semarang. Tujuan penelitian ini untuk menjawab pertanyaan: Apakah locus of control, orientasi tujuan pembelajaran, dan lingkungan kerja peserta diklat berpengaruh terhadap self-efficacy peserta dan selanjutnya berpengaruh pada transfer pelatihan (penerapan hasil diklat) di tempat kerja mereka dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya sebagai guru Madrasah Aliyah (MA)? Penelitian ini menidaklanjuti penelitian-penelitian sejenis sebelumnya Davis, et al, dalam judul penelitian:, Suhartono dan Raharso (2004: 101) dalam judul, Transfer Pelatihan: Faktor Apa yang Mempengaruhinya? penelitian Baldwin & Ford (1988), Kustini (2004).

TELAAH PUSTAKA
Transfer Pelatihan Pelatihan adalah sebuah perencanaan proses untuk membentuk sikap, pengetahuan, atau keahlian di dalam sebuah aktivitas atau dari serangkaian aktivitas (Amstrong 1991: 607). Pelatihan sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan kinerja saat ini dan kinerja di masa mendatang Rivai (2010: 211). Henry Simamora dalam Sulistyani dan Rasidah (2009: 220) membedakan antara pelatihan dan pengembangan dengan menjelaskan bahwa pelatihan (training) diarahkan untuk membantu karyawan menunaikan kepegawaian mereka saat ini secara lebih baik; sedangkan pengembangan (development) adalah mewakili suatu investasi yang berorientasi ke masa depan dalam diri pegawai. Menurut Simamora (2009: 220) pelatihan bertujuan untuk: memperbaiki kinerja, mengurangi waktu belajar bagi pegawai baru supaya menjadi kompeten dalam pekerjaan, membantu memecahkan permasalahan operasional, mempersiapkan karyawan, untuk promosi, dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan pribadi. Sedangkan transfer pelatihan merupakan suatu tingkat dimana para peserta pelatihan dengan efektif dapat menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dihasilkan dalam pelatihan berhubungan dengan suatu tugas (Simamora, 1997: 98). 22 Pengaruh Locus of Control, Orientasi Tujuan Pembelajaran dan Lingkungan Kerja terhadap Self-Efficacy dan Transfer Pelatihan Peningkatan Kompetensi guru Madrasah Aliyah (MA) se-Karesidenan Semarang (Khairul Saleh)

Pola transfer pelatihan yang dibangun Baldwin dan Ford tersebut menjadi dasar teori atau kerangka berpikir dalam penelitian ini. Namun peneliti melakukan modifikasi pada masingmasing variabel pengaruh yang bersifat pararel (aspek lain yang setara) maupun turunan (derivate) dari variabel-variabel yang dikemukakan oleh Baldwin dan Ford. Pola transfer hasil modifikasi yang dimaksudkan dapat diformulasikan dalam gambar diagram alur sebagai berikut: Gambar 1 Derivat (hasil modifikasi) Pola Transfer Pelatihan

Input Pelatihan
Locus of Control Orientasi Tujuan pembelajaran Lingkungan Kerja

Output Pelatihan

Kondisi Transfer

Self-efficacy

Transfer Pelatihan

Locus of Control Konsep tentang locus of control (pusat kendali) pertama kali dikemukakan oleh Rotter (1966: 24), seorang ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personality), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri Rotter, (1966: 104). Rotter, mendefinisikan locus of control sebagai atribut yang merefleksikan derajat pengendalian nasib. Menurut Slavin, (1986: 366). Locus of control merupakan ciri/sifat kepribadian yang menunjukkan apakah orang menghubungkan pertanggungjawaban terhadap kegagalan atau kesuksesan mereka pada faktor-faktor internal atau pada faktorfaktor eksternal dirinya. Individu yang memiliki keyakinan bahwa kegiatan atau kejadian dalam kehidupannya berada di bawah control dirinya dikatakan sebagai internals. Sementara individu yang memiliki keyakinan bahwa lingkunganlah yang mempengaruhi kontrol (yang mengendalikan) terhadap nasib/kejadian dalam kehidupan seseorang, disebut sebagai externals (Tunggal, 1997: 133). Sedangkan Greehalgh dan Rosenbalt (1984: 438), locus of control didefinisikan sebagai keyakinan masing-masing individu karyawan tentang kemampuannya untuk bisa mempengaruhi semua kejadian yang berkaitan dengan dirinya dan pekerjaannya. Orientasi Tujuan Pembelajaran Orientasi tujuan merupakan suatu kerangka pikir/mental bagaimana individu menginterpretasi dan merespon situasi/kejadian yang dihadapinya (Dweck and Legget, 1988: 325). Secara spesifik ada dua macam orientasi tujuan (goal orientation), yaitu orientasi tujuan kinerja (performance goals) dan orientasi tujuan pembelajaran (learning goals). Orientasi tujuan dalam mencapai prestasi diklasifikasikan menjadi dua yaitu orientasi tujuan pembelajaran dan orientasi tujuan kinerja (Nicholls, 1984 dalam Mustikawati, 2006). Dweck, dalam Johnson et al, (2000: 724), menjelaskan bahwa Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 12 No. 1, April 2012 23

orientasi tujuan dapat memprediksikan kinerja pada lingkungan Pendidikan. Penelitian telah membuktikan bahwa orientasi tujuan telah memberikan implikasi yang penting untuk pelatihan dan motivasi dalam konteks organisasi (Martocchio, 1994: 103). Johnson menambahkan bahwa orientasi tujuan pembelajaran memfokuskan individu pada pengembangan dan strategi tugas yang rumit. Orientasi pembelajaran dan orientasi kinerja berada dalam satu kontinuim yang berlawanan. Locke dan Latham dalam Nadhiroh (2010: 28) menemukan dalam penelitiannya yang konsisten dalam literatur motivasional adalah bahwa tantangan tujuan (challenging goals) yang lebih besar menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dibanding tujuan yang mudah atau tujuan yang dilakukan dengan terbaik. Individu peserta pelatihan yang berorientasi pada tujuan pembelajaran cenderung mempunyai self-efficacy tinggi. Dengan self-efficacy tinggi peserta pelatihan akan mencapai kompetensi lebih tinggi atau mengalami peningkatan kompetensi. Orientasi tujuan pembelajaran merupakan pedoman individu yang dapat dipercaya untuk memperbaiki kompetensi, untuk mengevaluasi hubungan kompetensi sebelumnya, untuk mengadakan pilihan dan tetap melakukan suatu perubahan dalam tugas (Dweck et al dalam Johnson et al, 2000: 268). Indicator yang digunakan untuk menggambarkan orientasi tujuan pembelajaran adalah: peserta menyukai tantangan tugas yang lebih rumit dan berat, daya tahan pelaksanaan tugas, dan (3) suka perubahan ke arah yang lebih baik. Lingkungan Kerja Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan (Nitisemito, 1994:183). Noe, at al mengidentifikasi aspek lingkungan kerja yang berpengaruh pada transfer pelatihan berupa: Climate for transfer (Iklim transfer), Opportunity to use learned capability (kesempatan untuk menggunakan kapabilitas apa yang telah dipelajari), Technological support (dukungan teknologi), Self-management skills (kemampuan memimpin keahlian yang dimiliki), Manager support (dukungan manajer), Peer support (dukungan teman kerja). Self-Efficacy Self-efficacy diturunkan dari teori kognitif social (social cognitive theory), hal tersebut dikemukakan oleh Bandura (1986a: 191-215). Secara singkat teori tersebut menyatakan, sebagian besar pengetahuan dan perilaku anggota organisasi digerakkan dari lingkungan, dan secara terus menerus mengalami proses berpikir terhadap informasi yang diterima. Hal tersebut mempengaruhi motivasi, sikap, dan perilaku individu. Selfefficacy dinyatakan sebagai keyakinan seseorang bahwa dia dapat menjalankan tugas pada tingkat tertentu, adalah salah satu dari faktor yang mempengaruhi aktivitas pribadi terhadap pencapaian tugas (Bandura, 1986: 191-215). Self-efficacy memberi kontribusi signifikan pada pilihan tingkat tujuan individual (Locke dan Latham, 1990). Selanjutnya hubungan ini berdampak pada pencapaian tujuan dan akan berhubungan dengan kinerja (Locke dan Latham, 1990). Bandura (1997: 42-43) mengemukakan tiga dimensi dari selfefficacy dan tiga dimensi tersebut merupakan ukuran yang digunakan untuk mengembangkan alat ukur tinggi tinggi rendahnya self-efficacy peserta pelatihan, yaitu tingkat (level), Generalisasi (generality).

24

Pengaruh Locus of Control, Orientasi Tujuan Pembelajaran dan Lingkungan Kerja terhadap Self-Efficacy dan Transfer Pelatihan Peningkatan Kompetensi guru Madrasah Aliyah (MA) se-Karesidenan Semarang (Khairul Saleh)

MODEL PENELITIAN
Berdasarkan telaah pustaka, maka dikembangkan model sebagai kerangka pikir teoritis dari penelitian ini yang tersaji dalam dalam skema geometris berikut ini: Gambar 2: Model Penelitian
LOCUS OF CONTROL (X1)

H1

H5

ORIENTASI TUJUAN PEMBELAJARAN (X2)

H2

SELFEFICACY (Z) H6

H4

TRANSFER PELATIHAN (Y)

H3

LINGKUNGAN KERJA (X3)

Sumber: dikembangkan untuk penelitian ini (2011)

METODE PENELITIAN
Obyek penelitian adalah seluruh guru Madrasah Aliyah (MA) peserta diklat peningkatan kompetensi guru se-Karesidenan Semarang tahun 2010 yang dilaksanakan oleh lembaga diklat keagamaan Semarang yang berjumlah 110 orang. Data primer dari penelitian ini adalah tanggapan/jawaban responden mengenai 1) Locus of control, 2) Orientasi tujuan pembelajaran, 3) Lingkungan Kerja, 4) Self-efficacy, dan 5) Transfer pelatihan. Data dikumpulkan melalui metode survei dengan mempergunakan kuesioner sebagai instrumen pernyataan dengan skala 1-10 untuk mendapatkan data yang bersifat interval. Pada setiap item/indikator disertai pertanyaan terbuka untuk menggali lebih dalam informasi dari responden. Sedangkan metode analisis data menggunakan SEM (Structural Equation Modelling) untuk menjawab hipotesis 1 sampai dengan 6 dari paket statistik AMOS versi 16.0.

ANALISIS DATA
Proses analisis data dengan metode Structural Aquation Modelling (SEM) dilakukan melalui 7 langkah proses analisis (Ferdinand: 2006: 39), yaitu: 1. Langkah pertama: Pengembangan model berbasis teori. 2. Langkah kedua: Pengembangan diagram alur untuk menunjukkan hubungan kausalitas. 3. Langkah ketiga: Konversi diagram alur ke dalam serangkaian persamaan struktural dan spesifikasi model pengukuran. 4. Langkah keempat: Pemilihan matrik input dan teknik estimasi atas model-model yang dibangun. 5. Langkah kelima: Menilai problem identifikasi. Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 12 No. 1, April 2012 25

6. Langkah keenam: Evaluasi model. 7. Langkah ketujuh: Interpretasi dan modifikasi. Hasil analisis Structural Equation Modelling (SEM) secara full model Analisis dengan SEM dilakukan dengan dua pengujian yaitu 1) Uji kesesuaian model, 2) Uji signifikansi kausalitas melalui uji koefisien regresi. Hasil pengolahan data dapat dilihat pada gambar 3 dan tabel 1. Gambar 3: Hasil analisis SEM secara Full Model

Full Model
e1 X1 .51 e2 X2 .62 e3 X3 .76 e4 X4

.71 .79 .87

LOC
e10 .54 X10 e11 .55 X11 .30 X12 e12 .62

.44
.85

.18
.74

.74

.79

Z2

.73

.81
e5 X5 .66 .86 X6 .74

.47
OTP SE

.41
TP
.71 Z1
X13 .51 e13 .58 e14

.67
.74
X15 .55 e15

.52
e6

.55 .28 .28

.76
X14

.34

e7

X7 .48

.69 .79 .81

e8

X8 .63

LK

e9

X9 .65 Uji Model Chi-Square=98.945 Probability=.086 Cmin/DF=1.222 GFI=.886 AGFI=.831 TLI=.967 CFI=.974 RMSEA=.047 DF=81

Sumber: Data primer yang diolah (2011) Berdasarkan hasil pengamatan pada gambar pada grafik analisis faktor konfirmatori pada full model dapat ditunjukkan bahwa model layak dan menunjukkan kesesuaian antara model dengan data. Secara lengkap kelayakan full model dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut: 26 Pengaruh Locus of Control, Orientasi Tujuan Pembelajaran dan Lingkungan Kerja terhadap Self-Efficacy dan Transfer Pelatihan Peningkatan Kompetensi guru Madrasah Aliyah (MA) se-Karesidenan Semarang (Khairul Saleh)

Tabel 1: Hasil Uji Full Model Kriteria Chi-square Probability GFI AGFI TLI CFI CMIN/DF RMSEA Cut of Value Kecil; 2 dengan df: 81; p: 5% =103.009 0,05 0,90 0,90 0,95 0,95 2,00 0,08 Hasil 98,945 0,086 0,866 0,831 0,978 0,983 1,222 0,047 Evaluasi Baik Baik Marginal Marginal Baik Baik Baik Baik

Sumber: data primer yang diolah, 2011 Hasil tersebut diperkuat dengan uji regression weights yang nilai CR-nya yaitu 98,945 berarti masih di bawah chi-square tabel dengan derajad kebebasan (DK) 81 pada tingkat signifikan 5% sebesar sebesar 103,009. Nilai probabilitas sebesar 0,086 yang mana nilai tersebut sudah di atas angka 0,05. Nilai CMN/DF sebesar 1,222 (masih di bawah 2,00). Nilai GFI sebesar 0,866 walaupun di bawah angka yang dipersyaratkan 0,90 namun masih dalam toleransi marginal. Demikian juga nilai AGFI sebesar 0,831 dalam posisi marginal. Nilai TLI sebesar 0,978 dan CFI 0,983 dinyatakan baik karena di diatas persyaratan fit sebesar 0.95. Nilai RMSEA yang dipersyaratkan di bawah angka 0,08 terpenuhi sebab hanya sebesar 0,038. Hasil Regression Weingts Analisis Structural Equation Modelling (SEM) Berdasarkan hasil regression weights analisis Structural Equation Modelling (SEM), bahwa setiap indikator pembentuk variabel laten harus menunjukkan hasil yang memenuhi kriteria yaitu nilai CR di atas 1,96 dengan P 0,05 serta nilai lamda (loading factor) 0.5. Berikut Tabel 2 yang menunjukkan hasil yang layak: Tabel 2: Hasil Regression Weights Analysis SEM SE SE SE TP TP TP X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 <--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--LOC OTP LK SE LOC LK LOC LOC LOC OTP OTP OTP LK LK Estimate .226 .435 .258 .368 .343 .231 1.000 1.176 1.436 1.000 1.134 1.093 1.000 .941 S.E. .163 .115 .117 .134 .148 .114 .167 .199 C.R. 1.388 3.779 2.205 2.754 2.322 2.028 7.031 7.203 P .165 *** .027 .006 .020 .043 Label par_11 par_12 par_13 par_14 par_17 par_18

*** par_1 *** par_2 *** par_3 *** par_4 *** par_5 27

.125 9.096 .107 10.207 .155 6.062

Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 12 No. 1, April 2012

X9 X10 X12 X13 X14 X15 X11

<--<--<--<--<--<--<---

LK SE SE TP TP TP SE

Estimate .930 1.000 1.113 1.000 1.123 .987 .996

S.E. .142 .160 .177 .157 .151

C.R. 6.555 6.975 6.351 6.283 6.580

P Label *** par_6 *** par_7 *** par_8 *** par_9 *** par_10

Sumber: Data primer yang diolah (2011) Berdasarkan Gambar 3 dan Tabel 2 bahwa indikator pembentuk variabel laten menunjukkan hasil yang memenuhi criteria yaitu nilai CR di atas 1, 96 dengan P lebih kecil dari 0,05 dan nilai lamda atau loading factor yang lebih besar dari 0,5 yaitu sebesar 0,55. Hasil tersebut dikatakan bahwa indikator-indikator pembentuk variabel laten tersebut secara signifikan merupakan indikator dari faktor-faktor laten yang dibentuk. Jika tidak, maka dinyatakan tidak signifikan, yaitu indikator LoC. Hasil uji hipotesis secara ringkas dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini: Tabel 3: Hasil Uji Hipotesis HIPOTESIS Hipotesis 1 Hipotesis 2 Hipotesis 3 Hipotesis 4 Hipotesis 5 Hipotesis 6 LOC berpengaruh positip terhadap SE OTP berpengaruh positip terhadap SE LK berpengaruh positip terhadap SE SE berpengaruh positip terhadap TP LOC berpengaruh positip terhadap TP LK berpengaruh positip terhadap TP Nilai CR dan P CR = 1,388 P = 0,165 CR = 3,779 P = 0.000 CR = 2,205 P = 0,027 CR = 2,754 P = 0,006 CR = 2,322 P = 0,020 CR = 2,028 P = 0,043 HASIL Ditolak Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima

Sumber: data primer yang diolah, 2011

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL


Setelah dilakukan analisis data dan pengujian terhadap 6 hipotesis sesuai dengan model teoritis penelitian. Model ini telah diuji dengan kriteri goodness of fit dan kuat lemahnya dimensi-dimensi untuk membentuk faktor latennya dapat dianalisis dengan menggunakan uji t terhadap Regression Weights, dimana berdasarkan kedua uji tersebut telah mendapat hasil yang baik. Selanjutnya uraian secara rinci tentang kesimpulan dan implikasi kebijakan atas analisis data diterimanya hipotesis-hipotesis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Hipotesis 1 yang diajukan pada penelitian ini adalah semakin tinggi karakteristik kepribadian peserta berupa locus of control akan semakin tinggi self-efficacy peserta diklat DDTK guru Madrasah Aliyah (MA) se-Karesidenan Semarang. Berdasarkan Pengaruh Locus of Control, Orientasi Tujuan Pembelajaran dan Lingkungan Kerja terhadap Self-Efficacy dan Transfer Pelatihan Peningkatan Kompetensi guru Madrasah Aliyah (MA) se-Karesidenan Semarang (Khairul Saleh)

28

2.

3.

4.

5.

6.

data dari hasil pengolahan data diketahui bahwa nilai CR (Critical Ratio) untuk pengaruh antara variabel locus of control seperti terlihat pada print out adalah sebesar 1,388 dengan nilai P (Probability) sebesar 0,165. Kedua nilai ini menunjukkan hasil yang tidak memenuhi syarat, yaitu karena di bawah 1,96 untuk CR (Critical Ratio) dan di atas 0.05 untuk nilai P (Probability). Berdasarkan hasil analisis data maka penelitian ini tidak berhasil membuktikan oleh karenanya hipotesis itu ditolak. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Kustini (2004). Hipotesis 2 yang diajukan pada penelitian ini adalah bahwa semakin tinggi/kuat orientasi tujuan pembelajaran peserta akan semakin tinggi self-efficacy peserta diklat DDTK guru Madrasah Aliyah (MA) se-karesidenan Semarang. Berdasarkan hasil analisis data maka penelitian ini berhasil membuktikan oleh karenanya hipotesis itu diterima. Berdasarkan data dari hasil pengolahan data diketahui bahwa nilai CR (Critical Ratio) untuk pengaruh antara variabel orientasi tujuan pembelajaran seperti terlihat pada print out adalah sebesar 3,779 dengan nilai P (Probability) sebesar 0,000. Kedua nilai ini menunjukkan hasil yang memenuhi syarat, yaitu di atas 1,96 untuk CR (Critical Ratio) dan bawah 0.05 untuk nilai P (Probability). Dengan demikian penelitian ini mendukung teori yang mendasarinya dan hasil penelitian terkait yang diungkapkan landasan teori. Hipotesis 3 yang diajukan pada penelitian ini adalah bahwa semakin tinggi/kuat dukungan lingkungan kerja peserta akan semakin tinggi self-efficacy peserta diklat DDTK guru Madrasah Aliyah (MA) se-karesidenan Semarang. Berdasarkan hasil analisis data, maka penelitian ini berhasil membuktikan oleh karenanya hipotesis itu diterima. Berdasarkan data dari hasil pengolahan data diketahui bahwa nilai CR (Critical Ratio) untuk pengaruh antara variabel lingkungan kerja seperti terlihat pada print out adalah sebesar 2,205 dengan nilai P (Probability) sebesar 0,027. Kedua nilai ini menunjukkan hasil yang memenuhi syarat, yaitu di atas 1,96 untuk CR (Critical Ratio) dan bawah 0.05 untuk nilai P (Probability). Dengan demikian penelitian ini mendukung teori yang mendasarinya dan hasil penelitian terkait yang diungkapkan landasan teori. Hipotesis 4 yang diajukan pada penelitian ini adalah bahwa semakin tinggi selfefficacy peserta akan semakin tinggi terjadinya proses transfer pelatihan peserta diklat DDTK guru Madrasah Aliyah (MA) se-Karesidenan Semarang. Berdasarkan hasil analisis data maka penelitian ini berhasil membuktikan oleh karenanya hipotesis itu diterima. Berdasarkan data dari hasil pengolahan data diketahui bahwa nilai CR (Critical Ratio) untuk pengaruh antara variabel self-efficacy seperti terlihat pada print out adalah sebesar 2,754 dengan nilai P (Probability) sebesar 0,006. Kedua nilai ini menunjukkan hasil yang memenuhi syarat, yaitu di atas 1,96 untuk CR (Critical Ratio) dan bawah 0.05 untuk nilai P (Probability). Dengan demikian penelitian ini mendukung teori yang mendasarinya dan hasil penelitian terkait yang diungkapkan landasan teori. Hipotesis 5 yang diajukan pada penelitian ini adalah bahwa semakin tinggi locus of control peserta akan semakin tinggi terjadinya proses transfer pelatihan peserta diklat DDTK guru Madrasah Aliyah (MA) se-karesidenan Semarang. Berdasarkan data dari hasil pengolahan data diketahui bahwa nilai CR (Critical Ratio) untuk pengaruh antara variabel locus of control seperti terlihat pada print out adalah sebesar 2,322 dengan nilai P (Probability) sebesar 0,020. Kedua nilai ini menunjukkan hasil yang memenuhi syarat, yaitu di atas 1,96 untuk CR (Critical Ratio) dan bawah 0.05 untuk nilai P (Probability). Berdasarkan hasil analisis data maka penelitian ini berhasil membuktikan oleh karenanya hipotesis itu diterima. Dengan demikian penelitian ini mendukung teori yang mendasarinya dan hasil penelitian terkait yang diungkapkan landasan teori. Hipotesis 6 yang diajukan pada penelitian ini adalah bahwa semakin tinggi dukungan lingkungan kerja akan semakin tinggi terjadinya proses transfer pelatihan peserta 29

Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 12 No. 1, April 2012

diklat DDTK guru Madrasah Aliyah (MA) se-Karesidenan Semarang. Berdasarkan data dari hasil pengolahan data diketahui bahwa nilai CR (Critical Ratio) untuk pengaruh antara variabel self-efficacy seperti terlihat pada print out adalah sebesar 2,028 dengan nilai P (Probability) sebesar 0,043. Kedua nilai ini menunjukkan hasil yang memenuhi syarat, yaitu di atas 1,96 untuk CR (Critical Ratio) dan bawah 0.05 untuk nilai P (Probability). Berdasarkan hasil analisis data maka penelitian ini berhasil membuktikan oleh karenanya hipotesis itu diterima. Dengan demikian penelitian ini mendukung teori yang mendasarinya dan hasil penelitian terkait yang diungkapkan landasan teori. Implikasi Penelitian dan Saran Penelitian ini memperoleh beberapa bukti analisis data berdasarkan atas temuan penelitian (hasil pengujia SEM secara full model) hasil dari temuan penelitian dapat direkomendasikan beberapa implikasi kebijakan sesuai dengan prioritas yang dapat diberikan sebagai masukan bagi pihak manajemen dan peserta. Berikut ini diuraikan beberapa saran alternatif yang bersifat strategis: Tabel: 4 Implikasi Manajerial Hasil Temuan Orientasi tujuan pembelajaran merupakan variabel yang paling dominan bagi peningkatan self-efficacy bagi peserta pelatihan. Implikasi Manajerial dan saran

a) Guru menyukai perubahan (X6), saran bagi pengambil


keputusan, khususnya Diklat Keagamaan Semarang, merujuk pada deskripsi indeks orientasi tujuan pembelajaran yaitu: Meningkatkan kuota dan frekwensi pelatihan bagi para guru madrasah aliyan khususnya. Mengadakan evaluasi dan monitoring output diklat Memberikan perhatian secara merata tidak hanya diperuntukkan bagi para guru MAN yang relatif lebih mudah mengakses perubahan. Mengoptimalkan fungsi media jaringan internet. Guru menyukai pekerjaan tugas yang lebih menantang (X12), saran bagi pengabil keputusan khususnya Diklat Keagamaan Semarang merujuk pada indeks variabel selfefficacy. Jangan dibiarkan terlalu lama menunggu tindak lanjut diklat level di atasnya (trampil). Memanfaatkan semangat dan motivasi untuk maju untuk menjadi mitra kerja bagi pembemtukan jaringan pembinaan. Tidak hanya mengandalkan widya iswara yang sangat terbatas. Membentuk pusat-pusat pembinaan dengan pemetaan lembaga-lembaga MAN di masing-masing daerah untuk membina madarasah-madrasah aliyah swasta. Penentuan peserta tidak asal tunjukkan berdasarkan kedekatan akses dan informasi, namun didasarkan pada hasil konsep kualifikasi dari diklat dan penilaian dari lembaga tempat guru bekerja.

30

Pengaruh Locus of Control, Orientasi Tujuan Pembelajaran dan Lingkungan Kerja terhadap Self-Efficacy dan Transfer Pelatihan Peningkatan Kompetensi guru Madrasah Aliyah (MA) se-Karesidenan Semarang (Khairul Saleh)

Orientasi selfefficacy merupakan faktor intervening (perantara) yang paling berpengaruh bagi proses transfer dari pada variabel locus of control dan lingkungan kerja.

b) Implikasi dan saran bagi Manajemen Madrasah Aliyah (MA):


Rasa tanggung jawab (X1), penelitian menyarankan kepada pengabil keputusan yaitu manajemen di Madrasah Aliyah Negeri se-karesidenan Semarang, yaitu: Untuk meningkatkan rasa tanggung jawab guru terhadap tugas pelatihan/diklat dengan memberikan laporan kemajuan bagi guru yang berikan mandat dalam bentuk kemajuan prestasi pelaksanaan tugas. Peran reward dan punishment bagi peserta diklat oleh pimpinan lembaga madrasah dalam rangka memberikan dampak pada tujuan organisasi. c) Implikasi dan saran bagi Guru Peserta diklat: Rasa tanggung jawab (X1), memberikan saran kepada guru peserta untuk: Meningkatkan pemahaman akan tanggung jawab diri dalam bentuk kesiapan resiko bagi keinginan untuk meningkatkan konpetensi. Meningkatkan kesadaran bahwa kebutuhan terhadap pelatihan adalah merupakan investasi masa depan baik bagi kemajuan lembaga maupun karir pribadi.

Variabel locus of control merupakan variabel yang paling lemah bagi tumbuhnya selfefficacy peserta pelatihan.

Keterbatasan Penelitian Dan Rekomendasi Untuk Penelitian Selanjutnya Beberapa keterbatasan penelitian yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini bersifat cross-sectional mengingat penelitian ini lebih menekankan pada keberhasilan dalam menyerap isi pelatihan dan penerapan oleh para guru peserta pelatihan, maka sebaiknya untuk penelitian selanjutnya menggunakan metode longitudinal agar pengamatan terhadap pontensi input dan transfer dapat diketahui lebih aktual dan optimal. 2. Jenis pelatihan atau diklat yang diteliti adalah DDTK paket 100 jam yang dilaksanakan hanya sekali sehingga kurang memberi kesan dan hasil yang solid sebagai data akibat dari keikutsertaan pelatihan. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mengambil obyek pelatihan yang lebih intensif dan bertahap. 3. Penelitian ini mengalami kendala dalam menentukan dan kekuatan goodness of fit pada konfirmatory eksogen dengan adanya nilai AGFI dan GFI yang dalam kondisi marginal. Saran bagi penelitian selanjutnya agar melakukan identifikasi yang lebih cermat terhadap kemungkinan yang sama.

DAFTAR PUSTAKA
Amstrong M, 1991, Personnel Management Practice, Kogan Page Limited London, Fourth Edition. Baldwin, T., & Ford K., 1988, Transfer of Training: Review and Directions for Future Research, Personnel Psychology, Vol. 41, No. 2: 63-105. Bandura, A., 1986, Self-efficacy: Toward a Unifying Theory of Behavioral Change, Psychological review, Vol. 84, No. 3: 191-215 --------, 1997, Social Learning Teory, Engelwood Cliff, NJ. Prentice Hall Dweck, C. S., Leggett, E. L. 1988, A Social-cognitive Appproach to Motivation and Personality, Psychological Review, Psychological Review, Vol. 95, No. 2, 256-273 Ferdinand, A., 2006, Structural Equation Modelling Dalam Peneltian Manajemen, Edisi 4, Semarang, Seri Pustaka Kunci 03/BP UNDIP. Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 12 No. 1, April 2012 31

Johnson, D.S., Beauregard R.S., Roover B.P, and Aron M. Schmidt, 2000, Goal Orientation and Task Demand Effects on Motivation, Affect, and Performance, Journal of Applied Psychology, Vol. 85, No. 4: 724-738. Locke, E. A. and Latham, G. P., 1990. A Theory of Goal Setting and Task Performance. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall. Nicholls,J., 1984, Achievement Motivation: Conceptions of Ability, Subjective Experience, Task Choice, and Performance. Journal: Psychological Review, Vol. 91, No. 3: 328346. Nitisemito, S.A., 1994, Manajemen Personalia, Edisi Delapan, Jakarta, Penerbit Ghalia Indonesia. Qomar, M, 2007, Manajemen Pendidikan Islam, Malang, Penerbit PT Gelora Aksara Pratama. Rivai, Veithzal, 2009, Manajemen Perusahaan Untuk Perusahaan, Jakarta, Penerbit Rajawali Pers. Rotter J.B., 1966, Genaralized Expectancies for Internal Versus External Control of Reinforcement: Pshycologycal Monographs, 80 Whole no. 69. Simamora H., 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi ke-2, Yogyakarta, Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, YKPN. Slavin, R.E., 1986, Educational Psychology, I. Title, Rentice Hall Englewood Cliffs, New Jessey. Suhartono D. Raharso D., Transfer Pelatihan: Faktor-Faktor Apa Yang Mempengaruhi, Jurnal Kajian Bisnis STIE Widya Wiwaha Yogyakarta, Vol. III, No. 28 Januari April: 101-105. Sulistiyani, AT, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi I, Yogyakarta, Penerbit Graha Ilmu. Tunggal, Amin Wijaya, 1997, Kamus Bisnis & Manajemen, Jakarta, PT. Rineka Cipta. Referensi Internet: Kustini, 2004, Analisis Pengaruh Locus of Control, Orientasi Tujuan Pembelajaran dan Lingkungan kerja Terhadap Self-efficacy dan Transfer Pelatihan Karyawan PT. Telkom Kandatel Surabaya Timur. Tesis. http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php.id Diunduh tanggal 14 Nopember 2010 Martocchio, Joseph J., 1994, Effects of Conceptions of Ability on Anxiety, Self-efficacy, and Learning in Training, Journal of Applied Psychology [JAP], Vol. 7 No. 9, P: 103361 (Last edited on 2002/02/27 18:44:50 US/Mountain, diunduh 25-04-2011 Nadhirah, Siti Asih, 2010, Pengaruh Kompleksitas Tugas, Orientasi Tujuan dan Selfefficacy Terhadap Kinerja Auditor Dalam Pembuatan Auditor Judgment, Tesis. http://eprints.undip.ac.id/22495/1/.pdf, diunduh tanggal 25 April 2011.

32

Pengaruh Locus of Control, Orientasi Tujuan Pembelajaran dan Lingkungan Kerja terhadap Self-Efficacy dan Transfer Pelatihan Peningkatan Kompetensi guru Madrasah Aliyah (MA) se-Karesidenan Semarang (Khairul Saleh)

Potrebbero piacerti anche