Sei sulla pagina 1di 3

Algoritma Penatalaksanaan Syok Anafilaksis

Adrenaline (Epinephrine)

Adrenalin adalah obat yang sangat penting untuk pengobatan syok anafilaktik. Adrenalin harus diberikan kepada semua pasien dengan tanda-tanda yang mengancam nyawa (lifethreatening features). Pemberian adrenalin harus dilakukan seawal mungkin setelah onset reaksi. Pemberian adrenalin paling baik dilakukan secara intramuskular (IM). Pemberian secara intravena (IV) hanya boleh dilakukan oleh spesialis dengan pengawasan ketat dan dosis tertentu. Injeksi subkutan dan pemberian dengan cara inhalasi tidak direkomendasikan untuk pengobatan syok anafilaktik karena kurangnya efektivitas melalui kedua jalur ini. Jika pasien mengalami alergi secara sistemik tanpa disertai tanda-tanda yang mengancam nyawa, pasien hanya perlu diobservasi dengan hati-hati dan diberikan pengobatan simtomatis sesuai dengan pendekatan ABCDE. Sebagai agonis reseptor , adrenalin dapat mengatasi vasodilatasi perifer dan mengurangi edema. Sedangkan aktivitasnya pada reseptor menyebabkan vasodilatasi bronkus, meningkatkan kontraksi otot jantung, dan menekan pengeluaran histamin dan leukotrin. Aktivitas adrenalin pada reseptor 2 di sel mast dapat menghambat aktivasi sel mast sehingga pemberian adrenalin sedini mungkin dapat mengurangi derajat keparahan alergi yang dimediasi oleh IgE. Oksigen (diberikan segera mungkin) Pada permulaan, beri konsentrasi oksigen tertinggi yang memungkinkan. Pastikan aliran oksigen yang tinggi (lebih dari 10 liter per menit) untuk mencegah gagal napas. Pada pasien dengan trakea yang diintubasi, ventilasikan paru-paru dengan oksigen konsentrasi tinggi menggunakan self-inflating bag. Cairan (diberikan segera mungkin) Berikan penggantian cairan intravena secara cepat (20 ml/kg pada anak atau 500-1000 ml pada dewasa) dan monitor responnya, berikan lebih banyak jika diperlukan Antihistamin (setelah resusitasi awal) Antihistamin adalah pengobatan lini ke dua untuk reaksi anafilaktik. H1-antihistamin dapat membantu melawan vasodilatasi dan bronkokonstriksi yang dimediasi oleh histamin. Pemberian dapat dilakukan dengan injeksi intravena atau intramuskular secara pelan-pelan. Jenis antihistamin yang diberikan yaitu chlorphenamin dengan dosis: >12 tahun dan dewasa: 10 mg >6 12 tahun: 5 mg >6 bulan 6 tahun: 2.5 mg <6 bulan: 250 micrograms/kg Steroid (setelah resusitasi awal) Kortikosteroid membantu mencegah atau memperpendek lamanya reaksi. Pemberian hidrokortison dilakukan dengan injeksi intravena secara pelan-pelan atau intramuskular. Pemberian harus dilakukan secara hati-hati sehingga tidak enginduksi terjadinya hipotensi. Dosis hidrokortison diberikan sesuai usia sebagai berikut: >12 tahun dan dewasa: 200 mg >6 12 tahun: 100 mg >6 bulan 6 tahun: 50 mg <6 bulan: 25 mg

Obat Lain

Bronkodilator Gejala yang tampak dan tanda-tanda dari reaksi analfilaksis berat dengan asma yang mengancam nyawa umumnya sama. Untuk obat-obatan berikut, dapat dipertimbangkan lebih lanjut yaitu terapi bronkodilator dengan salbutamol (inhalasi atau IV), ipratropium (inhalasi), aminofilin (IV) atau magnesium (IV). Magnesium intravena merupakan vasodilator dan dapat menyebabkan ruam kemerahan (hot flushes) dan memperburuk hipotensi. Obat-obatan Jantung Obat-obat ini hanya digunakan pada keadaan khusus misalnya pasien ICU dimana penggunaannya sudah pernah dilakukan. Glukagon dapat digunakan sebagai terapi reaksi anafilaksis pada pasien dengan terapi beta bloker. Beberapa pasien mengalami takikardi berat setelah reaksi anafilaksis dan digunakan atropine intravena sebagai terapi.

Potrebbero piacerti anche