Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
TESIS
Oleh:
ELWITRIA DAILY
BP 05226001
*ffi
PROGRAM PENDIDIKAI\I PROFESI IX)I(TER SPESIALIS I BAGIAN PATOLOGI FK I]NAIYD/RS. Dr. M. DJAMIL
KLIMK
T?'IG 2009
OOUPAE ACTWATEI' PNOTEIN C IN TYPE 2 DABETES MELLITUS YTN N(NXOAI}UTTINTTNIA AND MICROALBUMINURIA
/IBfTI'ACT af tW 2 diabaes trcllfuir (DM) in Indonesian increased #y- Typ 2 DM couW ceare erfficltd WgAon od distwbance of qfubn wr'rch M ,o[c A M.ryt d tl*uln}osis- Tlvombosis could o1gr u & frw e*'fuoc 6MeE of pwgulort wtd anticoagulant dd b wed by mwal anticoagulant defect. fut- This ifuc ,,ilficudHr& rG a reb d erfutlcltal dysfunction and suggested ss an codiowsado disease in tyrye 2 DM i#t*fufu
Prcrfue
& b MaMic+tdocrin policlinic Dr. M. Djamil hospital Padang from May to W 200f. AII of type 2 DM patients were measuredfor urine albumin and urine
M'mire,
fib rc n uulytic obsemational cross sectional study. Samples were 6 ffietuiw santpling from 50 We 2 DM patient who were out patient
fuifipda
agafrc@t-
then ratto of them was microalbuminuria. Patients divided into 25 paients with normoalbuminuria (group A) and 25 type 2 DM patients ttry 2 DM wirt niswlbuninria (Srory B). Both of groups were rneasured for activated pefu, C Aru- Resnrlt were repnrted as the mean and standart deviation (SD). Ifulrae odtzzd hy SPSS 15 with t test unpaired. Statistical significance was
p<0,05.
value of APC of We 2 DM patients with normoalbuminuria (II&15+14,76%o) was higher than value of APC of We 2 DM patients with misulhwfinria (112,50 +17,66%o) but tlw dffirences were not statistically
Tlv memt
{tpzINI vith
fuitwiaodnbulbwtinria-
between value
of
rht,fmqFIIntWtwb
MEMBAITDINGKAN KADAR PROTEIN C TERAKTTVASI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN NORIYIOALBI]MINTJRH DAI\ MIKROALBUMII\ruRIA
ABSTRAK
Prevalensi DM tipe 2 di Indonesia meningkat dengan cepat. Diabetes melius tipe 2 dapat menyebabkan disfimgsi endotel dan sistem koagulasi ab,normal yang akan berperan dalam perkembangan tombosis. Trombosis dapat terjadi akibat terganggunya keseimbangan antara faktor prokoagulan dan salah satunya karena defek antikoagulan alamiah. Lftgalh|minrria merupakan penanda disfutrgsi endotel dan dianggap sebagai fudsiko i@naen untuk penyakit kardiovaskular pada penderita DM tipe 2. Penclitian ini merupakan suatu penelitian observational analitik dengan rmcmgan potong lintang. Sarrpel diambil secara consecutive sampling pada 50 ggxita DU tipe 2 yarrrg melakukan konhol rutin ke Poliklinik MetabolikiioOol"l" RSUP. Dr. M. Djamil Padang dari Bulan Mei sampai Juli 2009. Seluruh sgbyek penelitian diperiksa albumin udn dan kreatinin urin" kernrdian rasio ke&nnya dishrt nikoalbuminrnia Subyek penelitian dibagi atas 25 peoddta DM qe 2 fur,gnn mrmoalblminrnia (kelompok A) dan 25 penderita
mif*gUt*
iX Op 2 dFEn miknoalhminuria ftelompok B). Kedua kelompok ini rerata dan A"-.le fqNdr prdein C teraktivasi (APC). Hasil dilaporkan dalam uji t tidak
baku (SD). Dafia dianalisis menggunakan SPSS 15 dengan terpasangan Ke,maknaan secara statistik ditentukan jika nilai p < 0,05. Rsraa kadar APC penderita DM tipe 2 dengan normoalbuminuria (11S,4S14,76VA lebih tinggi dari kadar APC penderita DM tipe 2 dengan mitmoalhrminrria (112J0 +l7,6F.yo) tetapi tidak ditemukan perbedaan yang
-l-F*'F"
t bcmeaf.*qnhr Tidek Edryd perbeCam ymg bemakna antara kadar APC nffi fXliE 2 dqgr nomrlhiruir dm mihoalhmintria DM Ee 4 Itfihoalhminuria f- rc AFG ffi
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas
ggala ratrmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini
yang merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Dokter Spesialis Patologi Klinik Program Pendidikan Profesi Dokler Spesialis
I di Fakultas
Kda&rrm Lhiwrsitas
Tesis
ini
penulis
telah membamr
Universitas Andalas
Piof dr. Ir Fadil oenzil, PhD, spGK dan penggantinya Dr. dr. Masrul, MSc,
peserta
diberikannya kesempatan untuk menjadi peserta PPDS-I Bagran Patologi Klinik di FKUA/ RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Kepada yang terhormat Prof. dr. H. Rismawati Yaswir,
sppK(K)
selaku
atas
di
Bagian Patologi
111
Prof. Dr.
dr. H. Ellyza' Nasrul, spPK(K) selaku Ketua Program studi ppDS-I patologi
penulis
selaku cruru
Besar Patologi Klinik dan pembimbing I, penulis menyampaikan terima kasih atas
segala keikhlasan meluangkan waktu memberikan bimbingan dan dorongan
moril
baik selanra persiapan, pelaksanaan hingga. penyusunan tugas aktrir ini, serta
selalu menanamkan rasa tanggung jawab selama menjalani pendidikan.
menjalani
Edm tdlr dr- Azw Nrdin, SpPI(K), kpada para staf pengajar yang !!+ ffi fi Bagian Pdologi Ktinik yaitu dr. Lillab sppK(K); dr. yoesri,
nilsr
spPK(K); penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginyaatas segalakeikhlasan dalarn memberi petur{uk, ilmu dan membimbing
ddmnerydajri ihn
Pdologi Klinik
,
Alnrrdi, Dlrdl\A
MKeso
I '
lttsL &. Eugeny Alia spPrl dr. Tury prihandani, sppl! dr.
Rnffini, spPK dr. Dsywar, spPIC dr. Efridq sppK, MKes, dan dr. zerry Dia Rofinda SpPK yang telah memberi ilnu dan sumbangan pemikiran dalam
penulisan tesis ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
urDC-pMI
padang
iv
H.
dan
Lia
ini.
jam, Bagran Patologi Klinik FKUA/ RS. Dr. M. Djamil Padang khususnya
lvlbak rin" Ni Ai, Ni Yen yang telah membantu dan bekerja sama selama penulis melakukan penelitian
- Pr. pcrard Polililinft Khusrs Metabolik Endokrin Bagran Penyakit IIm ru|. I}r- It'f. Djmil Padang yang telatr membantu penulis pada saat
mengumpulkan zubyek penelitian.
lir
MM,
trima kasih juga penulis sampaikan kepada HwS yang telatr membiayai
pendidikan spesialis Patologi Klinik. Ucapan terima kasih serta doa penulis sampaikan kepada orang tua
Grtinta, ibunda Dra. Ratra Wilis M, ayalranda Datrsyaruddin Ajus (alm), bapak
dan ibu mertua Dainuri St Mudo (alm) dan Syahniar Samad, adik-adik serta
saudara ipar yang selalu membantu, memberikan semangat, dan doa kepada
penulis.
Khususnya pada suamiku tercinta Dr. Montesqrig SFt, MSi dan anakanakku tersayang Hubbul Khaira Monteswi dan M. Nabil Ghifaxi Monteswi, atas
dm, pengertian, pengorbanan, dnn dorongan moril yang telah diberikan selama
qfuipamAmini
,
ti* hr try!
res|isnnfia unhft furtrt serta dalarn penelitian ini. Semoga pengorbanan tersebut
''r'rl'pat
pahala dari AUah SWT dan menjadi sumbangan berharga bagi ihnu
gFfihrukdis
menyadri b&nn
tug
ild,irft
dri sre-
kilna kdesum dm ilmuNya dan apabila ada kesalahan itu semata karena keerbtasan dan kekurangan penulis. Al*rirnya semoga tulisan
bermanfaat dan menjadi amal ibadah yang diridhoiNya.Amin.
ini dapat
Penulis
vl
............1
tirrlKhqs
.........5 .......................5
vll
vlll
2...............
.........28
....................30 ..........30 ........31 ........31 ......31 ......31 ......31 ................32 ..................32 ........32
4.2 Ternpatdan
Sampel
4-3.2Yuiabel
I32.LKlasifikasi
4-3.2.2Dr;frnisi Operasional
Variabe1................
Inklusi...
..................33 ...............33
KriteriaEksklusi....
AhrHitim
4.6.1 Pemeriksaan
4.6.2Pemeriksaan
4.7 Analisis
BAB 5 HASIL 5.1 Uji
Data......
PENELITIAN.......... SubyekPenelitian
Ketelitian.
5.2 Karakteristik
lx
5.3 Kadar APC pada DM Tipe 2 dengan Normoalbuminuria..................41 5.4 Kadar APC pada DM Tipe 2 dengan Mikroalbuminuria........ ............42
5.5 Perbandingan Kadar APC antara Penderita DM Tipe 2 dengan
NonnoalbuminuriadanMlroalbuminuria.........
BAB 6
PEMBAHASAN.................:......... Ketelitian..
6.1 Uji
.....................43
6.3 Kadar APC pada DM tipe 2 dengan Normoalbuminuria....................45 6.4 KLilar APC pada DM Tipe 2 dengan Mikroalbuminuria....................45 6.5 Perbandingan Kadar APC antara Penderita DM Tipe 2 dengan
Normolbuminuria dan
Milaoalbuminuria-.......
tlil?
SARAN.... Zf Kesimpulan.............
ETSTMPIILAIY DAI{
72
Strm
DilFIAB,FUSTAKA
__...................49
.............54
.55
DAFTAR TABEL
Tabel
hal
2.1
11
2.2
5.
1
20 39
5.2
5.3
4t
5_t
Tipe 2 Keilmpok
d Kelompok B,
4l
XI
I}AF"TAR GAMBAR
Crarnbar
2.t
2.2 2.3
t7
23
24
2.6
3.1 4.1 5.1
2s 30
34
Alur Penelitian.
Kadar Rerata APC pada Kelompok A dan Kelompok 8...
42
xll
DAFTAR SINGKATAN
ADA ADMA
AGEs APC BH4 cGMP CRP
CV DDAH DM
ECE.1
EDFtr
eNOS ET.1 GPPT GTP
= American Diabetes Association : Asymmetr ic D imethylarginine : Advanced glycation endproducts : Activated Protein C Tetralrydrobiopterin Cyclic guanosine monophosphate C reaktive protein -- Coffi c ient of var iat ion Dimethylarginine dimalryla ntirnhydrolase Diabetes melitus ET cowerting enzyme-I Endothelium-der ived hyperpolar izing factor Endothelial nitric oxide synthase
: : :
nf,flr(
HD[.
m0ft
It@-l
lv{APK IyIAU NF-KB NO NOS
H igh dasity lignprotein Higfi rrcIrctds weight kinino gen : Mhds dhesion moleczle- I :frrdts&smasa tubuh : Irtw density lipoprotein : I*ctin-lilre oxidized LDL receptor-l -- Macrophage chemoatract ant pept ide: Mitogen activatedprotein kinase : Mikroalbuminuria : Nuclear factor-kappa b eta
:
:
:
Nitric oxide
PAI.l
PAI.3
PC PF3
-- P I a^rminogen
PI3K
PS
ROS
TGT
TM
TNF-a tPA TTGO
UPA
VCAM-I
VSMC
wHo
: Tumor necros is factor-a : Tissue plasminogen acttvator : Tes Toleransi Glukosa Oral : Urokinase plasminogen activator : Vascular cell adhesion molecule-I : Vascular smooth muscle cell : World Health Organization
xiii
DAFTARLAMPIRAN
I ^-p
hal
I
2 J 4
5
Fomrulir Penelitian..
55
56 57 58 59
60
61
T.-...
SPSS.
62
h.
xlv
BAB
PENDAHULUAI\
melinrs
(DlO
nipergtitemiq yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
tstranya (Soegondo, 20A7). Klasifikasi DM berdasarkan etiologi menurut krfteni (2006) dibedakan
dm (4) DM gestasional.
Diabetes melitus tipe
atas: (1) DM tipe
l,
dll6;r
dk
Xft6
dri
H;h Eing setelah usia 40 tahun, namun insidensinya meningkat dengan d dan drnrasa mrda (Von V, 2009), dan pada dekade ketujuh qil[fl-rtir
:t4!f l*ft.irrogi (Suyono, 2007). * ffiim frc 2 fi tcrtcgEi penjuru dunia cenderung meningkat, -' f995 dcsr 4,Gt, diperkirakan pada tahun 2025 meningkat menjadi
Organization
(WHO)
memprediksi
irmtflh paddta DM tipe 2 di Indonesia yaitu sekitar 8,4 juta orang pada tahun
ilm
m4iadi sekitar 21,3 juta orang pada tatrun 2030 @erkeni, 2006). Prevalensi
1982
n'rrrjadli 5,7Yo tahun 1993 dan l2,8yo pada tahun 2001 (Semiardji, 2003).
DM tipe 2 sebesar
14,7o/o- Pr,evalensi
lA%
Dahm keadaan norrnal sel endotel berperan aktif dengan mengeluarkan berbagai
dim ffiJn
kontaksi,
d*n antikoagulan, penghambat dan pemacu pertumbuhan (growth(Soeatmadji, 2000; Endemann dan Schiffiin,2004; Stehouwer, 2004).
nifugsi
* htrbangan ;nFt**-ts
mpsmcr
ffi}'Escandon
Cipolla 2001).
dm terjadirya
risiko
normal tetapi tidak dapat dideteksi dengan dipstik urin biasa. Adanya MAU
menunjukkan kerusakan endotel yang luas
di
ditmdai dengan (1) ekskresi albumin urin antara 30-300 mg/hari, (2) 202mpg/menit, (3) rasio albumin/kreatinin urin antara 30-300 mg/g (Ritz, 1999;
hf*rnrel,
2006), atau antara 3-30 mg/mmol (Aatcre et a1,2008) atau antara 2,0-
20 mg/mnol untuk wanit4 2,8-28 mg/mmol untuk pria (Tobe et a1,2002). Penderita DM tipe 2 menunjukkan aktivitas sistem koagulasi daratr yang
ry, p fl lffi
drah
frffitr antikoagulan- Peningkacan aktivitas prokoagulan berperan Md inctutensi mosldemsis dini, morbiditas, dan mortalitas ,h ntil*n
ini
; no rlan alamiall atau defek sistem ffbrinolisis (Veglio, 1995; Gabazza et aI, [ft llor592D2; Aslan et al, 2005). Menurut Aslan (2005), penyakit vaskular dn uikoagulan alamiah protein C (PC) yang rendah secara bersama
menyebabkan trombogenesis pada DM.
oleh kompleks
efektor
VI[a
di
pcmr*aan trombosit dan sel endotel sehingga koagulasi tidak terjadi. Protein C
menghambat plasminogen
Giffio/ inhibitor-I (PAI-l), meningkatkan aktivitas antiinflamasi dengan Fd| mbat sekesi sitokin proinflamasi (Gabana. et al,1996; Hoffbrand 2005;
SaiaH*y dan Widjajahakim, 2007; Zaki, 2008). Afcivias biologis jalur antikoagulan PC dan peran APC pada penderita
mt
m0Farpderita
al
dngan normoalhminruia
lebih 'ngg
dilaporkan.
Ocldilsda
fdrtmgro kadar APC pada penderita DM tipe 2 dengan normoalbuminuria h Df;AU. Kadar APC yang didapatkan dari hasil penetitian ini dapat diketahui
pqra
kmplikasi DM tipe 2
Ll Rnssen
Mesalah
tL a
pada
DM tipe 2
dengan
Bagaimanakah kadar
mitroalbuminuria?
dengan
[.lltsHiu ra llrfi-rh
F
fHarlinglcan fu1|n
APrC pada penderita DM tipe 2 dengan dan tanpa
*olhminuia
LtJTuiuan
Khusus
APC
ll3-
APC
DM tipe 2 dengan
tlufaatllmiah
llasil penelitian dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjuhya
berhuhngan
dengan trombgenesis pada penderita
yang
DM tipe 2.
ffi.
$; tr
ur.rr.Pnkis
grrn perelitian
dapat digunaln datam upaya preventif dan
F.
hratif di bidang
yang
F ft'
r
F
BAB 2
TINJAUAI\I PUSTAKA
LI
Diebetes Melitus
r LLl Definisi
American Diabetes Association tahun 2005, diabetes melitus adalah suatu
&rcna kelainan sekresi insulin, kerja insulin" atau keduanya (dikutip dari
r.
f,brdai
r tl Kbdftrd
Klasifikasi DM berdasarkan etiologi @erkeni, 2006) yaitu:
a. Tipe 1: Destnrksi sel beta, umwnnya me4iurus ke defisiensi insulin absolut
Autoimun Idiopatik
b.Tipe 2: Bervariasi mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai
resistensi insulin
c. Tipe
Defek genetik firngsi sel beta Defek genetikkerja insutin Penyakiteksokrinpankreas Endokrinopati
Karena obat atau zat kimia
Infeksi
Sebab imunologi yang jarang
yrg
lebih dahulu terjadi. Faktor genetik dan lingkungan sangat berperan dalam
selffesi insulin oleh sel beta pankreas (disfungsi sel beta) dan resistensi insulin
]"atcni menunrnnya sensitivitas jaringan tefiadap insulin. Kedua
em
kai- -nya
s&r
sama lain
dan
hiperglftilia lfiperglikemiajuga
makan berlebihan, kurang olahraga, gaya hidup ataupun kegemukan (Manaf, 200r).
d"l"*
glukosa darah, (2) hati melepaskan glukosa" dan (3) otot meningkatkan asupan
rurupun sesudah puasa. Pada keadaan puasa tidak terjadi hipoglikemia karena
hjut
terjadi kenaikan konsentrasi glukosa darah puasa atau 2jam setelah beban
ghrkosa pada tes toleransi glukosa oral (TTGO), lambat laun konsentrasi insulin
beta
plasma pwsa berkisar 100-125 mg/dL disebut glukosa plasma puasa terganggu (GPPT) dan konsentrasi glukosa plasma setelah beban 75
g menunjukkan
angka
*rrl'ra 140-199 ngldL disehs tolransi glukosa terganggu (TGT). Adanya GPPT
d*n atau TGT disebr* sebagai disglikemia Apabila resistensi insulin berlar{ut
t,rus, maka sel beta
resistensi
*ryoat imulin tidak normal seperti terganggunya down regulation reseptor insulin,
Inrrrman
uke
2001;
Maita
lR;=",rft."o**n I
f5\*J."*"
frF.r.L Plgfrln ryrll9ab qlycogm .tnttF.lr
Galspta lrrrup.ort
G&rcc-6.pho.ett t
2.1.4 Diagnosis
Diagnosis
a.
b.
Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi
pada pria serta pruritus vulva pada wanita.
10
@erkeni, 2006).
Atau
Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa
>
126
m{dL
(7,0 mmol/L)
Atau
Kadar glukosa plasma
2
(Perkeni,2006)
2.1.5 Komplikasi
Perjalanan penyakit
DM
fompmi *krf
hipoglikeNnia Hiperglikemia kronik dihubungkan dengan komplikasi kronis, disfungsi, atau kegagalan beberapa organ. Komplikasi kronik pada DM tipe 2
pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh daratr
di
1-"iiUutt*
darah jantung, dan pembutuh darah otak), mikrovaskular (retinopati diabetik, nefropati diabetik, dan neuropati). Penyakit makrovaskular pada DM dih4iukkan oleh percepatan aterosklerosis yang dapat menyebabkan infark miokard, strok,
kontol gula darah yang jelek" lama DM, hipertensi, dan MAU @ixon
dan
240T.
Etiologi terbanyak penyebab mortalitas dan morbiditas pada penderita DM npe
1l
Fyakit
rrasl$tar mrmcul lebih awal dan lebih sering pada penderita DM tipe 2
dengan penderita bukan diabetes (Aslan et a1,2005).
emaingtan
L2
Endotel
dan X'ungsi Endotel
L2.l Struktur
Lapisan pembuluh darah (luar ke dalam) terdiri dari lapisan adventitia (lapisan jaringan ikat), media (lapisan otot polos), dan intima yang memiliki
hpisan subendotel dan endotel (Ganong, 2A$). Endotel merupakan organ terluas
sebagai
barier antara otot polos pembuluh darah dan komponen daratr (Verma et a1,2003;
Endemann dan Schiffiin, 2004). Karena letaknya antara dinding pembuluh darah
dqn alirm
slwu
ini
ditemukan
bahwa endotel berperan aktif dalam homeostasis dengan mengeluarkan berbagai mediator yang menjaga keseimbangan koagulasi dan fibrinolisis, mengatur tonus
Cipolla,20At Chong
et a1,2003).
Dalam keadaan normal sel endotel berfungsi untuk: (1) menurunkan tonus
t2
llil
ModietoryergDilepaskan
Sel Endotel
2221Zat Vasodil$or
Zat vasodilator yang dihasilkan endotel mengakibatkan pelebaran lumen
pnbulutr
yutu tetrahydrobiopterin
serta
menyebabkan
penyempitan lumen pembuluh daratr yaitu ET-l, Angiotensin II, tromboksan A2.
dan reactive orygen spesies (ROS) @ndemann dan Schiffrin, 2004). Endotelin-l
FI-l
netalloprotease. Endotelin-l adalah endotheliwm-contracting factor yang terkuat efekvasokonstriksinya (Gorac4 2002; Galie et
al,2$4).
l3
Ik#n
&hm
pembuluh daratr dengan mensintesis ET yang menyebabkan vasokonstriksi, serta PGI2 dan NO unhrk vasodilatasi. Endotel menghambat agregasi trombosit dengan
NO. Endotel
TM dan
proses fibrinolisis dengan sintesis dan sekresi tPA, urokinase plasminogen activator (uPA), dan PAI (Gambar 2.2)(Stehouwe\2004; Colman et a1,2006).
14
Protein
e,c*in9$L*.*c,
a
A
a
23 Disfungsi Endotel
23.1. Definisi Disfungsi Endotel
Disfungsi endotel adalah ketidakseimbangan falcor-faktor yang memfa-
silitasi
Schiffiin,2004).
l.
Nitric 0xide Salah satu mediator vasodilator yang ditepaskan endotel adatah NO.
NO akibat dari
t5
eNOS
Asymmetric Dimethylarginine
NO
adalah Asymmetric
produk
AH)
3.
Oxidative Excess
4.
Hiperhomosisteinemia
excess.
ini terbukti
ADMA
dengan penghaurbatan
DDAH.
5.
Diabetes
Pada DM nW 2, sinyal insulin melalui reseptor insulin melalui 2 jatur yaitu
jalur
t6
yang
melalui mitogen
disfungsi endotel.
23.3 Faktor Penyebab Disfungsi Endotel pada DM Tipe 2 23.3.1 Hipergtikemia Kronis
dan
diacylglycerol-protein kinase C,
advanced
glycation end producls (AGEs). Hal tersebut memicu stres oksidatif (Gambar
2.3).
Stres
NO dan
mengakibatkan disfungsi
hipcrglikemia
pcmbentukan
AGE
t7
Fi
1.332
Rcsistensi Insulin
Pada kondisi nomral insulin menstimulasi produksi NO melalui
jalur PI3K
tr
ET-l
sehingga
Beberapa
Ujadi
Resistensi insulin ditandai dengan tingginya asam lemak bebas di sirkulasi. Resistensi insulin pada adiposit menyebabkan peningkatan aktivitas
Iwrmon-sensitive lipase yang memecah trigliserida dan melepaskan asam lemak
bebas. Tingginya asam lemak bebas menyebabkan terganggunya sinyal insulin,
terjadinya stres oksidatif, dan perubahan Vascalar smooth muscle cetl (VSMC)
(Mnniyapp a et al, 2007).
2.3.3.3 Proses
Inflamasi
'
dan
DM
NO
VCAM-I di sel
C reakive protein
Nitric oxide yang menururL tidak dapat menghambat adesi leukosit. Penurunan
18
ke dalam
lipid
nigrasi otot polos ke lapisan intima dan berproliferasi. Keadaan ini dapat
menyebabkan aterosklerosis (Soeatmadji, 2000; Scmitko et aL,2003; Endemann
dan Schiffrin,2A04).
23.3.4 Dislipidemia
berupa
LDL
Keadaan
ini
dapat menyebabkan
2.4 Mikroalbuminuria
2.4.1 Definisi Mikroalbuminuria
albumin dalam urin antara 30-300 mdhari dan tidak terdeteksi dengan dipstik
rrin
biasa disebut
l9
l.
2.
3.
Pengukuran rasio albumin/kreatinin urin pada pengumpulan urin sewaktu: ada beberapa pendapat tentang MAU yaitu antara 30-300 mg/g kreatinin
dan
dipstik urin, albumin urinlhari, dan rasio albuminlkreatinin urin dapat dilihat pada Tabel 2,.2. Canadian Diabetes Association merekomendasikan pengukuran rasio
albumin/ kreatinin urin menggunakan urin sewaktu. Walaupun pemeriksaan MAU
dalam urin 24
jam
Tabel 2.2 Delinisi MAU O"o nirU.tik Nefropati Menurut Dipstik Urin, Albumin Urin/hari, dan Rasio Albumin/kreatinin Urin
Protein
Normal
Dipstik urin
Negatif Negatif
(mg/mmol)
Wanita: < 2,0 Pria: <2,8 Wanita: 2,4-20 Pria: 2,8-28 Wanita: > 20
MAU
Nefropati diabetik (Tobe et al,20A2).
positif
> 300
Pria: > 28
2A
ncngalami filtrasi
di
keduanya.
serta
DM tipe 2
peningkatan tekanan darah merupakan fbktor risiko utama terjadinya MAU karena
filfasi albumin
meningkat
2.4.3 Mikroalbuminuria pada DM Tipe 2 Pada awal tahun 1980 MAU dapat memprediksi perkembangan nefropati
pada penderita DM tipe 2 yang berakhir dengan gagal $njal (Stehouwer et al,
1998). Beberapa penelitian menunjukkan penderita DM tipe 2 yarrybaru dikenal
umwnnya telah menderita diabetes selama kurang lebih 4-7 tatrun sebelum
diagnosis ditegakkan. Pada saat didiaguosis diantara penderita DM tipe 2 tersebut
25Yo mengalami retinop ati,
9o/o
tipe 2. Insidensi komplikasi vaskular meningkat 2-5 kali lipat pada penderita
dengan MAU (Belchetz dan Hammond, 2003). Mitroalbuminuria adalatr penanda
2l
di
disfungsi endotel yang luas di pembuluh daratr dan peningkatan permeabilitasnya yang terja.di secila umum di seluruh tubuh tetapi belum terdeteksi secara klinis flmmanuel, 2006; Bhowmick et al, 2007).
2.
5 Mekanisme Hemostasis
Sistem yang memelihara hemostasis meliputi:
darah
efek vasokonstriksi, (2) trombosit, (3) faktor koagulasi, dan (a) proses fibrinolisis
@scandon dan Cipolla, 2001). Bila terjadi luka pada pembuluh darah, segera
membentuk sumbat trombosit. Faktor koagulasi darah yang diaktifkan akan membentuk benang
Pembentukan koagulasi drjaga oleh berbagai mekanisme agar tidak menimbulkan trombosis seperti antikoagulan, inhibitor, dan enzim fibrinolitik.
Endotel vaskular yang terganggu adalah stimulus yang kuat untuk pembentukan
koagulasi (Hillman et aL,2005; Hofbrand et a|,2005).
Tiap faktor koagulasi darah diubatr meqiadi bentuk aktif oleh faktor
sebelumnya dalam rangkaian enzimatik. Jalur koagulasi ada 2 yaitu
jalw intrinsik
yang dicetuskan oleh aktivasi kontak dan melibatkan FXII, F)il, FDq FYfiI, high molecular weight Hntnogen (HMWK), prekalikrein, platelet facror 3 (PF3), dan
ion kalsium serta jalur ekstrinsik yang dicetuskan oleh tromboplastin jaringan dan
22
melibatkan FVII dan ion kalsium (Gambar 2.4). Kedua jalur ini akan bergabung
menjadi jalur bersama yang melibatkan FX, FV, PF3, protombirU dan fibrinogen.
FXa bersama FV, PF3, dan ion kalsium membentuk prothrombin converting
complexyang akan mengubah protrombin menjadi trombin. Fungsi trombin antara
lain mengubah fibrinogen menjadi fibriq mengubah FXIII merrjadi XIIIa, serta
meningkatkan aktivitas
FV dan
FVIII
secara
berlebihan perlu ada mekanisme kontrol yaitu melalui aliran darah (mengencerkan
faktor koagulasi dari tempat luka), kliren (sel retikuloendotelial di hati), dan inhibitor alamiah (antitrombin
lll,
alfa 2 malvoglobulin, aW
I antitripsin, darr
m.cdffldf,lqll-lr
ffi*;tdmf
ffieNmy
r{llrul( Fr(
ecir
EXti-EE
Erb
FXI
{i
li
{---------l
J nc'o".-,
F-rholtncryrbrt
23
252
Protein C
S (PS) (Setiabudi
dan
Widjajahakim, 2007). Protein C berperan sebagai antikoagulan dalarn mengatur koagulasi darah (Camire dan Pollak" 2006). Protein C adalah suatu prekursor
(zimogen) dari protease serin dengan berat molekut 62 000 kD, disintesis dihati
dan terrrasuk dalam vitamin K dependent proteinkarena memerlukan vitamin
Thrombin
Activatron
peptide
Gla-domain
EGF"like domains
Protease domain
2ql3ql4
sebesar 11
kb dan memiliki 9 ekson (Camire dan Pollak, 2006). Struktur PC terdiri dari rantai berat dan rantai ringan yang dihubungkan dengan ikatan disulfida (Gambar' 2.5)
(Saito, 1996; Ehsan dan Plumbley, 2002). Pada rantai ringan terdapat gugus
karboksi glutamat (GIa) yang berfimgsi untuk melekat pada permukaan fosfolipid dengan perantaraan ion
yang
24
prC pada kompleks trombin-TM. Pada rantai berat terdapat asam amino serin,
histidin, dan asarn aspartik yang merupakan bagian yang aktif (Monogaph, 1995;
Setiabudy dan Widjajahakim, 2007).
Di
berkisar 3-5 frg/ml, dengan waktu paruh 6-8 jam. Protein C akan diaktifkan
menjadi APC oleh fombin (produk jalur koagulasi) dengan bantuan glikoprotein
fiansmembran yalni TM yang ada di sel endotel (Gambar 2-6).
,/\
*,/
,t
,/
-\{
Gambar 2.6 Jalur Antikoagutan Alamiah (Shlebalq 2N7r. AT: antitombln, T: hombin, TM: trombomoduliru PC: protein C, PS: protein S.
2s
{-an
factor)
aj
PC) atau tes imunologis (memeriksa jumlah PC plasma total). Untuk skrining rutin pada defisiensi PC herediter, sebaiknya dipakai tes aktivitas karena dapat
mendeteksi kadar aktivitas yang rendah pada penurunan PC (tipe
I)
dan
juga PC
yang mengalami disfungsi (tipe II). Tes aktivitas menggunakan metode aktivator
dan metode deteksi. Metode yang dianjurkan dibagi atas 3 langkah:
(l)
pemisahan
PC dari plasm4 (2) aktivasi PC, dan (3) pengukuran APC menggunakan substrat
Pemisahan Protein C Pada generasi pertama tes PC firngsional, aktivasi PC dapat dicapai
dengan trombin saja atau dengan kompleks trombin-TM. Reagen
ini memerlukan
atau
aluminium hidroksida). Trombin yang berlebih dihilangkan dengan inhibitor trombin spesifik sebelum aktivitas PC dihitung. Metode ini spesifik untnk PC
tetapi tidak cocok unhrk penggunaan klinis ( Monograph, 1995).
26
/lhivetor
Bisa Ular
Pemeriksaan
serin yang dipisatrkan dan dimurnikan dari bisa ular southern copperhead. Aktivator ini mengaktifkan PC manusia melalui mekanisme yang sama dengan hombin tanpa dipengaruhi oleh fbktor koagulasi lain. Reaksi aktivasi ini dapat
efektif tanpa ion kalsium dan kondisi kekuatan ion yang rendah. Aktivator bisa
ular tidak menghidrolisis substrat kromogenik PC. Aktivator yang cepat ini dapat mengrrangi penggunaan inhibitor PC dan kebutuhan pemisahan PC pada langkah
adsorpsi ( Monograph, 1995).
Pengukuran APC
Protein
ini diukur
pada
l,
405 nm. Metode yang dipakai adalah metode kinetik atau metode end
point (reaksi yang dihentikan dengan asarn sitrit atau asarn asetat). Hasil sinyal
fotometer sama dengan aktivitas enzim. Substrat yang digunakan dalam tes PC
kromogenik harus spesifik untuk enzim ini dan tidak boleh ada aktivator atau kontaminan yang memecah substrat. Salah satu substrat kromogenik yang sesrai
untuk tes aktivasi PC adalah Protac@. Substrat memiliki sensitivitas yang rendah
dibandingkan dengan aktivator bisa ular (Monograpb, 1995;
27
Xnl).
Tes
memperpaqiang waktu pembekuan. Metode yang banyak digunakan adalah Mivated partial thrornboplastin time (APTD. Tes APTT untuk pemeriksaan PC
I i
presisi yang kurang dan variabilitas yang lebih besar daripada tes PC
2.5.3 Sistem Hemostasis pada DM Tipe 2 Aktivitas sistem koagulasi berperan penting dalam patogenesis penyakit
vaskular aterotrombotik di pembuluh darah besar maupun kecil. Perkembangan
dari
terganggunya
ini dapat muncul akibat stimulus trombogenesis, defek antikoagulan alamiah, atau
defek sistem fibrinolisis. Beberapa penelitian pada penderita DM menunjukkan tingginya konsentrasi protein prokoagulan dan rendatrnya konsentrasi faktor
antikoagulan. Peningkatan aktivitas ptokoagulan berperan dalarn meningkatkan insidensi aterosklerosis dini, morbiditas, dan mortalitas pasien DM (Veglio et al,
1995; Gabazz,a et
al,
DM tipe 2.
28
BAB 3
dengan resistensi insulin, sekresi insulin terganggu, dan peningkatan produksi glukosa yang menyebabkan hiperglikemia. Resistensi insulin dapat menimbulkan
Penurunan
NO akan
Salah satu penyebab koagulasi adalatr defek antikoagulan alarniah APC. Pada
DM tipe 2 dengan disfungsi endotel diperkirakan terjadi pemrnman APC. Disfungsi endotel merupakan kejadian awal aterosklerosis. Salatr satu
penanda
merupakan
kemungkinan karena
Keterangan
....... i
variabel yang
diteliti
Ho:
durgan
30
r E
r' r
$
F
F
i nt DisainPenelitian
Disain penelitian adalah observational analitik dengan rancangan potong
lintang.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik RS. Dr. M. Djamil dan Poliklinik Khusus Metabolik-Endokrin Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M.
mer{alani kontrol rutin, memenuhi kriteria inklusi yang diperoleh dari anamnesis
dan rekam medrlg serta bersedia ikut n;nelitian yang dinyatakan secara tertulis
4.3.1 Besar Sampel Besar sarnpel darl.2 kelompok independen dengan uji hipotesis ditentukan
dengan menggunakan rumus rerata dua populasi (Sastroasmoro dkk, 1995):
Za
: tingkat kemaknaan:1,96
ZF S
Xr-Xz
:power:0,84
'
diinginkan: 40
nl= n2 --21096+0,84)
44 z
4012
18,9
l.
le99)
2.
Penderita DM tipe
DM ttpe 2
oleh dokter Potiklinik Penyakit Dalarn RS. Dr. M. Djamit Padang tanpa
memandang kadar glukosa darahnya-
3.
4.
32
Kriteria Inklusi
l.
DM tipe 2 dengan:
Proteinuria (+)
PenggunaalatkontrasePsioral
Pemakai antikoagulan oral
Hamil
Demam Ada riwayat perdaratian yang memanjang
Keganasan
JJ
r
I
i *f
Alur Penelitian
Penderita DM tipe
10
ml urin sewaktu
Normoalbuminuria ftelompok A)
Mikroalbuminuria ftelompok B)
Analisis data
45 Bahan Penelitian
ml dengan
Urin sewaktu 10 ml
34
{,6
Cara Kerja
APC sebelum melakukan pemeriksaan sampel. Kontrol atbumin urin dan kreatinin
urin dengan bahan kontrol Precinorrr PUC serta APC dengan bahan kontrol
plasmanormal.
konversi
one
dart2, 4, 6 -tr
fi do
o
-3
-iydr oryb e ra o ic
ac
id
membentuk quinone
35
f
I
I
[
1
' '
0C
Reagen:
dan
HTBI
Analitik
Cara kerja:
l.
2.
3.
4.
Prinsip: Protein C dari sarnpel penderita diaktifl<an oleh aktivator racun ular
spesifik. Protein Cu diperiksa secara kinetik dengan mengukur peningkatan
absorbansi pada l" 405 nm. Pemeriksaan berdasarkan reaksi berikut:
36
PC aktivator Protein C
sarnpet
PCo
PC"
p-glu-pro-arg-MNA
p-glu-pro-arg-OH + MNA
A. Praanalitik
Persiapan Penderita: Tidak ada persiapan khusus Persiapan Spesimen:
sitas
3,8yo
dengan perbandingan 9:1. Darah disentrifus segera pada 3.000 rpm selama
I bulan
Reagen:
o o . o
B. Analitik
protein C activator
Control plasmaN
Reagen substrat
Cara kerja:
1.
Plasma yang dibekukan pada suhu -200 C dibiarkan mencair selama menit pada suhu 370 C
l0
dan dikerjakan
dalam 8 jam
2. 3.
37
4.
0-140o/o
Analisis Urivariat
Bertujuan menggambarkan distribusi karakteristik subyek penelitian.
APC
pada penderita
DM tipe 2
berpasangan. Hasil
uji
dianggap
bermaknabilap<0,05.
38
BAB 5
HASIL PEI\ELITIAI{
5.1 Uji Ketelitian
Uji
o/o
kontol
plasma normal
untuk
pemeriksaan APC
Tabel5.1 Hasil Uji KetelitianWithin.Raz Pemeriksaan Albumin Urin, Kreatinin Urin, dan APC
No
Albumin Urin
28.84 27.48 28.47 28.10 28.26 28.22
0.45 1.59
APC (%)
84.0 86.6 86.8
83.1
I
2
3
4
5
Mean SD
28.23
cv
(%\
Uji
CY
beetwen day
berturut-turut adalah 2,26Vo dat0,59o6. Uji ketelitian terhadap pemeriksaan APC menggunakan bahan
kontrol
Tabel5.2 Hasil Uji Ketelitian dan Ketepatan Between DayPemeriksaan Albumin Urin, Kreatinin Urin, dan APC
No
Kreatinin
mmo 7,6
7,5 7,6 7,6 7,6 7,58 0,04 59
APc (%)
101,2 99,2 95,9
I
2 J
4
5
Mean SD CV
tipe
dengan normoalbuminuria
dan
kelompok
yakni kelompok A
(normoalbuminuria)
dan
kelompok
B (MAU)
masing-masng2l orang.
Karakteristik subyek penelitiat'dapat dilihat pada Tabel 5.3. Usia rerata
pada kelompok
A adalah
49,32
B adalah
47,64
5,24 tahun. Rerata usia pada kedua kelompok tersebut secara statistik
sebanyak 19 orang.
40
Variabel
Usia (tahun)
Jenis kelamin
Total
48,48
subyek KelompokA
L
KelompokB
47,64
5,24'
49,32+ 5,96-
*
6
5,24'
>0,05
- Pria (orane) l4 - Wanita 17 *.3,43* 25,55 L3,49* Indeks masa tubuh 24,63
(orang)
36
*
t9
23,71*.3,19*
5,59
>0,05 >0,05
4,86
4,44'
4,13
4,06.
4,75'
sebesar 23,71
adalah
4,l3
4,06 tatrun
DM pada
kedua kelompok tersebut secara statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna
(p>0,05).
Tabel 5.4 Kadar Rerata APC pada DM Tipe 2 Kelompok A, Kelompok B, dan pada Orang Sehat
KelompokA
Kadar APC padaDMtipe 2
(%)
Rerata+
SD
Kelompok B Rerata+ SD
*18,19
<0,05
4l
A lebih tinggt
statistik (P0,05). Grafik kadar rerata APC pada kedua kelompok tersebut dapat
dilihat pada Gambar 5.1. Hasil pemeriksaan rerata kadar APC pada kontol sehat
(98,42
120
s
(,
100 80
o
L
60
4A
2A
6 It 6 Y
Kelompok
Gambar 5.1 Kadar rerata APC pada kelompok A dan kelompok B
42
BAB
urin" dan APC diperoleh hasil CY within rzn berturut-turut adalah 1,59,1,060A,
dut2,76o/o. Hal ini menunjukkan untuk pemeriksaan albumin uriq kreatinin urin, dan
APC mempunyai ketelitian yang baik dan masih dalam batas rentang nilai
yang diizinkan berturut-turut 1,8 yo, 1,8% (Roche, 2003a; Roche, 2003b), dan
Uji ketelitian
uriru
between
urin, dan APC mempunyai ketelitian yang baik dan masih dalam batas rentang nilai yang diizinkan masing-masing 4,3Yo, 2,0 Yo @oche, 2003a; Roche, 2003b),
dan 10% (Gabazzaet
al,l996\.
'
DM tipe
2 yaurtg
memenuhi kriteria penelitian dengan rentang usia termuda 35 tahun dan usia
tertua
55
A (4932 *
(47,64
sara
statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna (PO,05). Rrah usia kedrra
kelompok pada hasil penelitian ini lebih
rdah
Cnfu. et aI
24,63
+ 3,43 m2lkg,
sedangkan
untuk kelompok
sebesar 25,55
statistik tidak kelompok B. Rerata IMT pada kedua kelompok tersebut secara
terdapat perbedaan yang bermakna
yang 0,9 m2lkg. Rerata IMT pada masing-masing juga hampir sama dengan
4,44 tatrun'
Larna menderita
kelompok
DM
kelompok
B (5,59 *. 4,75
al
yakJti 8,2
+I
'4
1,4 tattun
sarna-sama
penelitian
ini
DM tipe
DM tipe 2 ygag
lebih 4-7 tahtm baru dikenal gmlllnnya telah menderita diabetes selama ktrang
penderita DM tipe sebelum diagnosis ditegalikan. Pada saat didiagnosis diantara
9olo
lebih tinggi dari kontrol sehat (98,42 Ll&,IgVo) dan keduanya terdapat perbedaan
yang bermalma (p<0,05).
Veglio et
al
(109,3
dan Aslan et
tersebut harnpir
sama
karena
lebih tinggi dari kontrol sehat (98,42 Ll8,l9o/o) dan keduanya terdapat perbedaan
yang bermakna (p<0,05).
Veglio et
al
(106,9
25,2Vo.) namun
Hasil
tersebut hampir
sama
karena
penderita
yarymdedru
kader
4pg
penderita DM tipe 2 (131,6 *. 4,7yo) lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol sehat
penelitian ini, usia rerata pada konhol sehat adalah 34,5 tahun dan usia penderita
DM tipe 2 adalah 48,48 + 5,24 tahun. Perbedaan ini sesuai dengan penelitian
Dolan dan Tait yang menunjukkan adanya korelasi positif antara usia dengan
kadar PCAg dan
tinggi daripada usia20-25 tahun dan perbedaan ini bermakna (Aslan, 2005).
al yang
menemukan kadar APC penderita DM tipe2lebih rendatr dari kontrol sehat tetapi perbedaan ini tidak bermakna. Hal ini mungkin disebabkan karena usia penderita dan kontrol sehat pada penelitian Aslan et al hampir sama
yaitu
60,43
*.
12,02
APC lebih
kontol
dan antikoagulan
sistem
ini
antikoagulan alamiah, atau defek sistem fibrinolisis. Beberapa penelitian pada penderita
dan
al, 1995;
Gab^r:za et al,
46
Pada penelitian
ini
B lebih
kelompok A juga didapatkan oleh Gabazza+ Aslan, dan Veglio rutmun tidak ada
perbedaan yang berrrakna.
ini
B, dan kontol sehat tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Aslan mendapatkan
kadar APC kelompok
ini tidak
Kadar APC pada penderita DM tipe 2 dengan MAU secara angka lebih
kdtrol
nilai ketiga
ini
2.
Terbentuknya APC melibatkan faktor hemostasis lain seperti PC, TM, Eombiq
PS, dan antitrombin Itr sehingga fafilor
useh*
47
BAB
1.
2.
3.
DM tipe 2
7.2 Saran
1.
Perlu penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak
sehingga didapatkan hasil yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Aakre KM, Thue G, Haavik SS, Bukve T, Morris H, Muller M, et al,2008. Postanalytic external quatity assessment of urine albumin in Primary Health Care: An International Survey. Clin Chem 54:10: 1630-1636
Aronson
Aslan B, Eren N, Cigerli P, Muldur F, Yocel N, 2004. Evaluation of plasma protein C Antigen" protein C Activity and Thrombomodulin Levels in Type 2 Diabetic Patients. Turk J Med Sci 35: 305-10.
Datam (Setiabudy RD). Hemostasis dan trombosis, Edisi ketiga. FKUI. Jakart4 hal 23-33.
Bawazier LA, 2006. Proteinuria. Dalam (Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, eds). Buht Ajar llmu Penyakit Dalam, Edisi keempat. Jilid I, Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI,
hal52l-525.
Belchetz P, Hammond PJ, 2003. Diabetic nephropathy.ln: Mosby's color atlas and text of diabetes and endocrinologt, Philadelphia: Mosby, pp 101-07.
Bhowmick
K Kutty A.V.M, Shetty H.V,2007. Glycemic control modifies the association between microalbuminuria and c-reactive protein in type 2 diabetes mellitus. Indian Joumal of Clinical Biochemistry 22 (2):53-59
Camire RM, Pollak ES, 2006. Genetics ofcoagulation. In (Colman RW, Marder VJ, Clowes AW, George JN, Goldbaber SZ). Hemostasis and tltrombosis basic principles and clinical practise, 56. Philadelphia: Lippincott Wiiliams&Wilkins, pp 59-89. Chong
AY, Blann AD, Lip GYH, 2003. Assesment of endothetial damage and dysfunction:observations in relation to heart failure. QJ Med 96:253-267.
Colman R\tr/, Clowes AW, George JN, Goldhaber SZ, Marder VJ, 2006. Overview of hemostasis. In (Colman RW, Marder VJ, Clowes AW, George JN, Goldhaber pZ). Hemostasis and thrombosis basic princtples and clinical practise, 5'. Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins, pp
3-16
Dade Behring, 1999. Berichrom Protein C. Germany.
De Vriese AS, Verbeuren TJ, de Voorde JV, I^ameire NH, Vanhoutte PM, 2000. Endothelial dysfunction in diabetes. Br J Pharmacol 130: 963 -974
Dixon K, Salamonson Y, 2m6. Disorders of endocrine system. In (Chang E, Daly J, Elliot D). Patlnprrysiologl qplied to nursing practice, Ausfralia: Mosby Elsevier, pp79-104.
Ehsan
A, Plumbley J4 2002. Introduction to thrombosis and antikoagulant therapy. In (Harme,ning DM). Clinical hematologt and fundamentals of hemostasis,4eed- Philadelphia: FA Davis Company, pp Siq-AZ.
t983-1992.
Endeman DH, Schiftin EL,2004. Endothelial dysfunction. J Am Soc Nephrol 15: Escandon JC, Cipolla M, 2001. Diabetes and endothelial dysfuntion: a clinical perspective. Endocr Rev 22(l): 36-52.
Gabazza
t46l
EC, Takeya H, Deguchi H, Sumida Y, Taguchi O, K. Murata K, et al, 1996. Protein C activation in NIDDM patients. Diabetologia 39: 1455-
Galie N, Manes A, Branzi A,2A04. The endothelin system in pulmonary arterial hypertension. Cardiovasc Res 6l: 227-237
Ganong WF, 2003. Cardiovascular disorder: Vascular disease. In @hee SJ, Lingappa VR, Ganong WF). Pathoptrysiologt of disease, 4 s ed. New York: Mc Graw-Hill, pp 301-20.
Goraca A,2002. New views on the role of endothelin. Endocr Regul 36:16l-67
Gustaviani & 2006. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus. Dalam (Sudoyo AIW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, eds). Buku fiar llmu Penyakit Dalam, Edisi keempat. Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI, hal 1857-59.
33.
York
of
Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PAH, 2005. Trombosit, pembekuan daratl dan hemostasis. Dalam: Kapita selelaa hematologi, Edisi keempat. Jakarta: EGC, hal22l-44.
HoriY, Gabazza EC, Yano Y, Katsuki A, Suzuki K, Adachi Y, Sumida Y,2002. Insulin resistance is associated with increased circulating level of thrombin-activatable fibrinolysis inhibitor in type 2 diabetic patients. J ClinEndocrinol Metab 87: 660{65
Immanuel
laboratorium penyulit diabetes melitus. Pendidikan Berkesinarnbungan Patologi Klinik. Bagran Patologi Klinik FKUI. Jakarta hal l8-36.
S, 2006. Pemerilsaan
King H, Aubert RE, Herman WH, 1998. Global burden of diabetes, 1995-2025:
prevalence, numerical estimates, and projections. Diabetes Care 1431.
2l: l4l4-
Laffan MA, Manning RA, 2001. Investigation of a thrombotic tendency. In (Lewis SM, Bain BJ, Bates f). Dacie and Lewis Practical hematolog49k
ed. Philadelphia: Churchill Livingstone, pp39l -4 I 3
50
Lane JT, 2004. Microalbuminuria as a marker of cardiovascular and renal risk in We 2 diabetes mellitus: a temporal perspective. Am J Physiot Renal Physiol 286:. F 442-F 450.
Maitra A, Abbas AK, 2005. The Endocrine System. In (Kumar V, Abbas AK, Fausto N). Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7s ed Philadelphia: Elsevier Saunders, pp I I 5 5 -1226
Manaf A, 2001. Peran fase sekresi dini insulin dalam perjalanan penyakit DM tipe 2. Dalam (Manaf A, Wahid I, Fauzar, Irianto (editor). Nasknh Lengkap Pertemuan llmiah Berkala II llmu Penyakit Dalam. FK Unand, Padang, hal 9l-105
Monograph, 1995. Protein C product Monograph, Sweden. Muniyappa R, Montagnani M, Koh KK, Quon MJ,2007. cardiovascular action insulin. Endocr Rev 28: 463-491
of
Oesman F, Setiabudy RD, 2AA7. Fisiologi hemostasis dan fibrinolisis. Dalam (Setiabudy RD). Hemostasis dan trombosli, Edisi ketiga.FKUl: Jakart4
hal l-15.
Perhimpunan RS Seluruh lndonesia (Persi), 2008. Faktor lingkungan dan gaya hidup berperan besar memicu diabetes (diunduh 20 Agustus 2009). dari http ://www.pdpersi.co.id/?shou=detailnews&kodF9 I 4&tbl:kesline
Tersedia
Perkeni @erkumpulan Endokrinologi Indonesia), 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakart4 hal l-49. Powers AC, 2001. Diabetes melitus. In (Braunwald E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, longo DL, Jameson JL). Horrison's Principles of internal medicine,15* ed. YoI2.New York: McGraw-Hill, pp 2109 -37.
lll-126.
Roche,2003b. Creatinine plus ver.2. Roche. Ross, R, 1999. Atherosklerosis an inflamation disease.
tt5-r26.
Sacks DB, Path FRC,2006. Carbohydrates.
In (Burtisn CA, Ashwood E& Bnms DE). Tietz Textbook of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics,46. Philadelphia: Elsevier Saunders, pp 837-902.
Saito.
H,
1996. Normal hemostatic mechanisms. In (Ratnoff OD, Forbes CD). Dtsorders of hemostasis, 3'd ed. Philadelphia: WB. Saunders Compny,lp 23-52.
5l
Sanusi H, 2005. Pradiabetes dan risiko kardiovaskuler. Dalam (Adam J, Sanusi H, Sambo AP, Aman AM, wattimena M, Adam FM_s, et al). Naskah tengkep the 4h National obesity symposium i"a Norronol symposium on Metabol ic Syndrome. Makasar, hal ZB-41
,il-ifr
Sarafadis PA, Balcris GL, 20A7. Review: Insulin and Endothelin: An Interplay Conhibutin to Hypertension Development?. J Clin Endocrinol Metab 92: 379-385. Sastroasmoro, Ismael S, 1995. Perkiraan besar Sampel. Dalam: Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klints, Jakarta: Bina Rupa Aksara" hal 194-6
Semiardji
G, 2003. Penatalaksanaim Diabetes Melitus tipe Z. pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik. Bagian Patologi Klinik FKUI. Jakarta,
hal37-46.
Setiabudy RD, Widjajahakim M, 2007. Activated protein C resistance. Dalam (Setiabudy RD). Hemostasis dan trombosis, Edisi ketiga. FKUI: Jakarta, hal 189-201. Shlebak
zo09).
Soeatmadji
A, 2007. Pathophysiological aspects of coagulation. In (Hakim NS, canelo R" eds). Haemostasis in surgery: pp l-90 (diunduh 3 Januari
Tersedia
dari:
I
disfungsi
Soegondo S, 2007. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus terkini. Dalam (Soegondo S, Soewondo P, Subekti I (editor)). Penatalaksan&m diabetes melitus terpadu. FKUI: Jakart4 hal 17-27.
Stehouwer CDA, 2004. Endothelial dysfunction in diabetic nephropathy: state of the art and potential significance for non-diabetic renal disease. Nephrol Dial Transplant 19: 778-781.
Stehouwer cDA, smulders YM, 2006. Microalbuminuria and cardiovascular disease: analysis of potential mechanisms. J Nephrol 17:2106-2lll
risk for
Am
soc
stehouwer cDA, Yudkin JH, Fiorett P, Nosadini R, 1998. How heterogeneous is .benign' microalbuminwia diabetes mellitus? The case and'malignant' microalbuminuria. Nephrol Dial Transplant 13: 27Sl2754.
in
for
Stevens l\fi-, 1997. Blood coagulation and fibrinolysis. In: Fundamentals clinical hematologt, Philadelphia: wB. Saunders company, pp245-57.
of
Suyono S, 2006. Diabetes melitus di Indonesia. Dalam (sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, simadibrata lr4 setiati s, eds). Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam, Edisi keempat. Jitid m. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI, hal 1852-56.
'
52
Suyono S, 2007. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus terkini. Dalam (Soegondo S, Soewondo P, Subekti I (editor). Penatalalcsanaan diabetes melitus terpadu.FKUl: Jakarta" hal 7 -16.
szmitko PE, wang cH, weisel RD, Almeida JR, Anderson TJ, verma s, 2003. New markers of inflammation and endothelial cell activation. Circulation 108:1917-23.
Tobe
sw,
Farlane PAM, Naimark DM, 2002. Microalbuminuria mellitus. CMAI 167 (5): 499-503.
in
diabetes
Turgeon
ML,
2005. Principles
hematologt theory
and
of
Williams&Wilkins, pp 339-68.
In:
Ctinical
Veglio, M, Gruden G, Mormile Ao Girotto M, Rossetto p, Este pD, et al, 1995. Anticoagulant protein C activity in non insulin dependent diabetic patients with nonnoalbuminuria and microalbuminuria. Acta Diabet ol 32: t bO- t Og. verma s, Buchanan MR, Anderson TJ, 2003. Endotheliat function testing as a biomarker of vascular disease. Circulation 108: 2054-2059.
votey sR, 2009. Diabetes mellitus, type 2 - a review (diunduh 3 Januari 2009)
Tersedia dari: h@://emedicine.medscape.corn/arti cle/7 661 43-ovenriew
waspadji s, 2007. Diabetes melitus, penyulit laonik dan pencegahannya. Dalam (Soegondo S, Soewondo P, Subekti I (editor). Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu, FKUI: Jakart4 hal163-73.
wouwer MVD, collen D, conway EM, 2004. Thrombomodulin-protein c-EpcR system Integrated to regulate coagulation and inflammation. Arterioscler Thromb Vasc Biol 24:1374-1383. ,
Resistance to activated protein-c and its relation to in type 2 diabetic patients. Thesis Submitted for partial Fulfillrnent of Master Degree in Internal Medicine. Faculty of Medicine Ain Shams University.
atherosclerosis
53
DAFTARRTWAYAT HII}UP
l.
: dr.
Elwitria Daily
: Menikah :
67
Tempa! Tanggal Lahir suami : Bukit Tinggi,25 November 1970 Nama Anak dan Tanggal Lahir : l. Hubbul Khaira Monteswi Bukit Tinggi, 28 Jdi2002
2. M. Nabil Ghifari Monteswi Pariaman, 23 Agustus 2003
8.
Pendidikan
Medan b. SMP Negeri 7 Medan c. SMA Negeri 5 Medan d. Fakultas Kedokteran usU Medan
SD Muhammadiyah l0
: Lulus
tahun 19g6
: Lulus tahun
l9g9
9. RiwayatKepangkatant , a. Calon Pegawai Negeri Sipil : I Desember 2002 b. Pegawai Negeri Sipil : I Maret 2004
(PenataMuda TkI Gol trI/b) I April2006
@enata Muda Tk 10. RiwayatPekerjaan
I Gol IIVc)
a.
b-
(Oktober 2000-2002)
KepalaPuskesmas Kampung Guci Kab. padang (Juni 2003- Juni 2005)
paria'an
54
Lampiran
I
FORMTJLIR PENELITIAN
I)ata Dasar
No
Nama
Usia
Jenis kelamin
thn
prnk
Alarnat
Riwayat MCI Riwayat strok R.penyakit hati kronis R. gangren
Lama menderita DM
),
haffl
( (
), ),
pemakai antikoagulan
( perdarahan memar$ang (
), keganasan )
), gagal giqial
), gagal jantung
55
Lampinn 2
ALOKASI DAI\[ RINCIAN DANA PENELITIAI\I
l.
a ReagenproteinC
b. Reagen milooalbuminnia c. Spuit
l0 cc
Rp.
Rp.
100.000,200.000,300.000,-
dipstik urin
Rp
Rp. Rp.
Laporan penelitian
a Penyusunan
b. Penggandaan
3. Seminar
300.000,500.000,700.000,-
Rp
t'
4. Biayatakterduga
Rp
1.000.000,-
Junlah
Rp 15.100.000,-
56
Lampiren 3
2008
Tahun 2009
t2
Pembuatan proposal Seminar orooosal Pengrrmpulan samnel Pengolahan data Perbanyak makalah Seminar tesis
*:f
I
**
2
*:$
l0
11
*{:
*t
tt*
*rf
**
rS
{r
*!t
+*
*:t
*r*
**
57
Lampiran 4
PENJELASAI\I DAI\[ INFORMASI (info rm
c o ns e nt)
ini:
Nama :.................
Usia
:................................
Alamat: Telp/Hp:..
Telah mendapat penjelasan dan infomrasi tentang kepentingan penelitian
SETUJU/TIDAK SETUJU
ikutdalarnpenelitian.
yang tidak
Demikianlah pemyataan
ini
diguakan seperlunya.
Peneliti
Padang,
58
Lampirrn 5
Tebel Kadar APC (%) pada Orang Sehat
No
Sex
I
2
3
39 32 38
33
94.0
103.1
L
P
,P,'l
13lJ
77.1
4
5
:.. N
':2
D.E
6
7 8
P P
34 30
96.6 86.8
110.3
P
P
39
31
81.6
9' t0
L L
34
35
81.6
t2t.?
59
Nama
Umur (thn)
43
Kelamin
Lama DM
(thn)
0.5 2
Albu min
8.83
kreatinin urin
6
albumin/ kreatinin
1.47
APC (%)
88.1
BB (ke)
63
TB
(cm)
159 156 150
155
IMT
24.92
TDS (mmHg)
110
TDD (mmHg)
70 70 70
2 J 4
5
AM AN
AS D
L
P P
45
54
4.t
3.4
0.7t
1.96 1.00
r38.9
133. r
52
53
2t.37
23.56 29,14 24.00
t10
I
4 4
2 0.42 2
3 3
ll0
100 110
48 54
55
4.2
10.5 15.6
DA
DES
P
P P P P P
t.29
0.43
t40.9 t05.7
70 54 60 57
58
60
60 74
95
6 7 8 9
6.77
trz.9
128.5
26.67
25.33 23,83 20.40 28.38
DM
DS
49
55
t5,49
11.88 10.55 4.41
1l
19.6 11.9
3
t.4t
0.61
r44 t30
110 110 150
EA
36
0.89
1.47
t22.6 I16.8
122.6
70 70
90''
49
63
l0 EG l1 EMI t2 FAY
13
49
54
t49
157
5l
53 53 52 35
HR
o\ O
L L L L
P P
2
13
0.44 0.28
1.09
t07
109.6
57
86
23.t2
120
80 90 80 80 80 80 80 80 80
100
r66
167
155
3t.2t
25.82 23.73 23.42
t25
130
t07,t
127.8 133.1
72 57 57
75
l0
2
J
t20
120
1l.l
6.3
ls6
155
t0.76
42.27 4.88
16.81
1t2.2
130.5 84.2 110.3 139.6 113.5
3t,22
33.30
27.61
t20
140
48 46
38
I
8
28.t
8.1
r.50
0.60 r.31
94 77 41.5
55
168
L
P P
t67
150 140
t20
130 160
t5
0.25 0.08 7
50
54 58 53 58
r0.94
10.4 7.03 19.27 15.91
t8.44
28.06 24.24
r.63
0.63
L
P
P
56 58 60
80 53
t52
160 150
ll0
130 130 100
70 80 80 60 80
I
4 6
r.07 r.32
1.19
t24.6
128.5 105.1
22.66
26.67
L
P
48
4.99
t3.4 7.7
17t
148
27.36 24.20
0.65
r17.4
t20
Umur (thn)
Kelamin
Lama DM
(thn)
7
5
Album in
kreatinin urin
13.5
albumin/ kreatinin
8.33
12.99
APC
(o/o)
BB
TB
(cm)
t
2 J
A
AS BUS D DAH ER HOS
JUS
5l
45
L
P
ttz.49
72.74
55.2
122
fte) 6l
49 50
63 52
IMT
21.87
TDS (mmHe)
TDD fmmHs)
80 70 80 80 80 70 60 80 80 80
r67
r20
110
5.6
5l
48 48 39
51
P P
P P P
20
10
8.90 3.35
r04.4 r33.7
118.7
88.1 105.7 101.8
r52
155
2r.21
20.81
120
4
5
3t.47
r22.01" 97.49
54.5
t52
160 160 160
161
27.27
20.31
r20
110 140
)
2
3
5.s0
8.19 5.14 6.05
8.15 2.41 11.68
6 7
8
57 60
49.5
22.27
23.44 19.10 22.58
90
40 46 50 48 45 49
53
0.83
10
19.97 87.2
23.81
t24.6
129.1
I
10
MAL
ME Nur R RAT SA
SH
SS
L
P P
P P
r0.7 9.9
5.1
60 60
163
r20 r20
120
90
110 160
109.6
150
26.67
19.02 24.65 23.37 23.42
ll
t2 l3 t4 l5
0.42
9
5
s9.58
9.46 39.49
183.5 44.6
t25.2
87.5 134.4
40
60
54
t45
156
60
70
100
t52
156 160 140
150
47 46
L L
P
7 4 4
15 5
7t.9
113.5
s7
63
90
115
80 70 70 60
80
24,6t
22.45 32.00
l6
t7
29.93
116.5
93.1
90.t
135 104.4
44 72
65 52
110
SY SYAH
5l
52
P
P
P
10.5
l.l0
90 170
140 140
9.4 6.8
1.7
9.90
9.01
156
155 155
161
52
53
t0 I
7 2 0.67 0.83
J
101.8
2.96
3.21
r39.6
125,9
54 62
68 65 50 50
80 90
54
L
P
P
6.7
47.1 1s.3
8.1
t30
70
70 70
100
46
37
54 35
r04.4 r32.4
109.6
95.2t
30.61
t20 t20
160
ZW
34.28
9.1
98.6
t20
80
Perlakuan
Umur
LamaDM
Albuminuria
APC
IMT
normoalbuminuria milaoalbuminuria nonnoalbuarinuria milaoatbuminuria normoalbuminuria mitaoalbuminuria nonnoalbuminuria mikroalbuminuria normoalbuminuria mikroalbuminuria
25 25 25 25 25 25
49.5600
47.64W
4.1300 5.5900 1.1160 6.2216 1r8.4480 112.5040 25.546/. 23.7052
)5
25 25 25
6.25220 5.23514 4.06239 4.75132 .s0375 3.15441 t4.76234 17.65912 3.48511 3.18727
r.25044
1.04703 .81248 .95026 .10075 .63088 2.95247
3.53t82
.69702 .63745
62
sis.
df
t-test for Eoualitv of Means Mean Std, Error Sig. (2-tailed) f)iffaranr.n Dlfference
Uooer 5,19916
5.20178 1.05379 1.05536 -3.82105
UMUR
.599
.443
1,',177
48 46.563 48 46.868
1,177
Lama DM
Equal varlances
arBumcd
Equal variances not agsumed
.322
.573
-1.168 -1.168
.1.1c00
r,2!0t0
,6EtEt
,c3000
.3.97630 .6,39015
-6.42080 -3.31166 -3.31918 -.05796 -.05835
Albumlnurla
43.501
.000
-7.992
-7.992
48 26,229
.t,lotc
.t,totc
-3.79040
15.19966
APC
1,249
,271
r,291
1,29,|
1t
1t,cc?
48
t,r40
c,0110 1.8412
1,84',12
4.60336
4,00335 .94456 .94456
IMT
Equal varlanccr
llrumed
Equalvrrlrncot
not artumcd
,170
,4gt
1,919 1.9'tg
47,622