Sei sulla pagina 1di 2

Macan Ompong bernama Undang-undang Bahasa Bahasa adalah sesuatu yang rumit secara formal namun sesungguhnya sangat

sederhana jika kita hanya melihatnya dari segi fungsional alias pemakaiannya. Kita tidak pernah kesulitan berkata0kata kepada orang lain. Tapi bagaimana jika bahasa itu menyangkut harga diri, kepribadian dan identitas seseorang, jelas itu berarti sesuatu yang serius. Tak banyak yang mengetahui bahwa bahasa mempunyai undang-undangnya tersendiri, artinya bahasa adalah sesuatu yang serius jikalau harus diatur dalam undang-undang, bukan? Tapi apakah sang pembuat undang-undang itu serius pula dan lebih jauhnya peduli mengenai bahasanya itu sendiri? Entahlah hanya dirinya dan tuhan yang tahu. Sekali lagi memang tak semua orang tahu bahwa Bahasa Indonesia telah diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 24 tahun 2009 tentang bendera, bahasa dan lambang negara pada Bab III, dan sekarang anda semua mengetahuinya bukan? Memang bahasa bukanlah alat bukti hukum yang normatif, bahasa lebih fungsional, artinya bahasa berpusat pada pemakaiannya dilapangan. Masalah remeh temeh undang-undang bahasa ini mungkin dianggap tak terlalu penting dan sepele, tapi bukankah apabila telah ada undang-undangnya justru hal itu adalah hal yang serius dan penting bukan? Sebagaimana yang tertera dalam dalam pasal 25 ayat 1 dan 2 bahwa bahasa indonesia adalah bahasa resmi negara bersumber dari bahasa yang diikrarkan dalam sumpah pemuda dan dikembangkkan sesuai dengan dinamika peradaban bangsa. Pun disana disebutkan bahwa Bahasa Indonesia ini berfungsi sebagai jati diri bangsa, kebanggan nasional dan sarana pemersatu berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah, secara singkat dinamakan sebagai Bahasa Pemersatu atau bahasa nasional. Kita tahu bahwa Bangsa ini adalah bangsa yang plural dan terdiri dari berbagai suku bangsa. Dan setiap suku bangsa itu memilki bahasa daerah yang berbeda, dan harusnya disinilah bahasa Indonesia sebagai pemersatu masuk dan memerankan tugasnya sebagai bahasa pemersatu, sehingga bangsa yang plural ini dapat dipersatukan atas nama cinta tanah air. Dan cita-cita nenek moyang kita yang tercurahkan dalam bhinneka tunggal ika itu dapat terwujudkan dengan bahasa. Sesungguhnya yang menarik pada pembahasaan undang-undang bahasa ini terletak pada pasal 29 karena berhubungan dengan dunia pendidikan kita. Bunyi pasal tersebut yakni, ayat 1 Bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. Ayat 2 Bahasa Pengantar sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat menggunakan bahasa asing untuk tujuan yang mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik. Setidaknya kedua ayat tersebutlah yang akan kita adili. Pertama, ayat pertama bermakna bahwa bahasa pengantar dalam pendidikan nasional haruslah menggunakan Bahasa Indoneisa, permasalahannya bukankah bangsa kita ini adalah bangsa yang plural dan memiliki beragama bahasa daerahnya? Dengan kata lain bahwa hampir seluruh rakyat Indonesia memiliki bahasa pertama yang bukan Bahasa Indonesia melainkan Bahasa daerahnya masing-masing. Dengan lain kata pula bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang bilingual.

Ayat 1 sebenarnya memiliki maksud yang mulia dan benar, akan tetapi implementasi di lapangannya jauh dari harapan dan memiliki akibat yang serius pula. Kita ketahui bahwa dewasa ini lembaga pendidikan untuk anak yang dinamakan dengan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) menjamur dimana-mana dan menjadi lembaga pendidikan awal dan dasar yang cukup favorit dikalangan masyrakat. Dan diketahui bersama pula bahwa PAUD menggunakan Bahasa Indonesia sebagai pengantarnya. Yang mengakibatkan akhirnya pada pemerolehan bahasa pertama anak, jika dulu bahasa pertamanya itu adalah bahasa daerah sekarang beralih kepada bahasa Indonesia. Tentu ini sebuah kemunduran bagi bahasa daerah dan kemajuan bagi Bahasa Indonesia sendiri. Jika Bahasa Indonesia telah mengancam keberlangsungan hidup Bahasa Daerah tinggla tunggu saja bangsa ini tidak akan lagi memiliki lagi budayanya (daerah). Tentu hal semacam ini adalah gesekan dan intervensi Bahasa Indonesia terhadap Bahasa daerah. Bahasa daerah semestinya dipertahankan dan lebih didukung pembinaannya, karena dari sanalah kebudayaan muncul. Coba tanya apakah Indoensia mempunyai kebudayaannya tersendiri? Tidak bukan? Yang ada adalah budaya daerah bukan budaya bangsa. Seharusnya ada peraturan dan konsep yang lebih jelas mengenai hal ini, apakah rasa kedaerahan itu akan ditanamkan sedari dini dan menjadi identitas diri seseorang ataukah hanya menjadi tempelan dan sekedar pengetahuan saja, bahwa ia termasuk kedalam etnis tertentu. Bahasa seseungguhnya tidak berkutat pada masalah tata bahasa, konjungsi dan lain sebagainya bahasa mempunyai fungsi dan konsep lebih dari itu. Kasus yang hampir mirip muncul pada ayat kedua tadi, bahkan ini lebih parah, dimana Bahasa Indonesia itu sendiri, yang sebelumnya mengancamn dan mengintervensi bahasa dan kebudayaan daerah, harus diintervensi pula oleh kehadiran bahasa asing, bahasa Inggrislah contohnya. Dan contoh pemakaian bahasa asing sebagai pengantar dalam pendidikan ini sangat jelas dan umum diketahui, yaitu SBI (Sekolah bertaraf Internasional). Jikakita lihat tenaga pengajar pada SBI itupun sebenarnya hampir semua tidak disiapkan untuk kepentingan ini, artinya banyak guru yang karena tidak bisa berbahasa inggris digantikan oleh guru lain yang lebih fasih bahasa Inggrisnya walaupun ia tidak berkonsentrasi pada mata pelajarannya itu. Tidak jelas sebenarnya dari tujuan diadakannya SBI, apa memang akan menyiapkan siswa untuk menjawab tantangan zaman atau hanya untuk gaya dan gengsi. Karena didalamnya ada kesan bahwa kepentingan keluar itu lebih penting dari kepentingan kedalam. Bahwa berbicara dengan orang bule itu lebih penting dan membanggakan daripada berbicara dengan orang Indonesia menggunakan Bahasa Indonesia yang masih melantur pemakaiannya. Seakan bahwa bahasa asing itu lebih diperlukan daripada bahasa Indonesia Akhrinya Bahasa Indonesia ini menjadi buah simalakama, disisi lain ia mengancam keberlangsungan dari Bahasa Daerah tapi disisi lain Bahasa Indonesia keberlangsungannya terancam oleh Bahasa Asing yang mulai menggempur. Semoga pemerintah dan rakyat Indonesia menyadarinya.

Potrebbero piacerti anche