Sei sulla pagina 1di 18

HUBUNGAN KELUHAN KLIMAKTERIUM DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA WANITA SAAT MEMASUKI MASA MENOPAUSE DI DUKUH SORAGAN, NGESTIHARJO,

KASIHAN, BANTUL

THE CORRELATION CLIMACTERIUM COMPLAINT WITH THE LEVEL OF DEPRESSION ON WOMEN GETTING INTO CLIMACTERIUM PERIOD IN SORAGAN, NGESTIHARJO, KASIHAN, BANTUL

Yuni Andriati *, dr. H.M. Ani Ashari, Sp.OG.*, Falasifah Ani Y, S. Kep, Ns.*

Kandidat Sarjana Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UMY*, Staf Pengajar PSIK FK UMY.*

Korespondensi : PSIK FK UMY Jl. Lingkar Selatan Taman Tirto Kasihan Bantul Yogyakarta. Email : Lakilaki_02@yahoo.com

ABSTRACT Climacterium is a critical period in womens life cycle. The depression happens during Climacterium gives big influence on womens life cycle. When this depression is responded maladaptively, it can disturb daily activities which in turn can decrease the quality of life. Depression is one of Climacterium complaint belonging to psychological complaint. This research is aimed to find out the relationship between Climacterium complaint with the level of depression on women getting into climacterium period in Soragan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. The type of this research is non-experimental with cross sectional approach. The subjects of this research are women of 40-65 year old in Soragan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. The number of sample is 42 women. They are taken using purposive

sampling technique, the sampling technique by choosing the samples as what the researcher wants. The instrument of this research is closed questionare. Climacterium complaint uses questionnaire on Climacterium complaint whereas depression uses BDI (Beck Depression Inventory). The data analysis technique is rank difference correlation of Spearman. The finding shows that the sig. value (2tailed) is p=0,000, so p< 0,05 with the level of significance 95% and error index 5%. It means that there is a significant correlation between Climacterium complaint with the level of depression on women getting into climacterium period in Soragan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. The correlation coefficient is 0,610 which shows that there is a parallel correlation. It means that the more the climacterium complaint, the higher the level of depression. Based on the result of this research, it is hoped that the village administration work together with the PPKBD to improve health education on women in the Climacterium age as an effort to improve the positive value of women facing climacterium period. It can be carried out by giving ideas, thoughts and new facts on climacterium to improve better health rate prior to climacterium period.

Keywords: Climacterium Period, Climacterium Complaint, Depression

INTISARI Klimakterium merupakan suatu periode krisis dalam daur kehidupan wanita. Timbulnya depresi pada masa klimakterium sangat berpengaruh pada kehidupan seorang wanita. Karena apabila depresi ini direspon secara maladaptif maka dapat mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari dan akhirnya terjadi penurunan kualitas hidup. Depresi merupakan salah satu keluhan klimakterium yang termasuk didalam keluhan psikis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keluhan klimakterium yang menjadi variabel bebasnya dengan tingkat depresi yang menjadi variabel

terikatnya

pada wanita saat memasuki masa klimakterium di Dukuh Soragan,

Kelurahan Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Jenis penelitian yang digunakan non eksperimental dengan rancangan cross sectional. Subyek penelitian ini adalah wanita yang berusia antara 40-65 tahun yang berada di Dukuh Soragan, Kelurahan Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Jumlah sampel yang diambil ada 42 orang, sampel diambil dengan teknik Purposive Sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti. Instrumen penelitian berupa kuesioner dengan pertanyaan tertutup. Keluhan klimakterium menggunakan kuesioner tentang keluhan klimakterium sedangkan untuk depresi menggunakan BDI (Beck Depression Inventory). Analisa data menggunakan teknik uji statistik korelasi tata jenjang atau rank difference correlation dari Spearman. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai sig. (2-tailed) sebesar p = 0,000 jadi p < 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95 % dan taraf kesalahan 5 %. Ini berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara keluhan klimakterium dengan tingkat depresi pada wanita saat memasuki masa klimakterium di Dukuh Soragan Ngestiharjo Kasihan Bantul. Koefisien Korelasi sebesar 0,610 yang menunjukkan ada korelasi sejajar artinya makin tinggi keluhan klimakterium maka makin berat tingkat depresi saat memasuki masa klimakterium. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka diharapkan Sebaiknya pihak kelurahan bekerjasama dengan PPKBD untuk lebih meningkatkan pendidikan kesehatan pada wanita usia klimakterium sebagai usaha untuk meningkatkan nilai positif pada wanita dalam menghadapi masa klimakterium, dengan memasukkan ide, pikiran dan fakta baru tentang klimakterium untuk meningkatkan taraf kesehatan yang lebih baik menjelang masa klimakterium. Kata kunci : Masa Klimakterium, Keluhan Klimakterium, Depresi

PENDAHULUAN Proses menua merupakan keadaan yang harus dilalui oleh semua makhluk hidup tanpa terkecuali. Bagi seorang wanita proses menua ini mempunyai dampak

khusus karena seorang wanita akan memasuki akhir masa reproduksi, masa klimakterium, kemudian masa senil. Saat ini banyak dijumpai wanita usia 40 tahun ke atas yang mempunyai masalah berhubungan dengan masa klimakterium. Bahkan sebagian besar wanita ini merasa takut menghadapi datangnya masa klimakterium karena kurangnya informasi dan pengetahuan tentang klimakterium. Timbulnya depresi pada masa klimakterium sangat berpengaruh pada kehidupan seorang wanita. Karena apabila depresi ini direspon secara maladaptif maka dapat mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari dan akhirnya terjadi penurunan kualitas hidup. Depresi merupakan salah satu keluhan klimakterium yang termasuk didalam keluhan psikis dan memiliki peranan kesehatan jiwa yang sangat penting. Klimakterium adalah suatu periode dalam kehidupan seorang wanita yang diawali dengan mulai menurunnya fungsi ovarium, yaitu berupa penurunan produksi hormon seks wanita yaitu estrogen dan progesteron dari indung telur yang biasanya berlangsung antara 10 sampai 15 tahun (Syahrial, 1991). Sedangkan menurut Baziad (2003), klimakterik merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase usia tua (senium) yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif atau endokrinologi dari ovarium. Klimakterium dapat dibagi menjadi beberapa fase (Baziad, 2003), yaitu: 1. Pramenopause Fase pramenopause adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterik. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang relatif banyak dan kadang-kadang disertai nyeri haid (dismenorea). Perubahan endokrinologik yang terjadi adalah berupa fase folikuler yang memendek, kadar estrogen yang tinggi, kadar FSH biasanya juga tinggi, tetapi dapat juga ditemukan kadar FSH yang normal, Fase luteal tetap stabil. 2. Perimenopause Perimenopause merupakan fase peralihan antara pramenopuse dan pasca menopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur.

Pada kebanyakan wanita siklus haidnya > 38 hari dan sisanya < 18 hari. Sebanyak 40% wanita siklus haidnya anovulatorik. Meskipun terjadi ovulasi, kadar progesteron tetap rendah. Kadar FSH, LH dan estrogen sangat bervariasi. Pada umumnya wanita telah mengalami berbagai jenis keluhan klimakterium. 3. Menopause Pada fase ini terjadi penurunan produksi estrogen dan haid tidak lagi terjadi.bila pada usia perimenopause ditemukan kadar FSH dan estradiol yang bervariasi ( tinggi atau rendah ), maka setelah memasuki usia menopause akan selalu ditemukan kadar FSH yang tinggi (> 40 mlU/ml). Kadar estradiol pada awal menopause dijumpai rendah pada sebagian wanita, sedangkan pada sebagian wanita lain apalagi pada wanita gemuk kadar estradiol dapat tinggi. Hal ini terjadi akibat proses aromatisasi androgen menjadi estrogen didalam jaringan lemak. Bila seorang wanita tidak haid selama 12 bulan, dan dapat dijumpai kadar FSH darah 40 mlU/ml dan kadar estradiol < 30 pg/ml, telah dapat dikatakan wanita tersebut telah mengalami menopause. 4. Pascamenopause Ovarium sudah tidak berfungsi sama sekali, kadar estradiol berada antara 20-30 pg/ml dan kadar hormon gonadotropin biasanya meningkat dan pada saat ini tidak mungkin muncul haid lagi. Fase ini berlangsung kurang lebih 3-5 tahun setelah menopause. 5. Senium Masa setelah pasca menopause lanjut yaitu setelah usia 65 tahun. Keadaan keseimbangan hormonal tercapai sehingga wanita tidak mengalami goncangan psikologis. Setelah menopause hingga senium terjadi atropi alatalat genital dan jaringan sekitarnya. Meningkatnya proses katabolisme protein, sehingga banyak jaringan tubuh yang dipengaruhi seperti tulang, otot, dan kulit. Pada usia lanjut akan tampak kulit yang tipis dan keriput, otot melembek, perubahan tulang menuju osteoporosis (Prawirohardjo, 1999).

Keluhan klimakterium merupakan gejala normal yang dialami oleh wanita menopause. Gejala ini timbul akibat terjadinya perubahan fisik dan psikis pada wanita yang mengalaminya. Menurut Lauritzen (1976), secara garis besar gejala dan keluhan klimakterium dibagi menjadi 4 keluhan yang telah direvisi pembagiannya oleh Baziad (2003), yaitu sebagai berikut: 1. Keluhan Vasomotorik Merupakan gejala dari defisiensi estrogen yang paling primer dan disebabkan oleh ketidakseimbangan sentral otonom dari sistem vasomotor. Pada perimenopause dan pascamenopause sering dijumpai keluhan

klimakterium. Keluhan vasomotorik dapat terjadi baik pada kadar estrogen rendah, normal, maupun tinggi. Keluhan yang muncul berupa semburan panas secara tiba-tiba, terjadi kemerahan namun demikian, suhu badan tetap normal. Segera setelah timbul semburan panas, daerah yang terkena semburan panas tersebut mengelurkan keringat banyak (Baziad, 2003). Semburan panas yang muncul diikuti dengan sakit kepala, perasaan kurang nyaman dan peningkatan frekunsi nadi. Hal ini disebabkan oleh peningkatan pengeluaran hormon adrenalin dan neurotensin oleh tubuh wanita. Terjadi pula penurunan sekresi hormon noradrenalin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah kulit, temperatur sedikit meningkat dan timbul perasaan panas. Rata-rata lamanya semburan panas adalah 3 menit. Semburan panas dan berkeringat yang muncul pada malam hari dapat menyebabkan gangguan tidur, cepat lelah, dan cepat tersinggung. Munculnya keluhan semburan panas akan diperberat dengan adanya stres, alkohol, kopi dan makanan-minuman panas. Lingkungan sekitar yang panas dapat

memperburuk perjalanan penyakit tersebut. Terapi untuk menghilangkan keluhan vasomotorik adalah dengan terapi sulih hormon atau TSH yang harus diberikan selama 1-2 tahun. Bila pengobatan telah dihentikan dan kemudian keluhan muncul lagi, TSH harus dilanjutkan lagi (Baziad, 2003).

2. Keluhan Somatik Merupakan gejala sekunder yang secara tidak langsung ditimbulkan oleh penurunan estrogen. Estrogen memicu pengeluaran endorfin dan susunan saraf pusat, akibat dari panurunan estrogen maka ambang sakit juga berkurang. Wanita perimenopause dan pasca menopause sering mengeluh sakit pinggang, nyeri daerah kemaluan, nyeri tulang, dan otot. Nyeri tulang dan otot merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan. Pemberian TSH dapat menghilangkan keluhan tersebut. Pemberian estrogen dan progesteron dapat memicu pengeluaran endorfin (Baziad, 2003). Namun, endorfin dapat meningkatkan nafsu makan sehingga selama pemberian TSH banyak wanita mengeluh berat badannya bertambah. 3. Keluhan Psikis Steroid seks sangat berperan terhadap fungsi susunan saraf pusat, terutama terhadap perilaku, suasana hati, serta fungsi kognitif dan sensorik seseorang. Akibat penurunan sekresi steroid seks akan menimbulkan

perubahan psikis yang berat dan perubahan fungsi kognitif. Kurangnya aliran darah ke otak menyebabkan sulitnya berkonsentrasi dan mudah lupa. Akibat kekurangan hormon estrogen pada wanita pasca menopause, timbullah keluhan seperti mudah tersinggung, mudah marah, dan merasa tertekan. Kekurangan steroid seks dapat dianggap sebagai faktor predisposisi terjadinya depresi. Perasaan tertekan, nyeri betis, mudah marah, mudah tersinggung, stress dan cepat lelah merupakan keluhan yang paling sering dijumpai pada wanita usia klimakterium dan pada wanita usia reproduksi dengan keluhan sindroma prahaid. Penyebab depresi diduga akibat berkurangnya aktivitas serotonin di otak. Estrogen menghambat aktivitas enzim monoamin oksidase (MAO). Enzim ini mengakibatkan serotonin dan noradrenalin menjadi tidak aktif. Kekurangan estrogen menyebabkan terjadinya peningkatan enzim MAO. Pemberian serotonin-antagonis pada wanita pasca menopause dapat menghilangkan keluhan depresi (Baziad, 2003).

Keadaan psikologis seorang wanita akan sangat mempengaruhi apakah menopause akan disambut dengan suasana hati dan pikiran yang tenang dan bahagia, atau menghadapinya dengan ketidakpuasan, perasaan cemas, dan terancam. Ketegangan psikologis dalam menjalani masa menopause dapat dihindari yaitu dengan pemahaman yang benar tentang segala sesuatu mengenai menopause. 4. Keluhan Seks dan Libido Seiring dengan meningkatnya usia maka makin sering dijumpai gangguan seksual pada wanita. Akibat kekurangan hormon estrogen, aliran darah ke vagina berkurang, cairan vagina kurang, dan sel-sel epitel vagina menjadi tipis dan mudah cedera. Menipisnya epitel liang senggama, hingga anyaman pembuluh darah di sekelilingnya menjadi kemerahan (hyperamik), menyebabkan mudah terjadi lecet kalau terkena gesekan yang akan berakibat terjadinya petechiae, perdarahan bercak berwarna kecoklatan (darah lama akibat spotting) serta juga dapat terjadi infeksi oleh jasad renik yang hidup komensial di liang vagina yang mengakibatkan peradangan dan keputihan. Penyusutan dari vagina mengakibatkan semakin sempitnya liang senggama disertai penyusutan dari serviks yang kurang menghasilkan lendir, hingga mengakibatkan dyspareunia (Baziad, 2003). Pengertian depresi menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III ( PPDGJ III ) adalah suatu bentuk gangguan mood (perasaan) yang ditandai dengan tekanan perasaan yang mendalam. Menurut seorang ilmuwan terkemuka yaitu Phillip L. Rice (1992), depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan. Individu yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala psikis, gejala fisik & sosial yang khas, seperti murung, sedih berkepanjangan, sensitif, mudah marah dan tersinggung, hilang semangat kerja, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya konsentrasi dan menurunnya

daya tahan. Sebelum kita menjelajah lebih lanjut untuk mengenali gejala depresi, ada baiknya jika kita mengenal apakah artinya gejala. Gejala adalah sekumpulan peristiwa, perilaku atau perasaan yang sering (namun tidak selalu) muncul pada waktu yang bersamaan. Faktor penyebab timbulnya depresi pada seseorang sangat komplek. Dari aspek psikologis, depresi merupakan reaksi terhadap kehilangan. Dalam

perkembangan menjadi tua atau proses menua, depresi sering terjadi karena mereka mengalami kehilangan yang berlebihan. Kehilangan tersebut direspon maladaptif berkepanjangan. Kehilangan tersebut dapat berupa krisis karena kehilangan orang yang dicintai, kehilangan harga diri, kehilangan tujuan hidup, kehilangan teman atau sahabat yang dicintai, kehilangan pekerjaan, kehilangan kemampuan fisik termasuk didalamnya akibat terhentinya siklus haid. Faktor lingkungan sosial yang buruk juga dapat menyebabkan depresi. Depresi pada ibu diperberat oleh keadaan lingkunagan perumahan yang tidak sehat, pola hidup tidak seimbang, gaya hidup yang salah dan kemiskinan. Dari berbagai faktor tersebut dapat mengakibatkan kehilangan peran dan kehilangan harga diri pada seseorang. Kejadian demikian akibat pengelolaan stressor yang tidak adekuat. Setiap orang sejak kecil telah belajar untuk mengelola stres yang ditimbulkan akibat situasi yang mengancam dirinya. Dari aspek biologis, berbagai faktor yang memperberat timbulnya depresi yaitu penyakit fisik.Tingkat depresi seseorang dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu depresi ringan, sedang, berat yang akan ditetapkan sebagai kriteria berikut: 1. Depresi ringan a. Diagnosis depresi ini sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti afek depresif, kehilanagn minat dan kegembiraan, berkurangnya energi sehingga mudah lelah menurunnya aktivitas. b. Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya. Adapun gejala-gejala lain dari depresi yaitu: 1) Konsentrasi dan perhatian berkurang. 2) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang. 3) Gagasan tentang rasa bersalah dan

tidak berguna. 4) pandangan masa depan yang suram dan pesimistis. 5) gagasan dan perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri. 6) tidur terganggu. 7) nafsu makan berkurang. c. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu. d. Hanya ada sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukan. 2. Depresi sedang Diagnosisnya berdasarkan kriteria: a. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari gejala utama depresi seperti pada episode depresi ringan. b. Ditambah sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari gejala lainnya. c. Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu. d. Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga. 3. Depresi berat a. Harus ada 3 gejala yang khas b. Disertai minimal 4 gejala yang lain c. Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan sehari-hari. Timbulnya depresi pada masa klimakterium sangat berpengaruh pada kehidupan seorang wanita. Karena apabila depresi ini direspon secara maladaptif maka dapat mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari dan akhirnya terjadi penurunan kualitas hidup. Depresi merupakan salah satu keluhan klimakterium yang termasuk didalam keluhan psikis. Penelitian lain yang telah dilakukan, menemukan bahwa ada hubungan langsung antara penurunan hormon estrogen dengan depresi (Ojeda, 1993)

METODE

10

Jenis penelitian yang digunakan non eksperimental dengan rancangan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah wanita wanita usia antara 40 tahun sampai 65 tahun yang berada pada masa klimakterium di Dukuh Soragan, Kelurahan Ngestiharjo, Kasihan, Bantul yang berjumlah 180 orang. Sampel penelitian ini

berasal dari populasi dengan kriteria inklusi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan atau masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2003), besar sampel adalah 42 orang. Variabel bebasnya adalah Keluhan klimakterium, Variabel Terikatnya adalah Tingkat depresi pada wanita saat memasuki menopause serta Variabel pengganggunya adalah usia, sosial ekonomi, dan biologis. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner BDI dan kuesioner yang berkaitan dengan keluhan klimakterium. Selanjutnya dari hasil kuesioner tersebut dianalisa menjadi dua tahap yaitu: Tahap I : dilakukan analisis univarat variabel yang ada pada penelitian untuk menghitung distribusi dan frekuensinya. Tahap II : dilakukan analisis bivarat variabel bebas dan terikat. Analisis data yang digunakan adalah diuji dengan menggunakan teknik analisis statistik korelasi tata jenjang atau rank difference correlation dari Spearman, karena kedua variabel menggunakan skala ordinal dan jumlah sampel lebih dari 30. ini

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Dukuh Soragan Kelurahan Ngestiharjo Kecamatan Kasihan Bantul Yogyakarta berdasarkan usia pada bulan September tahun 2006 No. 1. 2. Usia 40-45 tahun 46-50 tahun Frekuensi (f) 20 10 Persentase(%) 47,62 23,81

11

3. 4. 5.

51-55 tahun 56-60 tahun 61-65 tahun Total

6 4 2 42

14,29 9,52 4,76 100

Tabel.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Dukuh Soragan Kelurahan Ngestiharjo Kecamatan Kasihan Bantul Yogyakarta berdasarkan tingkat pendidikan pada bulan September tahun 2006 No. 1. 2. Pendidikan SLTA Perguruan Tinggi Total Frekuensi (f) 33 9 42 Persentase(%) 78,57 21,43 100

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Dukuh Soragan Kelurahan Ngestiharjo Kecamatan Kasihan Bantul Yogyakarta berdasarkan pekerjaan pada bulan September tahun 2006 No. 1. 2. 3. 4. 5. Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Guru PNS Wiraswasta Pensiunan Total Frekuensi (f) 26 3 3 8 2 42 Persentase(%) 61,91 7,14 7,14 19,05 4,76 100

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tingkat Keluhan Klimakterium Responden di Dukuh Soragan Ngestiharjo Kasihan Bantul Yogyakarta pada bulan September tahun 2006 No. 1. 2. 3. Kategori Tinggi Sedang Rendah Total Frekuensi (f) 2 6 34 42 Persentase (%) 4,8 14,3 81,0 100,0 Persentase Komulatif(%) 100 95,2 81,0

12

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Responden di Dukuh Soragan Ngestiharjo Kasihan Bantul Yogyakarta pada bulan September tahun 2006 No. 1. 2. 3. 4. Kategori Berat Sedang Ringan Minimal (Normal) Total Frekuensi (f) 5 8 11 18 42 Persentase (%) 11,9 19,0 26,2 42,9 100 Persentase Komulatif (%) 100,0 88,1 69,0 42,9

Tabel 6. Cross Table Hubungan Keluhan Klimakterium dengan Tingkat Depresi pada wanita saat memasuki masa menopause di Dukuh Soragan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul pada bulan September tahun 2006 No. Tingkat Depresi Berat Sedang Ringan Minimal Total Hasil penelitian Keluhan Klimakterium Tinggi Sedang Rendah f % f % f % 1 2,4 2 4,8 2 4,8 1 2,4 4 9,5 3 7,1 11 26,2 18 42,9 2 4,8 6 14,3 34 81,0 yang didapatkan kemudian diuji Total f 5 8 11 18 42 statistik % 11,9 19,0 26,2 42,9 100 dengan

1 2 3 4

menggunakan teknik Rank difference correlation dari Spearman dengan bantuan program komputer SPSS for Windows Release 13, dengan tingkat kepercayaan 95 % dan taraf kesalahan 5 % atau 0,05. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai sig. (2-tailed) sebesar p = 0,000 <0,05 untuk hubungan keluhan klimakterium dengan tingkat

depresi pada wanita saat memasuki masa menopause. Nilai ini lebih kecil dari 0,05

13

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keluhan klimakterium dengan tingkat depresi pada wanita saat memasuki masa menopause di Dukuh Soragan Ngestiharjo Kasihan Bantul. Berdasarkan hasil analisis, sebanyak 34 responden (81,0%) wanita usia 40-65 tahun di Dukuh Soragan mempunyai tingkat keluhan klimakterium kategori rendah. Distribusi frekuensi untuk karakteristik responden sebagaimana dilihat pada tabel 1, dapat diketahui sebagian besar responden berusia 40-45 tahun yaitu sebanyak 20 responden (47,62%). Responden berada pada fase pramenopause, yang biasanya disertai dengan munculnya keluhan pada masa klimakterium baik itu keluhan vasomotorik, somatik, psikis maupun keluhan seks dan libido. Tetapi keluhan klimakterium ini tidak dialami oleh semua wanita, karena munculnya keluhan ini dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, latar belakang pendidikan, keluarga, psikologi dan ekonomi. Dan keluhan klimakterium ini semuanya tergantung pada kondisi kesehatan, emosi (daya tahan terhadap stres), asupan makanan, dan aktivitas fisik seseorang. Berat atau ringannya keluhan berbeda-beda pada setiap wanita. Keluhankeluhan tersebut mencapai puncaknya sebelum dan sesudah menopause, dan dengan meningkatnya usia, keluhan-keluhan tersebut makin jarang ditemukan. Sebagian besar responden berpendidikan SLTA, yaitu sebanyak 33 responden (78,57%). Tingkat pendidikan yang tinggi pada wanita pramenopause

menggambarkan bahwa wanita tersebut dapat dengan mudah menyerap informasi tentang keluhan pada masa klimakterium. Tetapi dalam hal ini tingkat pendidikan yang tinggi itu tidak menjamin besar kecilnya keluhan yang dirasakan responden karena keluhan ini juga tergantung pada kondisi tempat tinggal responden. Perbedaan tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat kemampuan seseorang dalam menerima informasi dan hal ini mempunyai efek yang signifikan terhadap tindakan pencegahan atau minimalisasi keluhan klimakterium ini. Pekerjaan yang dijalani oleh wanita pramenopause berhubungan dengan kesempatan untuk berinteraksi dengan masyarakat maupun lingkungan, dalam hal ini masyarakat dan lingkungan bisa menjadi stressor munculnya berbagai permasalahan

14

yang dapat memicu keluhan-keluhan dalam masa klimakterium. Secara formal mereka tidak bekerja namun pekerjaan rumah tangga yang ditanggungnya cukup membuat sibuk, sehingga mereka juga tidak sempat untuk memikirkan masalah klimakterium atau menopause. Lebih tingginya frekuensi tingkat depresi yang dialami wanita kemungkinan disebabkan wanita mempunyai kepribadian yang lebih labil dan bersifat immature. Juga adanya peran hormon yang mempengaruhi kondisi emosi sehingga mudah meledak, mudah stres dan curiga. Distribusi frekuensi untuk Tingkat Depresi sebagaimana dilihat pada tabel 8 dapat diketahui sebagian besar responden berusia 40-65 tahun yaitu bahwa tingkat depresi minimal atau normal sebanyak 18 responden (42,9%). Faktor yang menyebabkan tidak timbulnya depresi adalah adanya kemampuan responden dalam mengelola stres yang ditimbulkan dari situasi yang mengancam diri. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan Analisis bivariat (kuantitatif atau statistik) ditujukan untuk menguji hipotesis ada tidaknya Hubungan antara Keluhan Klimakterium dengan Tingkat Depresi pada wanita saat memasuki masa menopause di Dukuh Soragan Ngestiharjo Kasihan Bantul Yogyakarta. Dinyatakan dalam angka pada Sig. (2-tailed). Hasil yang diperoleh sebesar p = 0,000 <0,05 untuk hubungan keluhan klimakterium dengan tingkat depresi pada wanita saat memasuki masa menopause. Nilai ini lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keluhan klimakterium dengan tingkat depresi pada wanita saat memasuki masa menopause di Dukuh Soragan Ngestiharjo Kasihan Bantul. Analisa statistik Hubungan antara Keluhan Klimakterium dengan Tingkat Depresi pada wanita saat memasuki masa menopause didapatkan hasil sebagai berikut: Koefisien Korelasi sebesar 0,610 yang menunjukkan ada korelasi sejajar. Artinya makin tinggi keluhan klimakterium maka makin berat tingkat depresi saat memasuki masa menopause. Faktor Pendukung dan Keterbatasan Penelitian

15

Faktor pendukung dalam penelitian ini adalah pada waktu melaksanakan penelitian, peneliti tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan data sebagian besar wanita yang belum dan sudah menopause bersedia menjadi responden, serta menunjukkan sikap terbuka pada saat peneliti melakukan kroscek, selain itu para kader desa juga membantu dalam penelitian ini. Keterbatasan pada penelitian ini adalah tehnik pengumpulan data pada penelitian ini hanya melalui kuesioner karena keluhan-keluhan klimakterium yang merupakan manifestasi tingkat depresi tidak dapat diamati, sehingga data yang didapatkan bersifat subyektif.

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Keluhan klimakterium pada wanita usia 40-65 tahun di Dukuh Soragan dapat dikategorikan rendah, dibuktikan pada tabel 4 distribusi frekuensi keluhan klimakterium dengan presentase tingkat keluhan rendah sebesar 81,0%. 2. Gambaran tingkat depresi pada wanita usia 40-65 tahun di Dukuh Soragan tergolong minimal atau normal (tidak ada depresi), dibuktikan pada tabel 8. distribusi frekuensi tingkat depresi dengan presentase minimal sebesar 42,9%. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan klimakterium dengan tingkat depresi pada wanita saat memasuki masa menopause di Dukuh Soragan Ngestiharjo Kasihan Bantul dibuktikan Dari hasil uji statistik diperoleh nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,000 , jadi p < 0,05.

SARAN Bagi Peneliti selanjutnya Sebaiknya melakukan penelitian dengan memperhatikan faktor-faktor lain yang berpengaruh pada wanita saat menjelang menopause, misalnya manajemen depresi pada wanita saat memasuki masa klimakterium.

16

UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu selama penyusunan karya tulis ilmiah ini, terutama kepada: 1. Bapak dr. Erwin Santosa, Sp.A, M.Kes, selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Bapak dr. M. Ani Ashari, Sp.OG yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. 3. Ibu Falasifah Ani Yuniarti, S.Kep, Ns, yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. 4. Ibu Kisti Samsundari, S.Kep, Ns, yang memberikan bantuannya serta menguji dalam karya tulis ilmiah ini. 5. Bappeda Yogyakarta dan Bantul, Wali kota, Kepala Dinkes, Kepala Desa Ngestiharjo dan Kepala Dukuh Soragan yang telah memberikan ijin kepada penulisan karya tulis ini. 6. Seluruh masyarakat Dukuh Soragan khususnya ibu-ibu setempat yang sudah meluangkan waktunya menjadi responden. 7. The Banyu Putih community, Sarah, Tika, Oneng, Ririn, Netty, Iin terima kasih atas semua dukungan serta bantuannya dalam karya tulis ini. 8. Teman-teman seperjuangan PSIK angkatan 2002, serta pihak lain yang belum tersebut namanya yang telah membantu dalam karya tulis ilmiah ini

DAFTAR PUSTAKA Baziad, A. (2003). Menopause dan Andropause, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Maslim, R. (2003). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: PT Nuh Jaya

17

Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi Pertama, Salemba Medika, Jakarta. Ojeda, L. (1993). Menopause Without Medicine. USA, Hunter House. Prawirohardjo, S. (1999). Ilmu Kandungan ,Edisi Kedua, Cetakan Ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono, Jakarta. Syahrial, H. (1991). Klimakterium dan Permasalahannya, Majalah Dokter Keluarga, Vol 10, No 10, Desember 1991, Hal 19-21.

18

Potrebbero piacerti anche